0.3

412 90 32
                                    

"Kenapa enggak bilang dulu?"

"Aku chat, kok. Kakak aja yang miskin kuota."

Beomgyu hanya bisa terdiam sembari melihat ke arah sepasang saudara yang tengah beradu kata di tengah-tengah ketenangan menikmati makannya.

"Ini temen kamu, Kak?"

Yeonjun menoleh ke arah Beomgyu, lelaki itu dilirik sekilas oleh Soobin. Beomgyu hanya bisa menampilkan senyumnya dan mengangguk, malas sekali kalau harus berkata iya. Di sisi lain Yeonjun bungkam, memangnya ia berteman dengan Beomgyu?

"Gondrong, ya."

Tertohok.

Memang betul, rambut Beomgyu panjang karena sudah lama tidak dicukur, tapi kata gondrong itu tidak mulus masuk ke telinganya. Toh rambut Beomgyu masih rapi dan gemerlap.

"Model terbaru," jawab Yeonjun sembari terkekeh pelan. Sejujurnya ia ingin tertawa, tapi melihat keadaan wajah Beomgyu yang memaksakan senyumnya membuat ia tidak berani tergelak dengan kencang.

Gondrong, ahaha!

"Serius temen Kakak?" Soobin kembali bertanya, menatap Yeonjun dan Beomgyu bergantian.

Yeonjun mengangguk, "Iya."

"Kok keliatan tuaan Kak Yeonjun, ya?"

"AHAHA!" Kini Beomgyu tergelak hingga tubuhnya hampir jatuh ke belakang. Mulut Soobin itu agak tidak disaring, ya. Namun tak apa, Beomgyu memaklumi karena Yeonjun memang tua.

"Sama kamu aja kayanya aku lebih muda," terka Beomgyu setelah meredakan tawanya.

Soobin mengerutkan keningnya, "Taun berapa?"

"Dua ribu satu."

"Serius? Kok kamu mau temenan sama orang tua?"

"Puas banget, Bin." Yeonjun mendengus tidak terima. Ia dikatai tua oleh 2 orang yang lebih muda darinya, padahal tidak sampai 10 tahun bedanya.

Beomgyu dan Soobin tergelak bersama, puas menggoda pria yang lebih tua dari mereka hingga wajahnya tertekuk. Mereka masih di ruang tamu, menikmati sarapan yang kebetulan lebih, membuat Soobin ikut serta untuk mengisi perut.

"Nanti lusa anter aku ke rumah Tante, Kak."

"Loh? Ngapain balik lagi?" tanya Yeonjun kebingungan sambil mengerutkan keningnya.

Soobin menelan makanan di mulutnya dan mulai berkata, "Suruh jagain rumah sampe sore."

"Nyusahin."

"Aku juga nyusahin mereka, loh."

Mendengar perkataan Soobin, membuat Yeonjun bergeming dan berpikir. Benar, ia menitipkan Soobin pada keluarga tersebut hampir 6 bulan, bukankah merepotkan mengurusnya? Mereka juga harus membalas budi juga.

"Aku boleh ikut?"


•••


Beomgyu bilang ia ingin ikut ke rumah saudara kakak-beradik itu, ia bilang bisa membayar ongkos sendiri dan meminta Yeonjun untuk membelikannya pakaian tertutup dengan uang Beomgyu sendiri. Jangan bilang Beomgyu miskin, ia hanya tidak bisa keluar dan ingin bertahan hidup. Uang para korban yang sudah lenyap pun ia simpan rapat-rapat untuk kebutuhannya sendiri.

Keduanya menyetujui, toh kalau Beomgyu menggunakan pakaian tertutup ia tidak akan dikejar, 'kan? Lagi pula, siapa yang berani mengejar atasannya sendiri?

"Pekerjaannya udah selesai?"

Yeonjun menggeleng, merespon perkataan adiknya ketika mereka berdua duduk di atas ranjang dengan ponsel masing-masing. Suara gemericik air dari kamar mandi sebagai penghias, Beomgyu sedang melakukan ritual mandinya malam ini.

"Dikit lagi."

"Hati-hati, Kak."

Yeonjun mendongak dan tersenyum, mengusap kepala Soobin sayang dan merambat ke bahu yang kemudian ia tepuk perlahan. Ia takut, jal ini berbahaya pada Soobin, tapi mau bagaimana lagi? Pekerjaan.

"Melow banget, mandi sana." Beomgyu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan baju Yeonjun yang sudah ia pakai.

Yeonjun mendelik, "Aku udah wangi."

"Aku enggak perlu mandi aja banyak yang naksir," timpal Soobin sebelum turun dari ranjangnya. "Kamu tidur di mana?"

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Soobin, Beomgyu menghentikan kegiatannya mengeringkan rambut dan secepat mungkin menoleh ke arah sofa.

"Sofa," jawabnya santai sambil berjalan ke arah bangku empuk yang cukup panjang itu.

Soobin ber-oh ria, kalau mereka tidur di satu ranjang, bisa-bisa saat bangun tubuh ketiganya membiru.

"Kamu tidur sini, Kakak kangen."

"Alay, Kak."


















Bersambung ...

Never KnownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang