Berbeda dengan Jeno dan Jaemin yang tengah menebar kemanisan bak gula-gula. Dilorong sekolah sekarang justru terlihat seorang remaja tampan yang tengah berjalan angkuh melewati kelas-kelas.
Sekarang sudah memasuki waktu pembelajaran tapi dia belum juga menemukan letak ruang kepala sekolah atau bagian administrasi.
Huff. Lelah dia berjalan. Tapi harus tetap tampan dan berwibawa. Jadi tidak boleh terlihat kuyu.
'Sekolah ini besar sekali sih' gerutunya tanpa suara.
Menyerah membuang tenaga, remaja itu akhirnya berbelok menuju gedung A yang memang paling dekat dengannya sekarang dan mengetuk pintu.
"Permisi Saem, Jeno Jung ada?" tanyanya yang membuat seisi kelas menatap kearahnya penasaran.
"Dia ijin tidak masuk pembelajaran pertama"
"Kalau Mark Jung?" tanyanya setengah hati.
"Dia juga tidak masuk pembelajaran pertama karena urusan mendadak"
Kemana kedua kakaknya itu? Sok, sibuk sekali sih. Sungchan malas harus bertanya pada orang asing.
"Kalau begitu terimakasih Saem" pamitnya yang tetap bersikap sopan, karena walau bagaimanapun tata krama adalah salah satu yang paling di junjung tinggi dalam keluarga Jung.
Merasa tidak mendapatkan yang dia mau, Sungchan kembali berjalan pergi menyusuri lorong. Saat tiba di belokan menuju lantai tiga, langkahnya terhenti sebelum sempat menginjak tangga karena secara kebetulan berpapasan dengan Jeno dan Jaemin yang melangkah turun seraya bergandengan tangan.
"Jeno Hyung!" serunya seraya berlari memeluk Jeno hingga Jaemin sedikit termundur kebelakang.
Awalnya Jaemin hendak menyingkirkan orang yang dengan lancang memeluk Jeno tapi dia urungkan saat sadar kalau orang itu adalah calon adik iparnya sendiri.
"Kenapa masih disini? Bukankah harusnya kau sudah masuk ke kelas barumu?" tanya Jeno yang membuat Sungchan mendengus kesal.
"Harusnya tapi--" awalnya Sungchan hendak menumpahkan semua uneg-uneg yang tertahan sejak tadi tapi terhenti saat matanya menatap sosok cantik, imut, tampan, manis dengan point bonus mirip seperti Bubu.
"Ekhem. Ekhem" Sungchan terlihat berdehem seraya menatap lurus pada Jaemin.
"Hyung cantik ini siapa?" tanya Sungchan dengan nada penasaran dan mata mengedip lucu.
Jaemin jadi gemas melihatnya.
"Dia pacar Hyung" bukan Jaemin yang menjawab tapi Jeno yang membuat mulut Sungchan seketika menganga kagum seraya berujar woah tanpa suara.
"Serius? Beneran? Dia pacar Jeno Hyung?" tanya Sungcan dengan nada tak percaya yang membuat Jaemin menyerngitkan kening saat melihat kelakuan yang lebih muda itu.
Jaemin kembali dibuat kaget saat tiba-tiba saja pria berkelakuan bocah itu meloncat senang seraya memeluk tubuhnya.
"Akhirnya. Woah, ini nyaman. Mulai sekarang Sungchan peluknya Hyung cantik saja, rasanya beda kalau peluk Jeno Hyung. Keras semuanya" ucapnya tanpa dosa.
"Heh! Enak saja. Jaemin itu punya Hyung"
"Em. Em. No, no, no. Punya Sungchan juga dong Hyung" balas Sungchan tanpa melepaskan pelukannya yang membuat Jaemin akhirnya tidak bisa menahan gemas.
"Namamu Sungchan?" tanya Jaemin dengan nada lembut yang menurut Sungchan seperti Bubu.
"Emmm" Sungchan mengangguk cepat hingga rambutnya ikut bergoyang.
Manis sekali.
"Kau menggemaskan sekali sih, mau jadi adik Hyung?" tentu saja Sungchan langsung bersorak kembali memeluk Jaemin yang dibuat terkekeh geli memeluk tubuh bongsor itu.
"Mau. Mau. Mau"
"Ekhem. Aku masih disini jika kalian berdua lupa" ucap Jeno yang merasa diabaikan seraya bersidekap dada namun akhirnya tersenyum tipis.
Ayolah. Bukan Jeno orang ketiga dalam hubungan ini.
"Kita membolos saja sampai istirahat selesai, aku lapar sekarang" lanjut Jeno yang membuat Sungchan seketika tersenyum lebar.
"Jeno Hyung tuh, memang paling pengertian" ucapnya seraya menggandeng tangan kiri Jeno.
"Kau mengajari adikku untuk membolos?" tanya Jaemin dengan nada dingin kearah Jeno yang terdiam.
"Tapi-- ide bagus. Ayoo" lanjut Jaemin yang kemudian berubah tersenyum tipis.
Sama saja ternyata.
Sementara Jeno hanya menghela napas pelan saat tangannya ditarik Sungchan yang tengah sibuk bercoleteh riang menceritakan berbagai macam hal pada Jaemin.
Di waktu yang sama namun, ditempat yang berbeda. Tepatnya disebuah tempat yang terlihat seperti rumah sederhana berukuran minimalist terlihat Mark yang tengah melangkah pelan dengan kekasih manisnya yang tengah bergelantung manja ditubuhnya.
Saat sudah masuk kedalam rumah, Mark justru membawa kakinya menuju area belakang yang ternyata terdapat kolam renang.
"Kenapa terdengar sunyi? Kemarin kau masih berteriak dan berbicara sombong Yoon Seri?" tanya Mark setelah mendudukan Haechan di sebuah sofa yang memang ada disana.
"Kalian menjaga tamu kita dengan baik bukan?" tanya Mark pada dua orang anak buahnya yang memang dia tugaskan untuk berjaga.
"Tentu saja Tuan muda, dia bahkan tidak keluar sedetikpun dari sana" jawab salah seorang pria dengan piercing yang menghiasi telinga, hidung dan bibirnya, bahkan terlihat bekas luka melintang diatas alisnya hingga wajah pria itu benar-benar sangar.
Mark mengangguk sebelum berjalan mendekat kepinggir kolam lalu berjongkok tepat disamping Seri yang terlihat sudah memucat dengan tubuh gemetar. Bibirnya bahkan sudah sangat-sangat pucat.
Kasihan sekali.
"Kemana mulut besarmu kemarin Nona? Kenapa sekarang kau jadi pendiam? Seingatku, kau baru berendam disini selama sehari semalam?" decak Mark terdengar kesal lalu bangkit berdiri.
"Menurutku hukuman yang kau terima sekarang masih tidak ada apa-apanya dibanding yang kau lakukan pada kekasihku" ujar Mark yang menyerngitkan kening saat merasakan sebuah tarikan kecil di ujung celana seragam yang masih dia pakai.
"T-tapi a-aku b-bahkan ti-tidak me-lukainya" balas Seri susah payah.
"Siapa bilang? Kau membuat rambutku rontok, kau berteriak dan menghinaku di depan banyak orang dan masih banyak lagi. Kurasa itu sudah cukup sebagai alasan kenapa kau bisa disini" ucap Haechan yang entah sejak kapan berjalan menghampiri mereka.
"Makanya Nona, lain kali jangan terlalu sombong sebagai manusia. Karena di dunia yang luas ini, kau harusnya tahu kalau diatas penguasa akan ada yang jauh lebih berkuasa lagi" lanjut Haechan seraya berbalik pergi yang tentunya dengan segera diikuti oleh Mark. Sementara Seri hanya bisa pasrah dengan tubuh yang semakin mengigil.
Sekarang dia hanya bisa berharap, semoga kematian bisa datang dengan cepat menjemputnya. Karena dia takut, esok hari mungkin saja akan ada hukuman yang jauh lebih menyakitkan dari yang sekarang dia rasakan.
.
.
.
.
.
Mrs.Oh
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG AND DANGEROUS (Re-up & Revisi)
ActionHanya kisah saat yang muda jatuh cinta. Tidak hanya muda, mereka juga berbahaya. Bukankah ada pepatah kalau darahmuda justru tidak akan pernah mau menerima yang namanya kata 'kalah' ? Mari kita berkenalan dengan para pewaris dari keluarga besar ker...