Birthday Gift

901 115 12
                                    

Entah sudah berapa kali Koko menghela napas pasrah. Tugas menumpuk menjadikan tameng agar tak bertemu Inupi beberapa hari ini, padahal tadinya ia ingin mengajak Inupi merayakan ulang tahun di sebuah resort mewah, pemandangan alam yang memanjakan mata, juga ketenangan. Namun sekarang semuanya hanya angan semata.

Mata sipitnya melirik ke luar gedung, udara lembab dan dingin seperti ini, alangkah indahnya kalau mendapatkan pelukan Inupi. Matanya memejam sembari membayangkan Inupi tengah memberinya segelas teh hangat dan memanjakan dirinya.

"Lihat, dia sudah gila. Mikey kau begitu kejam, Koko jadi tidak waras" Sanzu memperhatikan dengan raut kasihan. Pria bersurai putih itu tersenyum sambil memejamkan mata.

"Koko, pulanglah. Aku tidak mau tertular gila" titah Sanzu.

Iris hitam itu kembali terbuka, menatap tak terima pria bersurai merah muda di sampingnya.

"Siapa yang kau sebut gila, orang gila" balasnya tak senang. Padahal selama ini yang sering tertawa dan tersenyum tidak jelas adalah dia.

"Senyum-senyum tidak jelas. Rasanya aku mau menangis karena laporan ini tidak ada habisnya, dan kau malah ... ?"

"Aku sedang bermimpi" bibirnya kembali menyunggingkan senyum.

Sialan. Sanzu merinding sekarang. Tekanan akhir-akhir ini pasti telah mengguncang mental Koko.

"Sialan. Pulang sana, ambil cuti sebelum keadaanmu memburuk" saran Sanzu mencerahkan pikirannya.

"Kau pintar Sanzu"

Benar juga. Kalau mengambil cuti pasti bisa bersama dengan Inupi lebih lama. Baru ingin beranjak, sang boss masuk ke dalam ruangan Koko.

"Koko, ada hal yang ingin ku bicarakan padamu" ekspresi datar Mikey membuat benaknya tak nyaman. Apa ia baru melakukan sebuah kesalahan ?

Kakinya mengikuti ke mana Mikey melangkah, hingga mereka berhenti di depan lift.

"Pulanglah"

"Eh ?"

"Draken bilang padaku tiga hari yang lalu Inupi ulang tahun"

"Jadi ?" Mikey berbalik. Memberikan senyum tipis dan tanda tanya dibenak Koko.

"Kalau kau masih di sini dalam beberapa detik kedepan aku akan membunuhmu" senyuman itu berubah menyeramkan. Boss kecilnya ini sangat tidak main-main jika menyangkut hal seperti ini, ia pamit dan pulang dengan perasaan lega.

Kala diperjalanan pulang matanya menangkap sebuah toko tak asing, ia memarkirkan mobilnya, memasuki toko dan memilih barang yang pas. Bibirnya tersenyum simpul, semoga hadiah yang satu ini tak ditolak.

.
.

Setelah memarkirkan mobilnya, kakinya bergegas masuk. Tubuhnya begitu letih, pekerjaan lembur akhir-akhir ini melarangnya istirahat barang sejenak. Terlalu memakan banyak tenaga untuk naik ke lantai atas, menyesal dirinya membuat rumah seluas ini.

Sofa ruang tengah adalah tempat istirahat saat ini.

Samar-samar Koko bisa mendengar suara langkah seseorang, ia yakin kalau ini bukan suara langkah kaki pelayannya. Suara hentakan ini mirip suara sepatu high heels seorang wanita, Koko melarang para pelayan mengenakan sepatu itu kalau sedang bekerja, supaya tidak menyakiti mereka pikirnya.

"Aku sudah menyiapkan air hangat dan makan malam" mata sipitnya melebar, suara ini, ia kenal betul.

"Inupi ?!" Koko berbalik, dan mendapati Inupi sedang berdiri sambil memandangnya. Tubuh putih dibalut coat putih selutut, berpadu celana panjang berwarna senada, dan sentuhan akhir, sepatu high heels merah.

I'll Be Waiting For You [Kokonui] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang