III • [ The Beginning Of The Most Beautiful Moment In Life ]

15 3 2
                                    

Udara pagi hari di Jakarta sangatlah pas untuk dinikmati dengan secangkir Latte panas. Walaupun sedikit bising oleh kendaraan, namun tak dapat menyembunyikan keindahan sinar matahari yang baru saja menyembul.

"Ku rasa kita datang terlalu pagi?" Sherfira melirik perempuan yang sedang menyesap Latte nya sambil memandang ke arah depan. Menyuguhkan pemandangan kepulauan seribu. Tempat yang indah ditengah tengah hirup-pikuk Jakarta.

"Waktu yang pas untuk melihat keindahan Jakarta." Hana mengangkat bahu nya acuh.

Sherfira mengangguk paham.

Jam kantor dimulai tepat pukul sembilan pagi. Biasanya kedua sahabat itu selalu terburu – buru disetiap hari nya. Pun tak jarang mereka telat beberapa menit karena kemacetan jalanan Jakarta. Namun, alih – alih terburu – buru atau telat, mereka justru datang dua jam lebih awal dari biasa nya.

"Kau tak menggunakan lensa kontak?" Hana memandang mata coklat terang milik Sherfira dengan tatapan bingung.

Sang pemilik mata coklat hanya tersenyum.

"Hanya membiasakan diri. Bagaimana jadi nya jika aku tidak menggunakan lensa kontak lagi. Sudah terlampau muak dengan benda bulat itu. Aku sudah menggunakannya selama bertahun – tahun. Dan itu membuat ku tidak nyaman."

"Hey jangan gila Fie! Dulu kau pernah tidak memakai lensa kontak karena terburu – buru. Hingga seharian penuh kau menutupi mata mu seperti orang gila."

Sherfira tertawa mengingat kejadian itu. Sudah lama sekali pikirnya. Dan Ia masih sedikit trauma karena kejadian itu.

"Jangan paksakan dirimu sendiri Fie." Hana mengelus bahu Sherfira.

"Aku bisa. Hanya saja, aku sedikit takut. Kau tahu kan tentang kejadian itu?"

Hana mengangguk. "Ya. Tetapi kurasa akan lebih baik jika kau menggunakan benda bulat itu. Setidaknya mengatisipasi lebih baik Fie. Aku yakin. Suatu saat nanti akan ada saat nya semua itu menghilang."

"Tuhan. Tolong hilangkan semua ini." Ucap Sherfira sambil memandang langit. Terkadang Ia sampai berfikir untuk membuta kan mata nya lalu mencangkok dengan yang baru. Setidak nya, mungkin semua ini akan hilang. Namun tentu saja itu tidak menjamin bahwa itu semua akan hilang.

Maka antisipasi yang paling baik untuk saat ini adalah menggunakan lensa kontak atau kacamata. Setidak nya ada yang menghalangi mata nya agar tidak berkontak langsung dengan mata telanjangnya.

"Ayo pasang lensa mu, dan masuk kedalam. Sebentar lagi akan dimulai rapat nya. Tentu saja kau tidak lupa bahwa sekarang ada rapat kan?"

Sherfira berdeham lalu mengeluarkan tempat lensa berwarna coklat dan segera memasang lensa kontak bewarna hitam. Tidak ada satupun yang menyadari bahwa itu adalah sebuah lensa. Kecuali Nana.

***

Waktu telah berlalu dengan cepat. Tak terasa, matahari sudah menyiratkan sinar yang mulai memudar. Tetapi, gedung kantor yang memiliki dua puluh empat lantai itu masih saja ramai dengan orang yang berlalu lalang. Seolah tak ada batasan jam untuk menyudahkan pekerjaan mereka.

"Nona Fie dan Nona Hana, anda dipanggil oleh Presidir."

Sherfira dan Hana memasuki ruangan Bos nya setelah mendapatkan panggilan. Dengan sopan, kedua wanita itu membungkuk sebagai tanda hormat.

"Ku dengar Anda memanggil saya dan Hana Sir?" Tanya Sherfira dengan sopan.

"Ya. Kau dan Hana akan terbang ke Korea hari ini. Jam sembilan malam. Saya harap, kalian berdua, sebagai ketua projek dan ketua pengelola dapat melaksanakan tugas dengan baik. Karena saya percaya kalian adalah Tim yang cerdas. Wakil direktur akan datang bulan depan. Dan saya sendiri akan berusaha mengecek peningkatan penjualan produk ketika sudah diluncurkan." Ucap sang Pemilik perusahaan dengan nada tegas. Seolah menyiratkan jangan sampai gagal dalam projek ini.

My Pleasure SiR!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang