Chapter 9

9 2 1
                                    

Hari ini misi untuk membebaskan dimulai dan sayangnya aku tidak ikut karena harus kembali berjaga di pos. Diriku ditemani oleh Yani karena Hyena ikut untuk misi tersebut. Jujur saja aku ingin sekali ikut, tetapi Pak Dedi menyarankan untuk tetap berjaga di pos sedangkan Thomas yang ikut terlibat. Pos hari ini lumayan sepi dan keadaan di desapun seperti biasa, tidak ada keributan yang berarti belum ada warga yang mengetahui perihal ini.

"Makan gado-gado enak ni kayaknya." Yani memecah keheningan yang terjadi diantara kami. "Dok, temennya dokter ya yang jual gado-gado?" sambungnya.

"Bukan, temennya temen saya." Jawabku seadanya, pikiranku masih tertuju pada misi itu.

"Hyena pernah cerita, mana katanya juga yang jualan ganteng lagi. Jadi penasaran." Ujar Yani.

"Hyena cerita?"

"Iya Dok, kata Hyena gado-gadonya enak banget, terus yang jualan juga ganteng jadi yaa kayak poin plus-plus, lidah dimanjakan sama gado-gado enak, mata dapet pemandangan wajah ganteng." Jelasnya.

"Hyena ngomong gitu?" tanyaku mulai penasaran.

"Iya Dok, kalau Hyena udah ngomongin cowok 'ganteng', berarti itu cowok bener-bener ganteng. Ya soalnya dia itu jarang banget Dok ngobrolin tentang cowok, jarangnya kebangetan malah." Ujar Yani.

Aku terdiam mendengar penuturan Yani, tidak tahu mengapa, tetapi perasaanku kesal mendengarnya.

"Pulang nanti mau minta temenin ah sama Hyena buat makan gado-gado disitu. Dokter mau ikut?" Yani menawariku untuk bergabung dengannya.

"Harus!" Aku terkejut sendiri mendengar jawaban yang spontan keluar dari mulut.
"Ehmmm.. Maksudnya harus, harus ikut. Kapan lagi nyobain gado-gado yang enak disini, hehe.." Diriku tersenyum canggung sembari memberikan alasan yang masuk akal.

"Okee, nanti kita makan gado-gado. Dok, Aku mau ke toilet sebentar ya." Kata Yani.

Ditemani keheningan, aku berpikir kenapa jawaban itu spontan keluar dari mulut ini tanpa ada pemikiran lagi. Seperti ada yang salah dengan diriku, tetapi apa itu. Semenjak bertemu kembali dengan Hyena, ada saja perasaan-perasaan yang aku sendiri tidak tahu itu apa datang menghampiri. Seperti hari ini, hanya karena Yani bilang kalau Hyena jarang sekali berbicara tentang laki-laki, tetapi mengatakan bahwa penjual gado-gado itu tampan aku sudah kesal dibuatnya. Kenapa ini, apa coba yang salah dengan diriku.

Otak please, fokus kerja okee..

Setelah Yani kembali, ada pasien yang datang dan kami langsung memeriksanya. Aku mulai terfokus kembali dan terus memeriksa pasien yang datang sampai akhirnya jam pulang tiba. Mobil yang mengantar shift siang sudah datang dan kami bersiap untuk pulang ke asrama. Saat hendak keluar dari poli ku lihat rombongan yang ditugaskan tadi sedang duduk-duduk di kursi depan pos. Aku melihat Thomas sedang mengobrol dengan Hyena dan tawa kecil menghiasi wajah Hyena. Perasaan kesal itu kembali muncul melihat mereka. Aku hanya bisa melihat mereka dari tempatku berdiri.

Hehh hati, lo kenapa sih? Dari tadi kesel mulu bawaannya.

"Dok.. Dokter.." Seseorang memanggilku.

"Dokter, kok bengong di sini? Itu mobil jemputan udah dateng, nggak mau pulang Dok?" tanya Yani.

"Ehh, iya. Ini mau pulang." Jawabku.

"Aku udah tanya Hyena tadi, katanya habis sholat ashar aja ke tempat yang jual gado-gado itu." Lagi, Yani berbicara kepadaku.

"Ahh.. Iya. Nanti panggil aja atau miscall kalau mau ke sana." Jawabku.

"Oke Dok." Sahut Yani dan kami berjalan beriringan ke mobil.

Setelah sampai di asrama, aku langsung masuk ke kamar, berganti baju dan berbaring sambil memikirkan lagi ada apa dengan diriku. Entah sudah keberapa kalinya hari ini terus berpikir ada apa dengan diriku, sayang jawabannya belum ketemu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lebih Dari Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang