Part 1

5.1K 204 5
                                    

"APA?! KOREA SELATAN?!!"
Terdengar suara desahan napas di seberang. "Dasar, tidak pernah memperhatikan saat aku bicara," suara wanita di seberang terdengar sangat jengkel. "Aku sudah bilang berkali-kali agency telah mengurus debutmu di sana. Dan kau juga bilang kau mau pindah kan? Ya sudah sekalian saja. Kau pindah, debutmu jalan. Semoga saja karirmu bisa membaik."
"Tapi kenapa Korea Selatan?! Kenapa tidak Amerika saja? Atau Hongkong! Atau Jepang juga tidak apa!"
"Alexandria Chang!" suara wanita di seberang meninggi. "Kau lupa percakapan kita di telepon beberapa hari lalu?!"
"Yang mana?"
"'Alex, apakah kau mau debut di Korea Selatan?'," wanita tersebut mulai memeragakan percakapan mereka kemarin. "'Terserah padamu saja, Meili Jie. Yang penting aku keluar dari Beijing'."
Alex yang tadinya membaca sebuah novel, menutup novelnya kasar lalu mendengus. "Kau bertanyanya saat aku kencan dengan Yifan. Bagaimana aku bisa konsentrasi?" protes Alex sambil mengingat lelaki tampan, tinggi, sempurna, dan merupakan aktor sekaligus model terkenal yang belakangan dekat dengannya.
"Aku tidak mau tahu. Kepindahanmu sudah diurus, hanya tinggal kau saja lagi. Jika kau tidak mau disemprot CEO lebih baik kau segera menyiapkan dirimu dan barang-barangmu. Tiga hari lagi kita berangkat. Mengerti?"
"Tapi...."
Sambungan langsung diputus sepihak oleh Meili sebelum Alex sempat protes. Alex membanting ponselnya di kasur. 'Belum apa-apa, nasibku sudah begini sial.' umpatnya dalam hati.
Gadis itu mengambil ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam 10 malam. Night Club pasti sudah buka. Segera saja gadis itu menelepon sebuah nomor.

---

Alex menyesap gelas kedua white wine-nya. "Alex, jangan minum banyak-banyak, nanti kau mabuk." suara berat seorang lelaki di sebelahnya membuat Alex terbahak.
"Aku tidak gampang mabuk, Yifan sayang." balas Alex sambil mengusap pipi lelaki itu, Yifan.
"Ada apa denganmu? Ada masalah?" tanya Yifan sambil merampas gelas dari genggaman Alex lalu meminumnya sampai habis.
"Aku akan pindah." jawab Alex dengan pandangan kosong ke depannya.
"Pindah?" Yifan membulatkan matanya, terkejut.
"Iya. Ke Korea Selatan, lebih tepatnya Seoul." Alex berniat akan memesan segelas wine lagi karena wine-nya diminum Yifan.
Di samping keterkejutannya, Yifan menahan Alex untuk memesan. Yifan lalu meletakkan beberapa lembar uang di atas meja mereka kemudian lelaki itu menarik Alex keluar. "Yifan Ge kenapa kau menarikku keluar?!" protes Alex sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Yifan. "Aku masih mau minum! Dan kau tidak perlu membayarkannya untukku."
Yifan terus menarik Alex, tentu saja ia yang menang. Tinggi mereka saja sudah berbeda 20 cm. Yifan membuka pintu mobil untuk penumpang. "Masuk." perintah Yifan.
"Aku tidak mau pulang!"
"Siapa yang membawamu pulang? Cepat masuk." Yifan mulai terlihat tidak sabar sehingga ia mendorong gadis itu masuk, namun tanpa melukainya.
"Ge!"
Yifan segera menuju bangku kemudi. "Aku membayarnya karena aku juga meminum wine-mu. Sudah jangan protes. Belum apa-apa saja kau sudah mabuk."
"Aku tidak mabuk!" bantah Alex.
"Yang jelas, kita harus bicara," Yifan mencondongkan badannya ke arah Alex kemudian memakaikan sabuk pengaman untuk Alex. "Tidak mabuk kau bilang? Wajahmu saja sudah semerah ini."
Alex langsung mendorong wajah Yifan untuk menjauh. "Bicara apa?" tanya Alex tanpa memandang Yifan. Yang benar saja, wajahnya bukan memerah karena pengaruh wine. Penyebabnya adalah WU YIFAN.
Bukannya menjawab, Yifan malah memasang sabuk pengaman untuk dirinya. Setelah mengunci semua pintu ㅡ lelaki itu tidak mau gadis di sebelahnya nekat dan turun begitu saja ㅡ Yifan menghidupkan mesin mobil dan tak lama mobilnya melaju kencang membelah jalanan Beijing. Beberapa saat kemudian, Yifan menghentikan mobilnya di sebuah taman yang sangat sepi.
Yifan tampaknya tidak berniat untuk turun. Yifan terlihat merangkai kata di kepalanya kemudian ia menatap Alex yang melihat ke sekeliling. "Kau... serius akan pindah? Apakah tidak ada hal yang akan membuatmu tetap tinggal di sini?"
Alex mengalihkan pandangannya untuk menatap Yifan. Kemudian gadis itu menghela napas panjang. "Kepindahanku ke sana sudah diurus. Jika aku menolak sama saja aku menyerahkan diri ke kandang singa yang kelaparan. Aku tidak ingin ke sana. Lebih baik aku ke Amerika atau Hongkong atau Jepang. Tapi aku tidak punya pilihan."
"Intinya kau memang ingin pindah dari sini?!"
"Bisa dibilang begitu. Karierku sudah hancur di sini." air mata mulai menggenang di pelupuk mata Alex.
Yifan langsung memeluk Alex erat. "Baiklah. Kau tidak masalah bukan dengan hubungan jarak jauh?"
Alex mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"
Yifan melepaskan pelukannya namun ia tetap menahan bahu Alex supaya tidak menjauh darinya. Yifan menatap mata Alex lekat. "Aku menyukaimu."
"Hah?"
"Masa bodoh dengan skandal itu. Masa bodoh dengan kepopuleranmu yang menurun. Masa bodoh dengan itu semua. Aku menyukaimu. Dan aku tidak bermain-main di sini."
Alex mencubit pipi Yifan. "Masa setengah gelas wine sudah membuatmu mabuk? Kau lucu sekali."
Yifan tersenyum tenang. "Aku tidak mabuk. Aku hanya ingin kau tahu perasaanku sebelum kau pergi. Jadi...."
"Apa?"
"Kau tidak masalah dengan hubungan jarak jauh, bukan?" ulang Yifan.
Bukan tipe pernyataan cinta yang 'langsung'. Bukan tipe pernyataan cinta yang romantis. Dan bukan tipe pernyataan cinta yang akan membuat Alex menolak. "Tentu saja." Alex menjawab disertai senyuman manisnya.
Dan malam itu. Jam itu. Menit itu. Detik itu. Alex resmi menjadi kekasih dari seorang Wu Yifan. Apakah hubungan kali ini akan bertahan lama?

[GOT7] Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang