JALADARA

05. Diri

- SELAMAT MEMBACA - 

05. D I R I
❝Terkadang, yang hati-hati pun kalah dengan yang beruntung❞

»»--⍟--««

Terkadang jika kita terlalu merindukan seseorang, orang itu akan datang lewat mimpi. Tetapi, bukan ini yang di inginkan Lakuna. Mimpi yang seharusnya menjadi bunga tidur paling indah, malah menjadi bayangan paling menyeramkan.

Tentang seseorang perempuan, yang katanya bisa menjadi perisai bagi anaknya. Tentang sosok ibu, yang katanya adalah hangat saat dingin melanda. Tapi bagaimana jika hangatnya itu hanya bertahan sebentar. Disaat, diluar sana badai terus menerjang dan dingin terus menyerang.

Pasti, sosok itu akan datang kan?

Tidak.

"Bunda"

"Bunda, Lakuna mau bunda"

Lakuna terbangun dengan napas memburu, keringat dingin membasahi dahinya. Buruk, sangat buruk. Lakuna bermimpi Yona tidak akan pernah menemuinya lagi, Yona benar-benar meninggalkannya dalam gelap dan dinginnya ruang itu.

"Lakuna, sayang. Kamu kenapa"

"Bunda?" Lakuna bertanya, ia mendongak. Ternyata pendengarannya salah, wanita itu bukan Yona tetapi Mbak Lina, suara mereka hampir sama ketika menyebut nama Lakuna.

"Ini mbak" ujar Mbak Lina langsung mendekap Lakuna. Sudah dua kali Lakuna terbangun karena memikirkan orang tuanya, pertama pada pukul setengah dua belas malam saat dimana Nayaka masih disini, dan yang kedua pagi ini, pukul tujuh empat belas.

"Mbak telponin bunda ya" Mbak Lina mencoba merayu. Lagi-lagi Lakuna menggeleng, dia mendadak takut hanya karena berbicara dengan bundanya.

"Takut" cicit Lakuna.

"Biar mbak aja yang bicara, nanti kalau Kuna mau ngomong sesuatu bilang sama mbak, nanti mbak sampaikan"

Setelah diangguki Lakuna, Mbak Lina langsung memencet tombol panggil disana.

"Hallo, kenapa Lin?"

"Maaf, apa nyonya sibuk untuk sekarang?" tanya Mbak Lina hati-hati.

"Sedikit, kenapa memangnya? Tumben kamu telepon" Dari seberang Yona menyerit, lalu terkekeh pelan setelah mengerti keadaannya.