Prologue

11.6K 1.1K 74
                                    

Suara pintu yang di buka perlahan dan terkesan hati-hati membuat orang yang melakukan hal itu terlihat menatap nanar sekeliling dengan tatapan was-was.

Tekatnya sudah bulat. Kalau apapun yang terjadi, dia harus pergi dari tempat terkutuk itu.

Setelah yakin tidak ada yang menyadari perilakunya, seseorang yang masih tergolong anak-anak itu terlihat bergerak cepat menuju pintu keluar.

Setelah berhasil keluar, dia seketika langsung membawa kaki-kaki kecilnya untuk berlari secepat yang dia bisa tanpa berniat untuk menoleh lagi ke belakang.

Merasa cukup jauh, dia akhirnya berhenti seraya berusaha mengatur nafas.

Sesaat anak kecil itu terlihat menengadah, menatap keatas tepatnya pada hamparan bintang di angkasa dengan cahaya bulan yang tertutup awan.

"Langit. Tolong biarkan bulan bersinar terang malam ini. Dibawah sini gelap dan aku takut," ucapnya lirih kemudian melanjutkan langkahnya dengan hati-hati seraya menguatkan diri berjalan sendirian ditengah malam yang gelap.

"Hiks. Ayah, ibu. Paman dan bibi j-jahat, hiks. Mereka m-mengambil semua tapi mereka juga membuang Nana ke tempat mengerikan itu," gumamnya seolah mengadu pada angin yang berhembus cukup kencang hingga dinginnya malam sangat terasa menembus kulit putih pucatnya.

"Hiks. Ayah bilang, kalau Nana jadi anak baik-- Tuhan pasti sayang Nana. T-tapi.. hiks, kenapa Nana sering dipukul. Hiks. Apa N-nana tidak boleh ikut kalian saja? Hiks ..." bocah laki-laki yang memanggil dirinya Nana itu terus saja berbicara sendiri sambil terus melangkah hingga tidak lama langkahnya mulai memelan dan akhirnya berhenti saat tubuh kecil itu jatuh tergolek diatas tanah yang dingin.

Semuanya terasa gelap dan ia kehilangan kesadarannya.

Entah berapa lama tubuh kecil itu tergeletak begitu saja di tengah kesunyian malam di daerah terpencil itu hingga lewat tiga buah mobil yang akhirnya memilih berhenti.

Beberapa orang pria berpakaian serba hitam terlihat mendekat dan memeriksa keadaan bocah itu dan saling menatap.

"Dia masih hidup Boss," lapor salah satu dari pria itu pada seseorang yang sejak tadi masih berada di dalam mobil.

Untuk sesaat pria itu terlihat melirik dari jendela mobil yang dia buka dan menatap lekat wajah bocah laki-laki yang sekarang berada di dalam gendongan salah satu anak buahnya itu.

"Biarkan dia disini bersamaku," titahnya seraya membuka pintu yang dengan segera dipatuhi oleh sang bawahan.

Saat melihat keadaan bocah laki-laki yang mereka temukan terlihat tak berdaya, muncul perasaan iba di dalam hati pria berwajah dingin itu yang membuatnya malah membawa si bocah kedalam pangkuannya.

"Kita langsung pulang saja. Pastikan dokter Zhang sudah dirumah saat kita tiba," ucapnya tanpa mengalihkan perhatian dari wajah bocah yang mereka tolong.

"Apa yang terjadi padamu Nak?" gumamnya seraya menghela nafas berat saat melihat lebam membiru di beberapa bagian tubuh anak itu.

Butuh waktu hampir dua jam untuk mereka sampai kesebuah tempat yang terlihat seperti negeri dongeng.

Sebuah rumah bak istana dalam cerita 1001 malam terhampar indah sesaat setelah mereka memasuki gerbang tinggi.

Baru saja mobil berhenti, seorang pria mungil yang terlihat sangat-sangat cantik sudah menyambut mereka dengan wajah khawatir.

"Yeolie!" pekiknya saat melihat seorang pria besar berwajah dingin yang baru saja turun dari mobil. Wajah khawatirnya seketika berubah bingung saat melihat sang suami yang sedang menggendong sesosok tubuh kecil dalam keadaan pingsan.

YOUNG AND DANGEROUS (Re-up & Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang