01. Petrikor

77 57 12
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

- SELAMAT MEMBACA -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01. P E T R I K O R
❝Ah, iya kita kan cuman sebatas teman. Bahkan rintik hujan pun tau.❞

»»--⍟--««

Angin menerpa wajah ayu milik seorang gadis, gadis yang tengah duduk di tepian bangku taman sekolah. Menikmati aliran skenario yang akan terjadi selanjutnya.

Bibirnya mendumel pelan, menyebut nama yang selalu menjadi bebannya, beban perasaan.

"Na, lo di cariin Nayaka" panggil seorang gadis dengan menenteng dua tas, satu miliknya dan milik gadis itu.

"Kenapa?"

"Pulang lah, kan lo kan biasanya pulang sama dia"

Menepuk dahi, gadis bername tag Lakuna Kelana itu mengembuskan napas pelan. Padahal baru lima belas menit dia menikmati ketenangan yang efemeral ini.

Lakuna beranjak lantas mengambil tasnya itu.

"Lo di tungguin di depan halte, gue duluan ya Na" pamitnya meninggalkan Lakuna.

Lakuna berjalan gontai meninggalkan area sekolah menuju halte, menanggapi berbagai sapaan dengan senyum kecilnya.

"Lama banget, untung busnya enggak satu doang" cerocos laki-laki dengan tangan menyilangnya. Tetapi dengan nada yang masih aman. Dia Laksamana Nayaka Adiputra.

"Siapa suruh nunggu" ketus Lakuna lantas duduk di samping Nayaka.

"Bu Gie udah titipin lo ke gue, enggak mungkin ditinggal gitu aja, yang ada titipan beliau hilang nanti" jawab Nayaka, lagian, ada saja jawaban dari laki-laki itu.

"Iyadeh"

Keduanya diam, Nayaka menatap wajah yang tampak letih di sampingnya.

"Itu muka, kenapa kayak gitu. Ada yang usil lagi? Siapa?"

Lakuna berdecak, membalas tatapan Nayaka si cerewet itu, moodnya sangat buruk akhir-akhir ini.

"Ka, mending diem" sentak Lakuna beranjak setelah melihat bus yang hendak berhenti di depannya.

Punggung gadis itu sudah terlebih dahulu memasuki bus, meninggalkan Nayaka yang masih terdiam di tempatnya.

"Nayaka!" panggilan Lakuna dari dalam bus menyadarkannya.

"Eh! Iya"

Bus itu berjalan meninggalkan halte yang kini sudah sepi. Dua insan kini tengah dilanda ke heningan, tidak ada yang ingin mengalahkan egonya terlebih dahulu. Nayaka yang bodo amat dan Lakuna dengan moodnya yang sedang diombang-ambingkan.

JALADARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang