kemunculannya

604 117 34
                                    

Jangan lupa Vote sebelum membaca ♡♡ love u ♡♡

Belva telah terbangun dari sadarnya, kini ia bisa duduk sambil menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang. Wood terus memegang tangan Belva sambil memandang tajam ke arah Noir, sedangkan lelaki yang di tatap hanya berdiri sambil diam-diam melirik kearah Belva dari pintu masuk ruangan, karena Wood menyuruh Noir untuk menjaga jarak. Belva merasakan aura menyeramkan yang menyelimuti ruangan ini.

"Noir." Belva memanggil, Wood semakin mengeratkan genggamannya tatkala gadisnya itu menyebut lelaki lain oleh mulutnya sendiri. Belva menghela nafas, karena baru saja ia terbangun dari pingsannya, ia sudah dihadapkan oleh keadaan yang begini.

"Iya?" Tanya Noir ramah.

"Noir, sepertinya sekarang hampir malam." Sahut Belva dengan maksud mempersilahkan Noir untuk pergi dari ruangan ini tanpa niat mengusir atau apapun itu, ia hanya ingin Wood tidak terlalu berjaga-jaga dan lagipula sekarang sudah benar-benar malam.

Noir melirik Wood lalu melirik Belva yang tengah membuat kode dengan tatapannya yang beberapakali di arahkan terhadap Wood seakan mengatakan 'kita bicara nanti, atau kau akan habis olehnya disini'. Daritadi Noir sudah tahu jika Wood tidak menyukainya, tapi Noir kukuh pendirian jika ia ingin menunggu Belva, namun jika gadis itu menyuruhnya pergi karena khawatir, apa boleh buat.

"Kau benar ini sudah malam. Aku harus pergi." Noir mendekat ke arah ranjang Belva. Wood semakin bersiap jikalau Noir menyentuh Belva seujung rambut pun, maka Wood tidak akan segan mematahkan lengan Noir.

Noir yang melihat tatapan membunuh dari Wood, tidak jadi mengelus kepala Belva.

"Sampai bertemu nanti." Noir melambaikan tangannya.

"Tidak ada kata 'sampai bertemu nanti' di kamus milikku jika itu bersangkutan denganmu." Wood bersuara dengan dingin, Noir hanya mengangguk-angguk untuk mengiyakan karena ia tidak ingin berdebat. Melihat kelakuan Noir, Wood merasa sedang dipermainkan.

Noir hilang setelah pintu tersebut ditutup.

"Wood, kamu terlihat seperti anak kecil yang sedang menjaga mainannya agar tidak di curi." Tutur Belva mengingat kesiagaan Wood, padahal itu hanyalah Noir orang yang membantu Belva.

Tatapan Wood kini melembut, berbeda dengan Wood yang berbicara dengan Noir tadi.

"Kau bukan mainan, sayang." Wood mengelus puncak kepala Belva. Rona wajah gadis itu memerah mendengar kalimat yang di utarakan oleh Wood.

Wood terkekeh saat melihat gadisnya itu bersemu merah karenanya.

"Aku senang saat berdua denganmu." Ucap Wood tiba-tiba, lelaki itu memejamkan matanya sambil mengecup-ngecup salah satu tangan Belva yang tidak memakai selang infus. Wood menghirup aroma tangan Belva dalam-dalam, hanya begitu saja membuat lelaki itu terangsang.

"Wood."

"Hmm?" Tanya Wood masih dalam posisinya, matanya juga masih terpejam merasakan aroma gadis itu yang masuk melalui hidungnya.

"Kenapa kamu membawaku ke rumah sakit? Biaya-"

"Jangan cemaskan itu, cemaskan saja keadaan dirimu sendiri." Wood membuka matanya dan menatap dalam manik mata Belva.

"Tapi..."

"Belva, selama ada aku, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun ok?"

"Baiklah, terimakasih banyak Wood." Belva menunduk, ia merasa tidak enak hati terus memberatkan dan memberi Wood masalah setiap harinya.

Wood berdiri lalu membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya, kemudian ia mengangkat dagu Belva secara perlahan.

"Kalau kau berterimakasih, cintai aku sepenuhnya." Ucap Wood, ia sedikit khawatir kerena takut Belva berpaling kepada Noir.

Mr. Cat? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang