Invitation

1K 132 43
                                    

Netranya menutup, menyembunyikan iris biru langit indah miliknya. Ia mengambil napas dalam, kemudian membuangnya frustrasi. Isi kepalanya saat ini dipenuhi pria bernama Koko, sejak pertemuan kemarin, hatinya begitu tak tenang.

"Banyak masalah ?" teguran itu membuatnya berbalik.

Imaushi Wakasa, orang yang baru saja menyapa Inupi.

"Tidak juga. Bisa dibilang satu, tapi bercabang" keduanya tertawa kecil seusai Inupi berujar.

Jadwal rutin pria yang kerap dipanggil Waka untuk memperbaiki motornya, awalnya ia tidak menyangka akan bertemu juniornya lagi, apalagi ditempat tak terduga seperti ini.

Sekarang Inupi mulai mengerjakan tugasnya, mata itu terfokus pada mesin motor, tangannya juga sibuk mengutak-atik, si pemilik motor hanya duduk manis sembari memakan cemilan yang ia bawa.

Terbesit satu pertanyaan dibenak Waka, tidak biasanya Inupi tampak letih karena memikirkan sesuatu.

"Ke mana Draken ?" tanya Waka demi memecah keheningan.

"Pergi menemui orang penting katanya"

"Kencan ?"

"Entahlah, sepertinya tidak. Tapi kelihatannya panggilan dari pacarnya" Inupi tersenyum tipis diakhir.

"Ngomong-ngomong, dia sudah kembali" satu alis Waka terangkat naik. Jelas ia tahu siapa orang yang Inupi maksud, dari masa sekolah menengah mereka cukup sering menceritakan orang ini.

"Dia bilang apa ?"

"Omong kosong ? Aku tidak tau, tidak jelas"

"Mulutmu pedas sekali" Waka tertawa. Juniornya satu ini begitu menolak kenyataan.

"Terjadi sesuatu di sana ?" tanya Waka lagi.

"Aku memukulnya" ucap Inupi tanpa ada ekspresi merasa bersalah.

"Bagus." Respon Waka mengundang tawa keduanya.

Waka tidak tahu, entah cuma dirinya atau sang atasan Inupi juga tahu, tapi pria bersurai blonde ini masih memendam rasa pada pria brengsek yang telah meninggalkannya.

Bertahun-tahun Inupi menanti kedatangan Koko, namun disetiap kalimatnya ia seolah tak pernah berharap banyak.

"Melihatnya bahagia sudah membuatku puas"

Begitulah kata Inupi. Terkesan naif dan bodoh, namun itulah hal yang paling ia inginkan. Terlalu menaruh ekspektasi tinggi hanya menghancurkan semuanya.

"Tidak mau jujur ?"

"Cari mati namanya"

Waka paham jikalau Inupi berusaha melindungi hatinya. Rasa kecewa yang begitu besar mengguncang dirinya, tak mau lagi ia meminta. Dari dulu Koko mencintai Akane, tapi Waka juga bisa merasakan perasaan pria bersurai putih berubah dari waktu ke waktu. Tatapannya ia tujukan bukan untuk Akane lagi, melainkan pria dingin yang tak banyak bicara ini.

"Permisi" keduanya melempar pandang ke asal suara.

Pria itu lagi.

"Kenapa ?" tanya Inupi tanpa berniat basa-basi.

Inupi bangkit, menghadap pria berbaju merah tersebut. Waka tidak menyangka bahwa mereka akan bertemu di bengkel. Berani sekali Koko.

"Aku ingin mengundangmu" wajahnya sedikit ragu, tapi Waka cukup salut dengannya karena tetap berusaha mendekati Inupi lagi.

"Untuk apa ?"

"Motor. Motor Mikey rusak lagi, datanglah ke rumah kemarin setelah pulang kerja" suasana berubah, begitu canggung dan tidak tahu ingin membalas apa.

I'll Be Waiting For You [Kokonui] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang