Written by Zora Lin, 2021
Genre : Romance - Horor
Tagged : LGBTQ, Slice of Life, Psychology, Fanfiction⚠️ Warning!
Cerita ini mengandung konten LGBTQ---percintaan dua orang laki-laki. Jika tidak berkenan dengan hal tersebut atau merasa terganggu, dipersilakan untuk meninggalkan lapak ini.
SUMMARY
Xiao Zhan merasa kehidupannya tidak jelas. Tidak tahu apa yang diinginkan dan tidak tahu arah-tujuan. Dia seolah-olah hilang, dan merasa ada bagian yang dilupakan.
Sampai sore itu, Xiao Zhan bertemu dengan pemuda yang tampak seperti dirinya. Pemuda yang berniat melemparkan diri pada lintasan kereta api itu seketika membuatnya dilanda rasa penasaran.
Untuk pertama kali dalam hidup, akhirnya Xiao Zhan merasa hidupnya sedikit lebih baik setelah berbincang-bincang dengan sosok pemuda bernama Wang Yibo itu. Apakah itu pertanda bahwa Xiao Zhan akhirnya bangkit dan kembali memiliki gairah hidup? Namun, sebuah fakta mengejutkan kembali memupus harapannya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
NOTE
Cerita ini hanya fiksi belaka. Saya hanya meminjam visual dan nama aktor/idol yang bersangkutan sebagai tokoh di dalamnya. Namun, ide cerita dan plot murni dari pemikiran saya sendiri.
--------------------------
🚬 Please read and enjoy this story ....
--------------------------
Senja menyambut bersama rintik-rintik hujan di luar. Dingin menyerang hingga ke tulang-tulang. Di sini, di depan rel kereta api aku merendahkan pandangan, menatap lekat-lekat sepasang sepatu berwarna putih usang dalam diam.
Suara seseorang samar-samar menelusup ke dalam indra pendengaran. Selagi melepas salah satu earphone, aku mengalihkan pandangan ke arah kanan. Di sana, sesosok lelaki berseragam berjalan mencak-mencak. Di tangannya ada sebuah tongkat tabung terangkat tinggi-tinggi, panjangnya mungkin sekitar setengah meter dan ujung tongkat membentuk lingkaran putih dengan garis tepi merah, di bagian tengahnya ada gambar telapak tangan.
Aku tidak tahu apa itu, tetapi ketika lelaki itu mengarahkan tongkat ke atas, kupikir itu untuk memperingatkan atau memberikan isyarat.
"Jangan dekat-dekat rel!" teriaknya.
Secepat mungkin aku mengambil langkah ke belakang karena pikirku dia sedang memberiku peringatan. Namun, ternyata dia melewatiku begitu saja dan mengayunkan tongkat tersebut ke lengan atas sosok pemuda yang hampir saja melompat ke lintasan kereta.
"Kau mau bunuh diri, hah? Kau mati apa mencacatkan diri?" Petugas berseragam itu kembali mengayunkan tongkatnya ke belakang kepala pemuda itu dan berteriak lagi, "Kalau mau mati jangan di sini! Aku tidak mau melihat arwahmu gentayangan di tempat ini."
Petugas berseragam itu pergi tanpa sedikit pun menoleh ke arahku. Namun, fokusku masih pada pemuda yang terlihat cukup kacau itu. Dia memiliki paras tampan, meskipun cukup dekil, cemong-cemong, dan lusuh. Penampilannya juga normal seperti pemuda pada umumnya. Mengenakan hoodie hitam dan celana panjang berwarna hitam mungkin, tetapi itu terlihat pudar.
Apakah hidupnya begitu berat. Jika dilihat dari gurat di wajahnya, memang terlihat sekali garis kelelahan dan kesedihan mendalam yang berlarut-larut. Tatapan mata kosong itu bahkan membuatnya tampak seperti mayat hidup. Seperti pepatah mengatakan, mati segan hidup tak mau.
Ah! Bunuh diri, ya.
Dua kata itu sebenarnya beberapa kali sempat terlintas di benakku, tetapi entahlah ... aku merasa belum siap untuk mati, sama sepertinya mungkin. Sedangkan di sisi lain, aku juga merasa hidup seakan tidak berarti. Tidak tahu apa yang kuinginkan, tidak tahu apa yang kuimpikan, dan tidak tahu apakah aku memiliki masa depan.
Katanya, begitulah kehidupan. Apakah pemuda itu juga merasakan hal sama denganku?
Terkadang seseorang akan berada di titik terendah di mana otak tidak mampu berpikir secara rasional, tetapi begitu sadar ada secercah penyesalan yang timbul tenggelam. Merasa tidak berguna, merasa segalanya begitu berat dalam hidup. Namun, tak lama kemudian semua seolah hal biasa, seolah apa yang dirasakan tidak sekasar kehidupan orang lain dan tidak terlalu menyedihkan. Begitu seterusnya dan berulang-ulang.
Mereka menyebutnya, depresi.
Ah, namaku Xiao Zhan. Ini adalah sepenggal kisah hidupku yang tidak memiliki arah-tujuan, dan berakhir menguntit pemuda itu.
•••
----------21 Oktober 2021
Sampai jumpa di chapter selanjutnya »»»
KAMU SEDANG MEMBACA
QUĪT SMOKING | YiZhan [✓]
RomanceMerasa kehidupannya tidak jelas. Tidak tahu apa yang diinginkan dan tidak tahu arah-tujuan. Dia seolah-olah hilang, dan merasa ada bagian yang dilupakan. Sampai sore itu, Xiao Zhan bertemu dengan pemuda yang tampak seperti dirinya. Pemuda yang berni...