Aku PTS kemarin maaf jarang up yaa
Tangan Daehwi mendarat di muka tampan Jinyoung.
"Jangan mendekat"
Jinyoung mengenggam tangan Daehwi yang ada di mukanya lalu melepasnya.
"Jangan di situ juga"
"Maaf lag-"
"Sudahlah setelah kalian memesan makanan aku akan pulang" Daehwi merasa tidak enak.
Lagipula ini semua salahnya juga yang berteriak tidak tahu tempat.
"Kenapa tidak makan bersama dulu?"
"Sudah sangat mal-" Jinyoung menyadari sesuatu.
"Jam berapa sekarang?"
"Sekitar setengah 12? Kenapa?"
Jinyoung hanya bisa membeku... Pagar kompleknya pasti sudah ditutup.
Lalu bagaimana dia pulang?
"Hei!" Daehwi melambaikan tangannya di depan muka Jinyoung.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Tidak, sepertinya malam ini aku akan mencari motel" Daehwi keheranan.
"Di komplekku jam 11.20 pagar sudah ditutup" Jinyoung menjelaskan singkat.
Untungnya Daehwi langsung mengerti.
"M-maaf ya"
"Sudahlah" Jinyoung nampak dingin Daehwi jadi ragu.
"Menginap saja di sini, tidur dengan Guanlin" Guanlin menggeleng keras dengan usulan Chenle.
"Kau lupa apa yang sudah ia lakukan padaku tadi?!" Guanlin menunjuk wajahnya yang membiru.
"Bukan urusanmu, toh aku sudah lama ingin melakukannya... Untung saja... Siapa namamu?"
"Jinyoung"
"Yup! Ia sudah mewakiliku" Guanlin cemberut mendengar perkataan Chenle.
Daehwi terkikik pelan.
Chenle sangat tidak menyukai orang lemot, sayangnya sepupunya itu bukan tipe orang yang berfikir cepat.
"Kau saja le yg tidur dengannya" Guanlin berbisik pada Chenle.
"Aku tidak tidur dengan siapapun kecuali Daehwi kau tahu sendiri" Guanlin mengangguk.
"Ah! Hwi! Kau saja yang tidur bersamanya!"
Muka Daehwi seketika memerah.
Plak ia mendapat satu gamparan dari Chenle tepat di bagian memarnya.
"AW!"
"Kau mau saudaraku hamil duluan?!
Wajah Daehwi seperti kepiting rebus sekarang.
"Baguslah setidaknya akan ada wajah lucu disini, aku muak dengan wajahmu" sehabis bicara seperti itu Guanlin kabur ke belakang sofa.
Ia takut terkena gamparan cinta dari Chenle lagi.
"SUDAH! kalian berbicara seperti Jinyoung orang yang mau menghamiliku saja" Daehwi cukup malu dengan kelakuan kembaran dan sepupunya itu.
"Memangnya aku pernah bilang tidak mau?"
"WAHHHHH" Guanlin berteriak heboh
"Kak! Astaga" Daehwi tak habis fikir kenapa Jinyoung sangat suka menggodanya.
"Bercanda" jawab Jinyoung dengan wajahnya yang masih datar.
"Aku baru lihat orang bercanda dengan ekspresi sedatar itu" komen Daehwi.
"Ya seperti pantatmu hwi" seseorang tolong tutup mulut Guanlin sekarang.
"YAK! LAI KUANLIN" Guanlin bersembunyi di belakang Chenle walau tentu saja bahkan tak setengah badannya tertutupi.
Jinyoung sedikit tersenyum.
Ia jadi teringat kakaknya Eunwoo yang sama menyebalkannya dengan Guanlin.
Di luar saja jaga image.
Saat di rumah seperti bocah kurang didikan.
"Sudahlah lebih baik aku pesan motel sekarang" Daehwi berbalik dan menggeleng cepat.
"Uh... Guanlin mau kok tidur bersamamu-"
"Kata-katamu agak ambigu" Daehwi langsung tersadar.
"Ah maksudnya berbagi kamar"
"Kau ya-" Guanlin menggeleng pelan.
"Kalau tidak mau kau tidak ku jajanin besok lin!" Ya mau bagaimana lagi.
Akhirnya Guanlin mengangguk.
Jinyoung kecewa... Eh?
Mereka pun masuk kamar masing-masing setelah makan.
Chenle menyikut Daehwi.
"Pacarmu sepertinya kecewa"
Daehwi memukul kembarannya itu.
"Heh! Kami baru kenal!"
"Nyenyenye, sudah aku mau tidur" Chenle mengambil 70% bagian di kasur itu.
"Ck menyebalkan"
.
.
.
.
.Sementara itu Jinyoung dan Guanlin saling membelakangi.
Jinyoung menghampar kasur lipat yang tersedia.
"Ck sebegitu tidak sukanya kah kau sekasur denganku?"
Jinyoung menghela nafas... Kenapa anak ini bodoh sekali sih?!
"Bodoh, ini single bed bila aku juga tidur di atas kau mau menempel denganku?!" Guanlin baru berfikir lagi.
"Hehe iya"
Tuhan memang adil.
Guanlin mungkin punya tinggi tapi Jinyoung ada otak.
"Lebih baik kau tidur jadi tidak hanya tinggimu yang bertambah tapi IQ mu juga" dan bodohnya Guanlin mengangguk nurut.
.
.
.
.
.Semuanya terlelap kecuali Daehwi.
Ia masih merasa bersalah soal tadi, dan agak tersipu dengan Jinyoung yang spontan menghampirinya.
Yaa... Walau itu reaksi normal saat kau tahu ada orang terkena masalah.
Namun Jinyoung sangat sigap walau berakhir Guanlin kena imbasnya.
"Astaga aku lupa selimut dan bantal"
Ia membawa selimut dan bantalnya ke kamar sebelah.
Terlihat mereka sudah lelap dan Jinyoung yang kedinginan.
"Astaga maafkan aku" Daehwi buru-buru menghampiri si kepala kacang.
Ia dengan telaten mengangkat kepala Jinyoung lalu memakaikannya bantal dan selimut.
Setelah selesai ia lebih memilih memandangi tampannya Jinyoung dibanding kabur.
'astaga kepalanya kecil sekali... Hidungnya juga bagus... Apa dia makan? Kenapa kurus sekali' yang terakhir apakah kau tidak mengaca Lee Daehwi? Makanlah yang banyak.
"Tolong berhenti menatapku, aku lelah pura-pura tertidur" Daehwi terkesiap.
Jinyoung bangun ternyata.
"Belum tidur?"
"Siapa yang bisa tidur di kondisi dingin begini tanpa selimut?"
"Maaf"
"Sudahlah... Kita baru kenal sehari dan aku sudah menginap disini"
"Maaf" lagi-lagi Daehwi meminta maaf.
"Minta maaf lagi kau ku cium"
"YA-" mulut Daehwi ditutup.
"Sttt nanti si bodoh itu terbangun"
Tuhan kenapa bersama Jinyoung Daehwi selalu senam jantung.
Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun That Too Shine (Jinhwi)
FanfictionDaehwi seperti matahari cerah dan hangat, bahkan memberi vitamin D dalam kehidupan Baejin. Matahari yang terlalu indah untuk tidak di pandang sampai kulitmu terbakar.