Harus Bagaimana?

1.7K 310 9
                                    

"Aku melihat kejadianmu tadi di kelas." Ucap Wood dengan sorot yang mengkhawatirkan Belva.

"Kau mengkhawatirkan ku?" Tanya Belva untuk meyakinkan, dan Wood mengangguk.

Gadis itu tersenyum manis, ia senang seseorang mengkhawatirkan nya. Wood terbius oleh senyuman itu. Lelaki itu memandangi wajah Belva tanpa sadar.

"Wood?" Belva melambaikan tangannya ke kanan dan ke kiri di depan wajah Wood.

"Ah ya?"

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Belva. Lelaki itu itu tahu harus menjawab apa.

"Ah l-lihat sudah kau terlambat sepuluh menit!" Wood melihat Jam besar yang bertengger di depan sekolah.

"Ah tidak!" Belva hendak berlari tapi Wood menarik tangan Belva dan menyuruh gadis itu mengikuti nya.

Sampailah mereka di tempat sepi yang sangat dekat dengan sekolah.

"Berpeganglah." Wood memegang lengan belva lalu seketika mereka tiba di depan pintu karyawan alfamart. d
Di sana sudah ada Rena yang sudah menunggu.

"Belva kenapa kamu terlambat?" Ucap Rena saat baru saja Belva membuka pintu khusus karyawan tersebut. Belva tidak membuka lebar pintu karyawan itu, karena Belva kira Wood masih ada di sana. Gadis itu gelagapan lalu menengok ke belakang di sana ternyata Wood sudah berubah menjadi kucing seketika Belva menghela nafas lega.

"Maafkan aku kak tadi aku ada urusan." Belva menundukkan kepalanya, sedangkan Rena menghela nafasnya. Gadis itu tidak tega memarahi Belva.

"Ya sudah cepat ganti bajumu mungkin sudah ada pelanggan yang menunggu, dan panggil aku Rena saja. Harus berapa kali aku mengingatkanmu." Ucap Rena dengan senyumnya. Belva membalasnya dengan angguk kan lalu dengan cepat ia mengganti bajunya di di tempat ganti baju.

Belva aku pulang dulu ya. Ucap Rena dan dibalas anggukkan lagi oleh Belva. Gadis itu memandangi punggung Rena yang mulai menjauh. Belva tersenyum mengingat Rena adalah sosok yang juga peduli padanya. Gadis itu bersyukur masih ada beberapa orang yang memperdulikan dirinya.

Setelah jam kerjanya selesai Belva yang telah mengganti bajunya kembali menjadi baju seragam lagi, ternyata waktu di buka pintu karyawan tersebut seekor kucing yang mana itu adalah Wood sedang sedang duduk di samping pintu itu.

"Wood kenapa kamu belum pulang?" Belva mengais kucing tersebut dan kucing tersebut mengeong.

Kucing itu melompat dari gendongan Belva dan kembali berubah menjadi manusia.

"Hei kenapa kamu berubah dengan leluasa, bagaimana jika ada yang melihat?"

"Aku tidak berubah seenakku, aku juga memperhatikan sekitar, dan lagipula disini tidak ada cctv."

"Kau benar." Ucap Belva.

"Ayo pulang." Ucap Wood dengan senyum nya.

"Pulang ke rumahku." Ucap Belva membenarkan kalimat Wood dengan sedikit tawa.

Belva dan Wood berjalan santai untuk pulang ke rumah 'Belva'. Saat ini angin berhembus pelan. Angin malam yang menyejukkan, lampu jalanan yang terang, ribuan bahkan jutaan bintang bersinar di atas, membuat Belva dan Wood merasa tenang dengan perasaan mereka. Wood bercerita berbagai pengalamannya yang membuat Belva tertawa.

Lelaki itu melangkah lebar dan berdiri menghadap Belva.

"Ada apa?" Tanya Belva sembari menengadahkan kepalanya ke atas karena tinggi Belva hanya sebatas dada Wood.

"Aku sedikit tenang." Ucap Wood tiba-tiba.

"Hm?"

"Tetaplah sering tertawa seperti ini, jangan terus menunduk. Jangan dengarkan perkataan orang lain, tapi dengarkan aku, kamu itu cantik."

Mr. Cat? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang