Chapter 16

103 25 9
                                    

"Cashel, sudah lama sekali kau tidak kesini. Bagaimana kabarmu?" Hazen menghambur ke pelukan Cashel begitu melihat kedatangan adiknya itu.

"Maaf aku baru datang, makin kesini pekerjaanku makin banyak." Cashel membalas pelukan Hazen dan tersenyum seadanya.

"Wajahmu kelihatan tidak baik, apa yang terjadi?" Tanya Hazen begitu pelukan mereka terurai.

"Hanya tentang pekerjaan saja." Cashel mengambil posisi untuk duduk di sofa yang terletak di tengah kamar Hazen.

Hazen memang memiliki kamarnya sendiri meski tidak terlalu luas karena isinya hanya sofa dan ranjang.

Perempuan itu duduk di kursi, lalu menggendong boneka dan tersenyum cerah padanya.

"Lihat! Pamanmu datang kesini!" Ujarnya dan Cashel hanya memperlihatkan senyum setipis benang.

"Bagaimana pekerjaan mu sejauh ini, Cashel?" Tanya Hazen dengan masih tetap menggendong boneka yang dia perlakukan seolah anaknya sendiri.

"Sangat banyak dan aku jadi makin sibuk." sahut Cashel.

"Sudah berapa lama kau tidak istirahat? Kau terlihat sangat kelelahan."

"Really?"

Hazen mengangguk.

"Tapi aku masih tampan bukan?"

Kini pertanyaan itu mendapat tatapan sinis dari Hazen. Ada kalanya, sifat terlalu percaya diri Cashel membuat Hazen mual.

"Raelyn dimana? Apa dia ikut?"

Pertanyaan Hazen ini tentu membuat Cashel mematung seketika. Sial, padahal dia sengaja datang menjenguk kakaknya itu agar lupa sejenak tentang Raelyn, walaupun ternyata tidak terlalu ampuh.

"Aku sedang memberikannya tugas lain." Cashel beralasan.

"Kau yang tidak bisa jauh-jauh dari Raelyn?" Hazen kemudian tertawa setelahnya.

"Ada apa ini? Kalian bertengkar?" Tanyanya.

"Berpikirlah sesukamu." jawab Cashel.

"Melihat reaksimu, sepertinya benar kalian bertengkar. Ya, lagi pula itu bukan hal baru." Hazen mengangkat kedua bahunya lalu kembali memusatkan perhatiannya pada boneka yang ada di pangkuannya.

 Cashel tak membalas. Dirinya tak yakin  ini adalah jenis pertengkaran yang biasa terjadi diantaranya dengan Raelyn. Jika mereka bertengkar pun, perang dingin diantaranya keduanya hanya berlangsung dua hari, setelah itu Cashel akan membuang semua ego dan harga dirinya untuk mengucapkan maaf pada Raelyn. Entah pihak mana yang salah, dan seberapa kecil maupun besar masalahnya, Cashel akan terlebih dahulu meminta maaf.

Tapi untuk sekarang ini, dengan Cashel yang hanya meminta maaf sambil bersujud pun, belum tentu Raelyn akan luluh dan kembali bersamanya.

Cashel jelas menyadari bahwa ini memang adalah salahnya, tapi yang membuatnya bingung, sakit, dan kecewa adalah Raelyn yang pergi begitu saja darinya. Semuak itu kah Raelyn menghadapi dirinya?

Lelaki itu berusaha dengan sekuat tenaga mengerjakan kejadian tiga tahun yang lalu seorang diri. Dia benar-benar hanya mengandalkan dirinya karena tidak ingin membuat Raelyn terbebani jika harus ikut menelisik peristiwa menyedihkan itu.

Disaat dunia seakan menekan dirinya sampai titik nadir, Raelyn datang untuk membantunya tanpa panjang berpikir. 

Karena Raelyn lah, dunia yang tadinya seakan hanya sebatas hitam-putih bagi Cashel, mulai menunjukkan warnanya. 

Dunia Cashel tidak lagi hampa, kosong, dan mengerikan setelah Raelyn ada bersamanya. 

Semua ungkapan cinta yang manis dari Raelyn, memeluk erat hati Cashel yang gelap setelah sang Ibu meninggalkannya untuk selamanya. 

Suara ketukan pintu menghentikan lamunan Cashel, lelaki itu berdiri saat pengawalnya masuk dan memberikan kode melalui anggukan kecil.

"Aku masih memiliki janji lain, jaga dirimu. Aku akan kembali nanti." Cashel memeluk Hazen dengan lembut.

"Leon, Paman katanya akan pergi. mari ucapkan sampai jumpaaa~" 

Cashel tersenyum tipis melihat Hazen menggerakan lengan boneka itu padanya.

"Aku pergi." Cashel benar-benar pergi dari ruangan setelah ia memberikan kecupan singkat di kening kakaknya itu.

"Kau tau, Cashel? Apa yang terjadi sekarang, tidak akan terjadi jika dia bisa menahan diri."

***

Cashel menyandarkan tubuhnya, menatap jalanan Manchester yang mulai ramai oleh banyak orang mengingat liga sepak bola tahunan di Inggris akan dilaksanakan di kota ini. Lelaki itu membuang napas karena lagi-lagi suasana sekarang malah membuatnya mengingat Raelyn.

Perempuan itu memang menyukai dunia olahraga terutama sepak bola. Raelyn bahkan tetap mengikuti jadwal pertandingan meski tim kesayangannya sudah kalah di awal babak.

Sudah satu minggu pencarian dilakukan tapi benar-benar tidak ada hasil. Cashel juga sudah mengerahkan waktu dan tenaga yang tak sedikit, tapi dia masih belum bisa memetik hasilnya.

Lelaki itu sampai kehabisan akal dan merasa gila tidak bisa melihat Raelyn dalam waktu seminggu ini. Jangankan untuk makan, bahkan dia sudah berhari-hari tidak bisa tidur. Meski telah memakai obat pun, kantuk tak juga ia rasakan.

'Raelyn.' Bisiknya dengan lirih di dalam hati.

'Tidak peduli bagaimana keadaannya, tolong ingatlah aku sebagai orang yang paling mencintaimu. Sebagaimana aku yang selalu menganggap bahwa kau akan selalu mencintaiku.'


***
20. 11. 2023

Dgn updatenya cerita ini, aku mendeklarasikan bahwa aku msh bernapas dan baik2 aja 🙂

Emng udh laaamaaaaa bgt gk update cerita apapun.

Semoga chapter baru cerita ini bisa mengobati kalian ya, terutama penggemar couple Cashel sm Raelyn ini 😁😁

Jgn lupa klik bintangnya ya temen2, gk bakal makan waktu sampe besok kok

See youuu...😍

DRINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang