Takdir.
Ada banyak jalan yang dia suguhkan kepada para tamu nya. Dia membebaskan para tamu untuk memilih hidangan yang di sajikan. Apapun itu. Setiap tamu sibuk memilih hidangan nya. Melakukan banyak cara agar semua yang mereka inginkan tercapai.
Namun, ada pula beberapa tamu yang hanya terdiam dan tak memilih apapun. Mereka pun tak luput dari hidangan tersebut meskipun tak ikut andil di dalam nya. Sisa itu, adalah milik mereka. Terkesan bekas dan tak berguna. Tapi siapa sangka, itu semua lebih baik untuk nya.
Terkadang kita tak pernah mengerti jalan nya takdir. Membawa kita ke semesta paling tinggi dengan segala euphoria nya. Lalu dihempaskan ke dasar laut sedalam palung mariana.
Misteri itu menjadi teka - teki yang selalu mengajukan pertanyaan,
"Seperti apa nanti nya? Bagaimana akhirnya?"
Semua manusia mempertanyakan itu setiap waktu nya, alih - alih melakukan terbaik dalam sisa waktu yang tidak tentukan.
Menuntut semesta agar memberikan jawaban atas segala pertanyaan nya. Namun, semesta pada akhirnya memberikan takdir. Dan takdir itu memberikan jalan.
Apapun yang dipilih dan terpilih, akan menentukan akhir cerita masing - masing.
Begitupun dengan Sherfira. Ia yakin betul bahwa semua ini adalah jalan yang sudah terpilih untuk nya. Menangis seumur hidup pun tak akan ada artinya. Jalan nya sudah ditetapkan. Yang perlu dilakukan adalah, menjalani nya, dan berdoa agar semua ini segera selesai.
Namun, sesekali merasa lelah itu wajar kan?
Sherfira dengan segala euphoria nya beberapa jam lalu menguap begitu saja bagai tertelan lubang hitam. Raut wajah yang semua berseri - seri berubah menjadi masam dan terlihat frustasi.
Hanna yang telah mendengar keseluruhan cerita pun terlihat ikut berfikir. Maksudnya, terdengar aneh namun nyata. Bagaimana bisa seorang Jung Hoseok adalah pengecualian dari 'mata' Sherfira?
Dan,
Mengapa harus Jung Hoseok?!"Fie, kau benar - benar. Aku tak habis pikir dengan mu. Sudah ku katakan beberapa kali agar jangan mabuk kecuali dengan ku! Kau ini amnesia atau bagaimana sih? Kau tahu bertapa rumit nya masalah ini jika sampai terdengar ke para petinggi?!" Ucap Hanna terdengar menggebu. Tentu saja dia takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. Apalagi dengan alasan yang diluar dugaan.
"Aku sayang padamu Fie! Maka dari itu dengar kan aku! Pertama, selesaikan masalah mu dengan Jung Hoseok. Minta maaf lah atas semua kejadian tadi malam. Selanjut nya, setelah ini selesai, ayo kita ke Yogyakarta untuk mencari tahu kenapa bisa ini terjadi."
Sherfira menghela nafas panjang dan menyisir rambut coklat nya menggunakan jari tangan. Bingung melanda. Ketakutan pun turut hadir di hati nya. Terlepas dari diri nya yang sempat 'Error.", Ia lebih khawatir jika Jung Hoseok melaporkan nya ke para petinggi dan projek ini dibatalkan. Habis sudah diri nya.
"Percaya padaku Fie, setelah pertemuan kita besok, temui Hoseok dan berbicalah pada nya. Semakin cepat kau menyelesaikan nya, maka semakin baik untuk kedepannya." Hanna menatap Sherfira lalu merangkul pundak nya.
"Semua ini pasti berdasar. Aku yakin itu .Ada sesuatu yang berkaitan antara kau, Jung Hoseok, dan masa lalu anonim yang kau pernah ceritakan."
Sherfira langsung mengalihkan pandangan nya ke arah Hanna. Ter - distract dengan kalimat terakhir sobat nya.
"Masa lalu anonim yang pernah aku lihat."
"Hanna, tolong ambil kan handphone ku di sisi mu."
Hanna dengan bingung memberikan handphone berlogo apel itu kepada sang pemilik nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pleasure SiR!
FanfictionRumah. Kalau benar yang dikatakan semua orang seperti ini ada nya, Aku dengan senang hati menerima, jika kau adalah rumah ku. Tak pernah ada terlintas di dalam benak nya untuk menjadi penguntit para artis besar. Selama hidup nya, Sherfira selalu di...