Chapter 3

340 64 9
                                    

Chapter 3:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3:

CHAMPAGNE 🍾🍾

.

.

.

Pukul lima pagi, Cashel menyusuri lorong villa seorang diri menuju dapur. Dia sebenarnya sama sekali belum tidur, tapi matanya tak bisa memejam juga. Udara yang hangat, kamar yang nyaman, dan kasur yang empuk, tak berhasil membuat Cashel tertidur. Alhasil, dia menghabisi waktu dengan bekerja. Tak mengherankan mengingat dia adalah sosok yang workholic.

Cashel membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol champagne. Di pagi buta ini, dia memilih untuk minum minuman beralkohol dari pada air putih yang menyehatkan.

Ah, baiklah. Cashel benar-benar seperti menantang semua penyakit datang ke tubuhnya dengan gaya hidupnya yang tak sehat itu.

Dengan tubuhnya yang bertelanjang dada, Cashel duduk di kuris bar sambil menikmati minuman keras tersebut. Damn Cashel! Bukankah air putih atau teh hangat sangat bagus dinikmati saat ini?

"What's wrong?" Cashel bertanya tanpa membalikkan tubuhnya. Dia bisa merasakan seseorang datang dan berdiri agak jauh darinya.

"Nothing." Raelyn menyahut dan berjalan dengan langkah pelan menuju dapur. Berbanding terbalik dengan Cashel, Raelyn menuangkan air putih kedalam gelas untuk ia minum. Sambil membawa gelas, dia berjalan dan kini duduk berhadapan dengan Cashel.

Pada dasarnya, Raelyn tidak bisa makan dan minum jika sedang berdiri. Baginya itu sangat tidak sopan.

Cashel menatap perempuan itu, lalu menaikan sebelah alisnya sambil melirik botol champagne yang ada di meja. Raelyn menatap datar botol minuman tersebut lalu menggeleng pelan.

"Itu tidak sehat." Ujarnya yang menimbulkan tawa kecil dari bibir tebal Cashel.

Lelaki itu menatap Raelyn dengan dalam sambil tersenyum tipis. "Tapi rasanya tidak terlalu buruk."

Raelyn tak menyahut dan tetap meminum air putihnya sampai habis, dengan tersirat menolak tawaran dari sang Father.

"Bagaimana lukamu?" Raelyn sedikit tersentak mendengar pertanyaan tersebut. Sebab Cashel bukanlah tipe orang yang perhatian pada keadaan seseorang. Bahkan kemarin saat mendapatkan pengobatan dari Cashel, Raelyn cukup terkejut.

"It's fine." Jawab Raelyn. Dia memperhatikan Cashel yang kini menatapnya dengan penuh godaan.

"Of course, kau perempuan yang kuat, my champagne." Cashel menarik pelan tangan kanan Raelyn dan mengecup jari-jari lentik gadis itu dengan lembut. "I'm proud of you."

DRINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang