Hukuman

671 115 32
                                    

"Dipersilahkan untuk kunjungan berikutnya." Ucap seorang penjaga pintu ruangan raja. Penjaga itu berdiri dengan tegap dan tegas, memperhatikan Belva dari ujung kaki sampai ujung rambut. Belva merasa terintimidasi, dengan cepat ia masuk kedalam agar tidak terlalu lama merasakan intimidasi dari penjaga pintu tersebut.

"Salam yang mulia." Ucap Marissa, Belva melihat gerakan tubuh Marissa, dan tutur katanya. Belva mengikuti semua gerakan dan ucapan Marissa teai agar tidak salah dan menimbulkan permasalahan baru.

"S-salam yang mulia-"

"Manusia?" Tanya Raja itu.

"B-benar yang mulia, nama hamba Belva, dari dunia manusia." Belva tetap menunduk tidak berani menatap wajah sang Raja, meski sedang dalam wujud kucing itu. Tangan raja itu di angkat sepundak lalu berkata "pihak yang tidak berkaitan silahkan keluar." Ucap raja dengan serius. Marissa sedikit tersentak, mendengar nada bicara raja yang terdengar tidak baik saja membuat bulu kuduknya merinding. Apalagi Belva yang belum pernah bertemu dengan raja di negeri kucing ini.

Marissa sedikit tidak tega, namun ia terpaksa harus pergi dari tempat ini. Marissa menggenggam sebentar tangan Belva yang bergetar ketakutan, "semoga kita bisa melewatinya." Bisik Marissa ada Belva.

Setelah Marissa pergi, raja mengubah wujudnya menjadi manusia tepat dihadapan Belva. Perubahan sang raja berbeda dengan yang lain, saat pergantian wujudnya di penuhi dengan Kilauan cahaya emas di sekelilingnya. Jika manusia kucing biasa, hanya cahaya putih biasa.

"Belva." Ucap suara berat Raja.

"Iya yang mulia." Suara belva bergetar ketakutan.

"Apa benar kamu tidak mengetahui surat kontrak tersebut?" Tanya Raja.

"Benar yang mulia, saya tidak tahu apa-apa. Hamba kira tidak ada perjanjian di atas kertas, dan beberapa aturan yang tidak boleh di larang." Ucap Belva dengan jujur,tidak menambah-nambah apapun.

Raja menghela nafasnya, sekarang sudah jelas jika Belva benar-benar tidak bersalah sama sekali karena 'ketidaktahuan' gadis itu. Berat mengakuinya tapi... Hukuman harus dilakukan, karena tidak... Dewa akan marah besar.

"Dimana Wood?" Tanya Raja.

"Dia... Hilang kesadaran..." Belva mengepalkan tangannya erat.

Raja mengangguk, ia tahu kenapa Wood begitu. Rasa sakit yang dirasakan Wood perlahan datang membuatnya tidak sadarkan diri, Wood harus segara dimusnahkan Sesuai dengan peraturan dari leluhur.  Ditambah, jika dibiarkan terlalu lama, Wood akan semakin tersiksa.

"Baiklah kau boleh pergi." Ucap Raja.

Setelah Raja menyuruhnya pergi, Belva masih tetap berdiri, di tempatnya.

"Saya Ingin menggantikan Wood!" Belva menatap serius Raja. Tangannya mencengkram ujung bajunya.

"Apa yang kau maksud manusia!?" Raja berdiri menjauh dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah Belva. Sang Raja berdiri di belakang Belva dengan tujuan menekan gadis itu, namun belva tetap teguh dengan pendiriannya.

"Saya benar-benar ingin menggantikan Wood, yang mulia." Sebenarnya Belva tertekan dengan raja yang berdiri di belakang Belva, karena pada dasarnya di sini, raja tidak boleh di punggungi.

"Kau masih bisa menarik kata-kata—"

"Maaf memotong ucapan anda yang mulia!" Belva membalikan tubuhnya, kini ia berhadapan langsung dengan Raja kucing itu. Belva meletakkan tangannya di atas dadanya. Ia memejamkan matanya, kesal karena Raja terus melarangnya untuk menggantikan hukuman Wood.

"Saya, sangat mencintai Wood, tulus dari hati. Hamba tidak tega jika nyawanya direnggut. Wood memberikan banyak perubahan pada hamba." Belva menatap raja yang lebih tinggi darinya, mata Belva berkaca-kaca, hatinya sangat tersayat.

Mr. Cat? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang