Chapter 4 (2)

5.6K 910 100
                                    

Entah karena kebetulan atau memang sudah takdir. Kejadian di hari sebelumnya kembali terulang saat Jaemin berangkat ke sekolah, namun kali ini Jaemin maupun Jeno terlihat sengaja mengendarai motor mereka dengan cukup pelan. Seolah tengah menikmati suasana pagi yang cerah dan belum terlalu banyak polusi.

Kedua pengendara dengan motor selaras itu akhirnya berbelok saat memasuki kawasan sekolah elite yang menjadi tempat mereka menuntut ilmu.

Seperti sebelumnya, Jeno menjadi orang pertama yang melepas helm dan turun dari motor.

Pria tampan itu bukannya berjalan pergi malah berdiam menunggu Jaemin dengan sabar, termasuk saat yang lebih manis menata rambut dan merapikan jas alma mater miliknya.

Tanpa mengucapkan apa-apa, keduanya terlihat bagai terprogram langsung melangkah beriringan memasuki gedung sekolah.

Saat tiba di kelasnya Jeno sontak menahan tangan Jaemin yang hendak melanjutkan langkah menuju kelasnya yang memang berada di gedung C.

"Nanti, makan siang denganku ya?" ucap Jeno dengan nada suara lembut dan tersenyum manis hingga matanya menyipit.

Jaemin yang sedang malas berdebat 'pun, akhirnya hanya mengangguk acuh dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Jeno yang malah terkekeh kecil menatap punggung Jaemin.

"Versis Bubu. Tsundere. Mari kita lihat Park Jaemin, sampai kapan kau akan terus mempertahankan sikap dingin itu padaku" gumam Jeno sebelum berjalan memasuki kelasnya.

Pagi itu berjalan cukup lancar dengan melewatkan bagian belajar yang membosankan. Bunyi suara bell tentu saja seketika membuat para murid bersorak dan berjalan riang meninggalkan kelas.

Termasuk juga Jaemin yang sebenarnya hendak berjalan menuju kantin. Tapi sepertinya waktu dan hari indah Jaemin harus terganggu saat jalannya yang tiba-tiba dihadang oleh dua orang siswi dan tiga orang siswa.

Yeah. Mereka adalah sekumpulan orang yang kemarin membully Haechan.

"Urusan kita kemarin belum selesai. Kau bahkan membuat tanganku terkilir. Kau harus bertanggung jawab sialan!" hardik siswi yang mengenakan bandana merah muda besar di depan Jaemin seraya menunjuk angkuh tepat di wajah Jaemin yang hanya membalas dengan tatapan datar.

"Lalu?"

"Lalu? LALU KATAMU? SUDAH KUBILANG TANGGUNG JAWAB" kesal siswi itu seraya berteriak hingga teman-temannya terlihat berjalan mendekati mereka seolah hendak mengintimidasi Jaemin yang malah tersenyum sangat-sangat tipis.

Bukannya takut Jaemin justru malah mengambil dua langkah maju dan berdiri tidak jauh dari siswi yang tingginya hanya sedagu.

"Kau mau apa? Ingin kupatahkan tanganmu atau--" Jaemin menyeringai seraya menggantung ucapannya dan sedikit menunduk.

"Kita potong sebagai makanan dari beruang peliharaan Hyung-ku?" tanya Jaemin yang membuat mata mereka yang mendengar sedikit membola.

Jaemin kembali menegakkan tubuh dan melirik nama dari siswi yang berada di depannya itu lalu tersenyum dingin.

"Menyingkir dari hadapanku sekarang, Yoon Seri~ssi"

"Kau. Berani sekali kau menyebut namaku brengsek!" seru siswi bernama Seri itu seraya hendak melayangkan tangannya untuk menampar Jaemin. Belum sempat Jaemin menghindar seseorang terlihat berdiri di depannya untuk menahan tamparan itu.

"Minggir. Dasar anak aneh! Owh, atau kau mau kutampar juga?" sinis Seri pada Haechan yang menghempas kasar tangan anak-cucu Lucifer di depannya itu.

"Kenapa kau semakin menjadi? Apa kau baru berhenti kalau diberi pelajaran dulu?" tanya Haechan yang membuat Seri terlihat menahan geram dan mendorong kasar tubuh Haechan yang beruntungnya dengan cepat ditahan Jaemin.

"Arrkk" pekik Seri saat merasakan rambut panjangnya yang ditarik kebelakang hingga membuatnya cepat menoleh.

"Jangan berani menyentuh teman-temanku" ucap seorang siswa berwajah sangat manis dengan tatapan tajamnya yang menghunus belum lagi jambakan tangannya dirambut Seri justru semakin kuat, seperti tanpa belas kasih.

Si manis dari kelas D yang di juluki rubah cantik itu adalah Huang Renjun, teman baik Haechan yang tidak akan pilih-pilih jika membalas seseorang-- bahkan seorang siswi sekalipun.

"Arrkkk. Lepaskan brengsek!" teriak Seri yang membuat Renjun sekali lagi menarik kasar rambut siswi itu lalu mendorongnya kuat kearah teman-temannya yang dengan cepat membantu Seri.

"Kenapa kalian hanya diam? Bantu aku!" titah Seri pada keempat temannya yang hendak bergerak maju untuk membalas, namun baru saja mereka hendak melangkah datang dua orang dari sisi kanan dan kiri yang berdiri menghalangi tubuh Jaemin, Haechan dan Renjun.

Tatapan mereka terlihat tajam dengan raut wajah angkuh.

"Sepertinya kau lupa dengan peringatan kami sebelumnya. Kau pikir kami hanya bercanda, huh?" tanya siswa yang terlihat paling tinggi diantara mereka.

"Jika mau mengganggu teman-temanku. Kalian juga harus siap bermain dengan kami. Kita sudah kenalan sebelumnya bukan? Aku Zhong Chenle, jangan sampai lupa. Kubuat miskin seumur hidup tau rasa kau" ucap siswa yang memperkenalkan dirinya sebagai Chenle itu seraya melirik sebentar kearah temannya, Park Jisung.

Mereka juga merupakan teman baik Haechan meskipun berstatus sebagai adik kelas.

"Seumur hidup? Iya kalau dia masih sehat dan berumur panjang" ucap Jeno yang entah sejak kapan sudah disana dan berjalan dengan langkah arrogant khas seorang Jung, tentunya bersama dengan Mark yang sudah memasang wajah dingin.

"K-kalian?" cicit Seri terdengar sedikit gemetar dalam suaranya, kakinya bahkan terasa goyah saat melihat orang-orang yang sudah berdiri seolah dalam sebuah formasi yang menjadikan Jaemin dan Haechan sebagai pihak yang dijaga.

Mari kita hitung mundur.

Permainan di mulai #semirik.

.
.
.
Okey cut. Dream akhirnya lengkap, huff.

.
.
Mrs.Oh

YOUNG AND DANGEROUS (Re-up & Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang