Bismillahirrahmanirrahiim,
Selamat menikmati kelanjutan ceritanya.. 😍😍😍***
Malam semakin larut, namun mata ini belum juga mengantuk. Akupun tidak tahu kenapa pikiran ini hanya tertuju pada Hyena. Rasanya aku ingin mengembalikan hubungan kami seperti waktu SMA, akrab tanpa ada rasa canggung yang menghias. Sekarang ini Hyena hanya berbicara jika masalah pekerjaan saja, kalau di asrama? Jangan harap bisa bertegur sapa dengannya. Aku terus mengubah posisi tidur, mencari posisi paling nyaman agar bisa terlelap.
"Oy, jangan kayak cacing kepanasan. Gue mau tidur." Kata Thomas dari bawah.
Aku lupa, tempat tidur yang kami pakai ini adalah tempat tidur 2 tingkat. Jadi jika yang atas banyak gerak, yang bawah juga ikut bergoyang begitupun sebaliknya. Ku lihat jam yang tergantung di atas pintu kamar, sudah hampir setengah 1 malam dan aku masih belum terlelap. Dampak Hyena terhadapku begitu besar.
Aku membuka jurnal-jurnal kedokteran terbaru menggunakan gawai, membacanya dan berharap rasa kantuk akan datang. Saat melihat lagi jam dan ternyata sudah jam 1. Cukup lama aku membaca berbagai macam jurnal yang ada di internet dan sepertinya cara ini sedikit ampuh, mataku perlahan mulai berat dan secara tak sadar akupun tertidur.
***
Ketika terbagun aku melihat jam dan ternyata sudah jam 10 pagi. Ya Ampun, kenapa tidak ada yang membangunkanku.
| Thomas, kenapa lo nggak bangunin gue? Udah jam 10 ini, gue baru bangun. |
Aku mengirim pesan untuk Thomas.
| Udah gue bangunin lo dari tadi. Dasar lo nya aja yang kek kebo, waktu dibangunin engh engh doang bangun kagak.| Balasnya.
|Gue bilang sama Pak Dedi kalo lo kecapekan, nggak enak badan.| Pesan selanjutnya yang dikirim Thomas
|Tumben lo pengertian? Biasanya...|
|Yee nih anak, udah gue tolongin. Udeh ah, ngeladenin lo kagak ada habisnya.|
Aku memutuskan untuk tidak membalas pesan Thomas.
Aku keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
"Loh Dok, udah mendingan ya?" Tanya Ria, dokter anestesi yang sedang menonton TV.
"Eh? Oh, iya udah mendingan. Tadi juga sudah dikasih obat sama dokter Thomas." Karangku saat mengerti pertanyaan dari dokter Ria.
"Iya Dok. Di dapur ada sarapan tadi disisihin sama Hyena. Soalnya dia piket dapur hari ini."
"Iya. Saya ke sana dulu."
Ternyata sudah tidak ada lagi orang di dapur. Aku mengambil piring kemudian langsung duduk di meja makan. Dengan santai ku lahap habis nasi dengan ikan sambal sebagai temannya, sudah lama aku tidak makan ikan sambal rumahan seperti ini. Selesai makan, piring langsung ku cuci dan setelah itu kembali ke kamar. Berhubung hari ini shift sore, aku memutuskan untuk bersantai di kamar sebelum kerja.
Ku seka tirai yang menutup jendela sekadar untuk melihat kondisi di luar, tetapi pandanganku terkunci pada satu orang. Hyena yang sedang mengobrol dengan beberapa warga di dekat pagar asrama. Sesekali dirinya melempar senyum, entah apa yang mereka bicarakan sampai ia tersenyum begitu. Lagi-lagi Hyena memakai jilbab biru. Aku masih ingat bahwa ia sangat maniak dengan warna biru saat SMA, namun tidak tahu sekarang ini dia masih maniak atau tidak dengan warna biru.
Mata ini tak berpaling dari Hyena sampai dirinya kembali masuk ke asrama setelah mereka mengobrol. Aku kembali naik ke tempat tidur lalu memejamkan mata, berpikir bagaimana agar aku bisa akrab lagi dengannya.
***
"Dok, dokter, bangun. Bentar lagi yang shift sore mau berangkat." Samar ku dengar suara seseorang dan juga tepukan halus di tanganku.
Aku membuka mata.
"Dokter, sebentar lagi shift sore berangkat ke pos. Dokter masih sakit ya? Atau mau diizinin sama pak Dedi?" Dicky bertanya padaku.
Aku bangun dan duduk di tempat tidur.
"Sekarang jam berapa?" tanyaku balik.
"Jam 1 lewat 15, mau diizinin dok?"
"Nggak, nggak usah Ky. Makasih udah dibangunin."
Untung saja Dicky membangunkanku. Setelah itu aku mandi dan bersiap untuk kerja. Kemudian langsung turun ke bawah. Semua yang dinas sore sudah berkumpul dan siap untuk berangkat. Seragam untuk hari ini berwarna ungu muda. Yang membedakan seragam setiap profesi adalah corak batik yang bertengger cantik di lingkar tangan dan dijadikan list pada bagian kancing baju. Selain itu, kartu pegawai yang dikalungkan di leher juga memiliki warna yang berbeda sebagai identitas setiap profesi.
Kami memasuki mobil antar jemput, aku memilih duduk paling belakang dekat jendela. Ada alasan kenapa aku duduk di belakang, karena aku bisa memandang Hyena tanpa takut ketahuan dirinya dan juga yang lain. Bukankah diriku terlalu pengecut?
Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini perasaanku kacau karena Hyena. Hyena, kamu harus bertanggung jawab atas perasaanku yang kacau karenamu.***
Assalamu’alaikum semuaaa..
Maafkan jika chapter ini tidak sesuai harapan pembaca hehe..
Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Jangan lupa klik bintangnya 😍😍
Maaciihh... 😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Cinta
General FictionCinta? Akankah aku mendapatkannya kembali dalam hidupku? Semoga bisa memberikan hiburan juga manfaat buat para pembaca.. Selamat membaca 😍💞😁 CERITA INI HANYA HASIL IMAJINASI SAJA hehe.. 😅😅