[Chapter 8] Damai tak abai.

468 57 11
                                    

Gerung suara mesin mobil mendominasi bisingnya kendaraan lain, bagai menemani desiran gundah Lia yang baru pulih.

"Kamu masih takut keguguran?" Soobin berdalih 'tuk mengakhiri kesunyian diwaktu perjalanan pulang dari Rumah sakit.

"Enggak Mas, kok nanya begitu sih?" Lia malah balik bertanya, sedikit mengangkat dua alisnya.

"Habisnya kamu diem aja."

"Gapapa, udah tenang kok Mas."

"Jangan khawatir lagi, tadi Dokternya sendiri yang bilang kalau kamu gak apa-apa."

Keadaan Lia menurut kesehatan tak ada keluhan apapun.

Sakit di daerah perut hanya sebab akibat dari pukulan Arin tadi siang, kandungan didalam rahim juga tidak terjadi apa apa.

Tapi sebelum kabar itu tersampaikan, Lia sempat cemas, takut kalau anaknya didalam sana terkena dampak.

"Oh iya, Li." Soobin memanggil lagi, meski diri sibuk mengendara tapi fokusnya pada Lia sama sekali tak terganggu.

"Apa Mas?"

"Aku minta maaf." Soobin mendadak lirih, sekilas menengok pada sang istri.

"Maaf kenapa?"

"Aku jarang perhatian sama kamu, aku tau kamu hamil aja baru sekarang."

Jelas Soobin penuh penyesalan, samar samar berdesir nikmat didalam rusuk dadanya yang bergemuruh tenang.

Setelah keadaan Lia diketahui, Soobin kembali mengingat diri di hari kemarin.

Soobin sempat percaya pada Arin kalau Lia tak lagi mau menjadi istrinya di salah satu hari mereka pergi ke kantor, masih ingat bukan?

Yeonjun juga, sejujurnya ada beberapa persen dari ujung benaknya yang mempercayai omongan kosong mereka.

Tapi Soobin berlagak abai dalam kepercayaannya, diam tak berkutik namun jalan pikiran membelok tanpa kesadaran.

Soobin kurang menomer satukan Lia lagi setelah itu, baru dihari ini ia menyadari setelah tau Arin adalah pencuri uangnya.

"Kemarin di Mall aku banyak berduaan sama Arin sampai lupa sama kamu, harusnya gak kayak gitu..."

"...harusnya aku lebih peka sama kamu. Tau gak Li? Ngeliat kamu pingsan kemarin bikin aku ngerasa gagal jadi suami kamu."

Lia tertegun.

Nada ucapan yang menenangkan itu bagai menghadirkan sepasang serangga bersayap indah yang melambung didalam dada.

Maju dalam beberapa waktu singkat, Lia sunyi lalu Soobin kembali berkata.

"Maaf Lia, kemarin aku baru pertama kali ngerasa nyaman banget deket sama Arin..."

"...aku mulai sadar kalau aku mulai sayang sama Arin, tapi ngeliat kejadian tadi kayaknya aku gak layak untuk cinta sama dia lagi..."

"...aku sadar, aku gak bisa buka hati lagi selain buat kamu, Allah gak menakdirkan aku cinta sama Arin dan aku gak mampu poligami."

Mobil yang menampung sepasang insan pemilik hati terhenti, lantaran jalanan mulai padat dibawah langit sore menjelang malam.

Pemuda itu mempertemukan netranya bersama Lia, kerlingan yang terpancar dari wanita itu membuat ia selalu terpesona.

"Iya Mas, aku juga minta maaf udah paksa kamu nikah sama Arin."

Wanita itu menampili seringai indah kepada Soobin, sejenak sang wira mensyukuri adanya kehangatan di dalam diri.

"Iya sayang, secepatnya aku bakal urusin perceraian aku sama Arin, setelah itu aku bakal keluar kerja."

POLIGAMI | SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang