5

27 4 4
                                    

Astaga lupa up

Maaf ya nunggu lama<3

Sunyi senyap... Hanya terdengar nafas mereka bertiga dan degup jantung Daehwi.

"Kau punya riwayat jantung?" Daehwi menggeleng.

"Kau mendoakanku memiliki penyakit jantung?!" Suara Daehwi agak tinggi membuat Jinyoung panik.

"Kalau kau berteriak nanti mereka bangun dan menuduh macam-macam... Atau kau memang mau macam-macam dengank-"

"Shttt! Iya maaf tidak lagi" Daehwi harus lebih sering menghentikan perkataan mematikan Jinyoung sebelum ia benar-benar memiliki serangan jantung.

Lalu kesunyian ini berlanjut.

Tidak ada yang berinisiatif membuka suara, Daehwi juga tidak berniat..

"Kau tidak kembali ke kamarmu?" Daehwi baru sadar tapi ia malu jika ketahuan sibuk memandangi Jinyoung.

Astaga apakah ia mulai bermain mata di belakang kekasih? Maksudku mantan kekasihnya?

"Kau mengusirku?" Jawaban ini lebih baik dibanding 'aku lebih ingin memandangimu'.

"Hah?" Jinyoung bingung sendiri.

"A- ah... sudahlah kau tidur pagi besok harus cepat pulang agar bisa ke sekolah... Kenapa malah bergadang?!" Omel Daehwi.

"Bagaimana aku bisa tidur jika kau memandangiku seperti itu?"

Duh nampaknya Daehwi salah bicara lagi atau memang Jinyoung ini pandai berbicara?

Iapun berdiri beranjak pergi.

"Kenapa pergi?" Tanya Jinyoung.

"Karena kau menyuruhku" jawab si manis.

"Kapan?"

"Diam Jinyoung-sshi jangan mengajak berdebat aku mengantuk"

"Tidur saja... Dipelukanku juga boleh"

"Astaga demi Tuhan kita baru bertemu sehari"

"Lalu kenapa?" Jinyoung menantang.

"Kau tidak lupa kan aku masih memiliki kekasih? Berhenti bercanda seperti ini" Tapi hwi...

"Bukannya mantan?"

"A- sial" ia terkadang lupa sekarang ia menjomblo.

"Bercanda, sudah sana pergi... Atau kau benar-benar mau tidur di pelukanku?" Daehwi bergegas berlari keluar kamar.

Sampai jarinya terpentok meja.

"AW" tidak bisa mengaduh keras karena sudah malam makin menyiksanya.

Jinyoung hanya tertawa dalam diam.

'kenapa manis sekali sih?'

Perlu ku ingatkan kan Jinyoung kalian baru saja kenal?

.
.
.
.
.

Jinyoung bangun pagi sekali.

Ia harus pulang agar bisa mandi dan pakai seragam di rumah.

Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal bodoh tidak berguna seperti tadi malam.

Ia jadi semakin malas menolong orang.

Dan sialnya...

"Terkunci" rumah ini kenapa pengamanannya sangat ketat sih?

Ia mau membangunkan Guanlin namun tidak enak dengan apa yang telah ia lakukan semalam.

Habis tampang bodoh anak itu agak mencurigakan sih.

Mau membangunkan Chenle tapi sudah seram sendiri. Pilihan terakhir hanya Daehwi... Tapi kira-kira anak itu akan mengambek lagi tidak ya seperti semalam?

Padahal Jinyoung bukan tipe orang yang suka menggoda orang lain. Namun melihat wajah kesal anak itu membuatnya cukup...

Senang?

Apakah ia harus memeriksakan ini ke dokter? Psikiater? Sepertinya ia memiliki gangguan jiwa aneh yang membuatnya senang melihat wajah anak itu kesal.

Ia membuka kamar itu perlahan yang untungnya tidak di kunci. Menghampiri si pria manis dengan perlahan lalu menggoncangkan badannya tidak berperikemanusiaan.

"Bangun aku ingin pulang, jangan kurung aku di sini terus" siapa yang datang kesini duluan Bae jinyoung?

Daehwi jelas langsung terbangun.

"Manusiawi sedikit lah saat membangunkan orang lain astaga" wajah bantalnya yang merungut membuat Jinyoung tersenyum.

Ia sebenarnya bukan orang yang dingin, cuma sedikit tidak pedulian.

Namun terhadap anak ini Jinyoung ingin melihat setiap ekspresi yang si manis keluarkan.

Ekspresi nya sangat imut dan beragam.

"Berhenti melamun seperti orang mesum dan memandangiku seperti itu, katakan apa maumu?"

"Bukakan pintu..."

Daehwi berjalan sempoyongan, semalam ia tidak bisa tidur.

Entah karena rindu prianya, karena ada orang asing di rumah, atau hal lain?

Daehwi menghela nafas berat. Sepertinya pria bernama Jinyoung ini agak buta.

Jelas kuncinya ada di meja tepat di depan pintu.

"Ini apa?"

"Kunci?"

"Kau tidak bisa melihatnya?"

"Apa yang kau harapkan dari orang yang baru saja bangun subuh dan malamnya diganggu orang aneh yang menatapinya tanpa mau pergi?" Sialan Jinyoung.

'lalu? Aku juga baru bangun dan dapat melihatnya... Ditambah semalam tidak bisa tidur... Kau lebih dulu tidur dariku bodoh' misuh Daehwi dalam hati.

Ia tidak mau memperpanjang perdebatan.

Anw, dari mana kau tahu Jinyoung terlebih dulu dibanding kamu?

"Hhh cepatlah kau pulang" Daehwi misuh.

"Pintunya saja belum terbuka"

"Aku tidak berbicara dengamu" galak sekali Daehwi.

"Lalu dengan siapa?" Tanya Jinyoung iseng.

"Pacarku"

"Aku pacarmu?"

"Bukan"

"Lalu siapa? Lebih baik mengencani aku"

"Lebih baik aku mengencani ibumu Jinyoung-sshi" astaga Daehwi.

"Mana bisa"

"Bisa saja, asal kau tahu walau begini aku masih suka wanita, bisexual... Paham?!" kenapa orang-orang selalu tidak percaya dengan ini sih?!

"Bukan begitu... Aku tidak punya ibu"

Shit:)

Canggung.

"Oh sama" jawab Daehwi

Setelah pintu terbuka Jinyoung pergi begitu saja meninggalkan Daehwi yang terus bedecak kesal karena mengantuk.

"Pamit kek apa kek dasar sial"

.
.
.
.
.

Sementara itu Jinyoung senyum-senyum di atas motornya... Atau motor kakaknya?

"Maaf lee... Tapi aku sudah melihatnya"

Yang di maksud Jinyoung adalah kunci rumah.

Iya ia sudah melihatnya namun ia lebih memilih mengganggu si manis.

Sepertinya ia memiliki hobi baru.

Ya ok segitu saja byeee~~~

Sun That Too Shine (Jinhwi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang