Haruto mendorong junkyu yang duduk diatas kursi roda menuju masuk kedalam rumah kediaman keluarga watanabe. Mengingatkan usia kandungan junkyu yang mulai masuk bulan ke enam, mama watanabe meminta junkyu untuk tinggal sementara bersama haruto.
Sudah lima hari junkyu dirawat inap. Tentang keadaan noa, sekarang masih kritis, namun junkyu juga tak bisa selalu menunggu disana. Lagi pula noa juga sudah ada yang menjaganya.
Saat ini, junkyu sedang melihat suaminya yang di ceramahi oleh ibu mertuanya, karena kejadian perkelahian yang lalu. Junkyu sudah melupakannya padahal, namun ibu mertuanya tidak terima menantunya disakiti oleh anaknya.
"Dengar itu haruto?!"
"Iya ma..."
Haruto yang diceramahi oleh mamanya hanya pasrah. Bagaimana pun mamanya ini lebih sayang pada junkyu dari pada dirinya. Haruto bukannya cemburu, malah senang karena mamanya sayang terhadap istrinya.
Junkyu hanya tertawa kecil sambil mengunyah biskuit cokelat yang disediakan di meja. Merasa kasian pada suaminya, junkyu bangkir dari duduknya,
"E-ehh junkyu, duduk aja ya" suara mama watanabe yang mengintruksi junkyu yang hendak berdiri dari duduknya.
"Tapi ma, mamas kasian kalau dimarahin terus"
Mama watanabe yang mendengar penuturan junkyu hanya mengusap dadanya, "gapapa sayang, sekali kali harus diginiin"
Mama Watanabe kembali menatap anaknya yang menunduk, "kalau mama ngga ingat kamu, udah mama ceraiin kamu sama junkyu. Biar junkyu sama yang lain"
Haruto melongo tak terima, "ngga boleh. Junkyu itu punya aku"
"Punya kamu? Lah kamu kok bisa oleng kemarin ha?"
"Khilaf ma..."
Plak!
"Aduh ma!"
"Untung ngga di ulangi lagi. Awas aja, mama bakal penggal kamu"
Mama watanabe berjalan menuju samping menantu nya yang asik menonton siaran televisi. Tangannya bergerak mengusap perut junkyu sembari tersenyum.
"Gimana sayang, masih sakit ngga?"
Junkyu menggeleng, "ngga kok ma, dedek bayinya udah ngga sakit lagi hehe"
Mama watanabe mengecup dahi dan pipi junkyu sayang, "kalau ada apa apa bilang lho ya"
"Oke, ma"
Haruto melihat mamanya bangkit dari samping junkyu, dengan cepat menggantikan dirinya berbaring dipaha istrinya.
Haruto bergerak mendekap perut junkyu sayang, "ayah ngga sabar lihat kamu keluar sayang"
"Masih lama mamas"
Pria llama itu menatap manisnya lama, membuat si empu yang ditatap salah tingkah, "kenapa liatin adek kayak gitu?"
"Adek cantik soalnya" pujinya
Junkyu tersenyum sombong, "jelas dong. Siapa dulu? Junkyu gitu lho"
Haruto mencubit gemas pipi bulat milik junkyu. Haruto membenarkan posisinya menjadi duduk disamping junkyu.
Junkyu yang melihat suaminya duduk bersila, junkyu beranjak duduk dipangkuan haruto dengan tangan yang melingkar di leher tersebut.
"Adek kenapa,hm?"
"Adek kangen"
Haruto mengelus punggung junkyu yang memeluknya erat. Haruto sedikit meregangkan pelukannya agar calon anaknya tidak terlalu tertekan karena bundanya yang memeluk ayahnya erat.