03. Menghilir

34 36 64
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

- SELAMAT MEMBACA -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03. M E N G H I L I R
❝Kamu baik, ayo pertahankan❞

»»——⍟——««

Pantulan kaca menampilkan wajah masam gadis yang baru saja mencuci mukanya. Kerutan di dahinya mungkin cukup memberikan isyarat bahwa ia sedang dilanda kebingungan sekaligus rasa cemas.

Bagaimana tidak? Sejak pagi tadi dirinya memikirkan apa yang sama sekali tidak terpikirkan. Maksudnya, Lakuna tidak tau sedang memikirkan apa hingga dirinya menjadi seperti orang gelisah saat ini.

Sudah cukup merasa lama di toilet, gadis itu akhirnya keluar.

"Udah gak pusing?" tanya sosok di sampingnya yang muncul tiba-tiba, mengejutkan saja.

"Jangan ngagetin Ka!" omel Lakuna dibalas cengiran oleh Nayaka. Tidak tau saja, gadis di sampingnya itu mempunyai jiwa pengaget.

"Maaf ya" ujar Nayaka langsung menggenggam tangan Lakuna, sontak gadis itu menatapnya dengan tajam.

Apa-apaan ini, pegang-pegang.

"Gak usah pegang-pegang" sentak Lakuna menepis tangan Nayaka yang masih menempel padanya.

Lagi-lagi Nayaka menyengir, ingin sekali Lakuna merontokkan gigi Nayaka agar laki-laki itu berhenti menyengir. Jujur Lakuna sudah lelah.

"Jenar mana?" tanya Nayaka tiba-tiba, sedikit terkejut. Pasalnya laki-laki itu tidak cukup se-frekuensi dengan Jenar. Tapi kenapa kali ini dia mencari gadis itu.

Lakuna menghentikan langkahnya, mengecek adakah yang salah dengan Nayaka dengan menyibak rambut laki-laki itu yang sudah menutupi alis sebagian.

"Gak usah sentuh-sentuh" Nayaka menirukan nada Lakuna saat dirinya memegang tangan gadis itu tadi.

Seakan sadar, Lakuna langsung menyingkirkan tangannya dan menyerit heran dengan sikap Nayaka hari ini.

"Dih, gak sakit kan?"

"Alhamdulillah, puji syukur gue sehat kok Na, kenapa? khawatir ya" jawab Nayaka menggoda dengan menarik turunkan alisnya yang menurut Lakuna itu elastis.

"Jadi orang kok pede abis" decak Lakuna meninggalkan Nayaka di lorong menuju kantin senidiri.

Seulas senyum terbit dari wajah laki-laki itu.

JALADARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang