satu

30 8 8
                                    

Malam ini, wilayah bagian timur terlihat seperti biasanya,para wanita yang mulai keluar dari rumah masing-masing menuju rumah bordil untuk melakukan pekerjaan mereka

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelecehan, kekerasan dan pembunuhan sudah menjadi makanan harian di wilayah tersebut.

Karena amerta ditinggal sendiri oleh ibunya dia keluar dan berjalan sendirian di wilayah tersebut

Anak-anak kecil berlarian kesana kemari, bersembunyi dan bermain.

Amerta kecil menatap anak-anak yang bermain dengan gembira.

"mereka mana?, aku juga mau main! "
Amerta berjalan riang mencari teman-temannya

Hingga saat polisi datang dan sontak membuat masyarakat di wilayah tersebut panik berhamburan ke rumah masing-masing.

Tanpa ada aba-aba mereka melepaskan tembakan membabi buta dan mengenai beberapa orang.

Amerta yang ketakutan melihat keadaan di depan matanya hanya bisa bergeming ketakutan.

Pemukulan yang dilakukan polisi tanpa pandang bulu, baik itu pria, wanita, orang tua dan anak-anak sekalipun.

"aaarrghhh! Aaakkhh" suara teriakan kesakitan diabaikan begitu saja.

Memukul tanpa ampun, menghabisi mereka yang ada dijangkauan para polisi.

Melemparkan tembakan dan menewaskan banyak orang yang tidak tahu apa-apa.

"jika hasrat membawamu kesini, betapa malu diriku melihat gerombolan anjing mengejar kucing yang cacat" ucap seorang kakek tua.

Kepala kepolisian yang mendengarnya tersenyum licik dan mendatangi kakek tua tersebut.

"karena kucing cacat sepertimulah yang membuat hasrat para anjing seperti kami mengebu"

"kau tidak berhak untuk berada di posisi kepala kepolisian dengan matamu yang buta"

Amarah mengelilingi kepala polisi yang buta itu dan berteriak kepada anak buahnya.

"BANTAI... " teriaknya

Si buta memimpin dengan gagah berani seperti dirinya bisa melihat apa yang terjadi didepan matanya.

Anggota kepolisian mulai mengeluarkan pistol, pisau dan membantai orang-orang yang berlari ketakutan.

Ada yang bergeming tanpa bisa melakukan apapun dan dihabisi tanpa ampun. Dan juga ada yang berusaha melarikan diri.

Amerta yang melihat kejadian itu merasa sekarang dirinya di neraka walaupun kehidupannya sudah di neraka tapi ini lebih kejam dari pada kehidupan biasanya.

Beberapa anjing pelacak mengerikan dan siap memangsa mulai mengerumuni kakek tua dengan si buta, tidak ada rasa takut sama sekali di diri kakek tua itu

"HAHAHA... kasihan sekali kau, BUTA" tekannya di kata buta.

Dan tidak ada lagi tawa kakek tua tersebut di malam ini, mungkin malam selanjutnya juga tidak ada.

Bunyi sirene mobil polisi memekakkan telinga, semakin banyak mobil yang datang ke perkampungan kumuh itu dan semakin memekakkan telinga.

Amerta bergeming ketakutan saat melihat mobil polisi yang banyak berdatangan dan anjing-anjing yang mangerikan, mereka terlihat sangat kelaparan dengan liur yang keluar dari moncongnya.

Bau anyir mengelilingi amerta, bahkan di depannya mayat perempuan tergeletak bersimbah darah.

Disampinya mayat anak kecil yang bisanya berlari dan tertawa sudah diam tidak bergerak lagi.

My Queen AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang