Chapter 7

265 51 12
                                    

Chapter 7: Vodka

.

.

.

Kedua sudut bibir Cashel tertarik hingga menciptakan senyum yang lebar. Matanya menatap Benjamin dan Raelyn secara bergantian sebelum akhirnya dia memfokuskan matanya pada Raelyn. Cashel tidak menampilkan aura yang menyeramkan, justru malah terasa bersahabat. Tapi itulah yang membuat Benjamin gelisah juga takut.

"Father, selamat datang." Raelyn menyambut dengan sopan, tak mempedulikan Benjamin yang kini mulai berkeringat dingin.

"Kalian sepertinya sedang menikmati waktu yang menyenangkan." Cashel kemudian duduk di sebelah Raelyn dengan masih mempertahankan senyumnya.

"Tentu, jalan-jalan adalah yang terbaik. Makanya aku juga mengajak Ben kesini." Ben hampir tersedak oleh ludahnya sendiri. Dia lalu menatap Raelyn dengan panik.

"Kau mengajak Ben?" Cashel bertanya.

Raelyn mengangguk, "aku kasihan karena dia terus ada didepan komputer sepanjang hari. Jadi aku berpikir untuk mengajaknya keluar." Gadis itu lalu meminum jus apel miliknya.

"Tapi, ada apa Father datang kesini?" Cashel menatap Raelyn. "Aku juga ingin menikmati cuaca hari ini, kebetulan cuacanya sedang bagus bukan?"

Selama sesi percakapan mereka berdua, Benjamin bisa merasakan lirikan dari Cashel. Benjamin tentunya paham alasan Cashel melakukan itu padanya.

Benjamin yang malang, sudahkah kau menulis surat wasiatmu?!

"Jadi Father sengaja datang kesini?" Tanya Raelyn yang kemudian memasukkan steak kedalam mulutnya lagi.

"Begitulah, aku sebenarnya juga khawatir padamu." Cashel mengusap sudut bibir Raelyn karena ada saus yang tertinggal disana.

"Kami baik-baik saja." Raelyn tersenyum tipis. "Ben tentunya bisa menjagaku dengan baik, Father tidak perlu khawatir seperti itu."

'Tuhan, lebih baik aku langsung mati sekarang daripada harus berhadapan dulu dengannya.' Benjamin berujar dalam hatinya.

"Ben, you alright?" Tanya Raelyn. Tidak, tentu saja tidak. Wajah Benjamin yang memucat sudah memberikan jawaban yang cukup jelas untuk pertanyaan Raelyn. "Father." Atensi gadis itu kini beralih pada Cashel yang ternyata dari tadi terus menatap Benjamin.

"Yes? Do you need something?" Cashel mengecup ringan pelipis Raelyn.

"Biarkan Ben pulang dengan selamat, and please don't do anything to him."

Cashel tersenyum tipis lalu kembali menatap Benjamin dengan sekilas. Otaknya mulai berpikir apa yang telah dilakukan oleh Benjamin pada Raelyn hingga gadis itu memohon seperti ini hanya untuk Ben.

"Kau tidak pulang, Ben?" Tanya Cashel sambil mengangkat kedua alisnya.

"Of course, Father. I'll go home now." Pamit Benjamin. Dalam hati dia merapalkan syukur sebanyak-banyaknya karena nyawanya masih selamat. Cashel memperhatikan pemuda itu sampai Benjamin masuk kedalam mobilnya.

"Jangan sakiti dia."

Cashel memutar kepalanya untuk kembali menatap Raelyn. Senyum kecil terbit di bibirnya. "Kau terlihat sangat mengkhawatirkannya sweet heart."

"Bagaimana aku tidak khawatir kalau Father terus menatapnya seperti itu." Raelyn meneguk minumannya sampai habis.

"Fine, aku tidak akan melakukan apapun padanya." Sahut Cashel lalu bersidekap sambil terus menatap Raelyn dengan intens. "Why? Kau tidak percaya padaku?"

DRINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang