Letters

858 118 9
                                    

Sebuah bingkisan disodorkan ke pria berwajah datar. Ekor matanya melirik benda itu, lalu memandang sang pemberi.

"Ini, untukmu" katanya.

"Terlalu cepat kalau mau memberi kado natal"

Ketika Inupi melangkah keluar dari tempat parkir, seorang pria sudah berdiri menunggu dirinya. Kemeja putih dibalut coat hitam, iris gelap itu disembunyikan dibalik kacamata hitam.

Koko tersenyum tipis. Tak lama berucap. "Hadiah hari ulang tahunmu"

Inupi tertegun. Ternyata hari pentingnya masih diingat, ia kira Koko sudah melupakannya. Tampaknya waktu belum mengikis beberapa memori seorang Kokonoi.

"Mau ke makam ?"

"Begitulah, kau juga kan ?"

"Sekalian saja" Inupi menerima hadiahnya, kemudian berjalan memasuki kuil.

Belakangan ini mereka cukup dekat, walaupun masih tidak bisa akrab seperti dulu. Beberapa kali Koko datang ke bengkel, memberinya makan siang dan sebuah surat. Usahanya mendapatkan hati Inupi bukanlah sebuah lelucon belaka. Semua surat yang Koko berikan ia baca dengan teliti, tak pernah luput kata maaf dari surat tersebut.

Terkesan kuno, namun bisa membangkitkan senyum tipis yang jarang orang lihat. Surat-suratnya selalu menjadi saksi bibir berisi itu tersenyum bila membaca sebelum tidur.

Mereka membersihkan makam, tak lupa menaruh dupa di sana. Kedua telapak tangan Inupi disatukan, matanya terpejam sembari berdoa untuk sang kakak yang telah pergi.

"Selamat siang kak Akane, aku datang lagi."

"Hari ini aku berusia 29 tahun, tapi masih bodoh dalam hubungan percintaan"

Netra Koko terus memperhatikan Inupi, matanya masih menutup, bulu mata indah dan helaian rambutnya tersapu angin. Memang benar mereka mirip, tapi yang selama ini ia kagumi bukanlah Akane lagi.

"Aku senang di ulang tahun kali ini dia datang"

Apa Inupi baru saja membicarakan tentang dirinya ? Wajahnya sama sekali tak menjelaskan seperti isi hatinya.

Bimbang.

Sebenarnya cuma itu hal yang terbesit dihati keduanya.

Koko terus menerus memperhatikan Inupi yang berdiri disebelahnya.

Rindu, amat rindu ia dengan pria ini.

"Maaf ditahun-tahun sebelumnya aku terus menyalahkan diriku."

Koko tidak pernah tahu jika setiap hari ulang tahun, dia akan mendatangi makam Akane. Dirinya juga masih sering ke tempat ini, demi mencari keberadaan Inupi, memastikan kalau pria bersurai blonde itu baik-baik saja, tapi waktu tidak mengizinkan.

"Aku selalu menyayangimu kak, sampai nanti. Semoga kau selalu bahagia di sana" maniknya terbuka, menatap nisan di depannya.

Dengan cepat Koko memejamkan mata, ia tidak ingin kepergok memperhatikan Inupi dari tadi.

"Sudah selesai ?" Koko menoleh, lalu mengangguk.

Keduanya beranjak keluar dari sana, belum ada sepatah katapun keluar dari mulut Koko. Ia hanya berusaha membuat Inupi tak terganggu.

Iris biru itu melirik jemari Koko yang dibalut beberapa plester, sadar akan tatapan sang teman, Koko menyembunyikan lengannya dibalik badan, lalu membawanya ke dalam saku celana.

"Mau mampir ?"

Barusan Inupi mengajaknya berkunjung kan ?

"Boleh ?" tanya Koko ragu.

I'll Be Waiting For You [Kokonui] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang