3. Pacuan

1.4K 178 15
                                    

[REVISI]

Langkah Hekala cukup tergesa dengan tatapan mata setajam elang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah Hekala cukup tergesa dengan tatapan mata setajam elang. Hatinya bergemuruh menahan amarah yang ingin segera diluapkan. Sayangnya Hekala tidak bodoh dengan asal melampiaskan pada sekitar yang tidak tahu apa-apa.

Tapi senyumnya kembali terbit ketika cafe yang menjadi tujuannya saat ini masih terang dengan lampu kemerlip indah. Cafe itu cukup sepi karena jam kerja yang mulai menipis.

Hekala berjalan pelan sambil menetralkan wajah yang sebelumnya sangat suram. Hekala melihat pergerakan pengunjung yang tengah menyantap makanan dan juga beberapa pegawai yang melayani dengan senyum ramah.

Cafe itu memang cukup mini dan transparan karena tempatnya yang sedikit jauh dari khalayak orang. Sejuk dengan ditumbuhi pepohonan rindang di sekirnya.

Bunyi lonceng terdengar nyaring saat Hekala memasuki Cafe. Matanya mengedar mencari seseorang yang menjadi tujuannya saat ini.

Hekala duduk di meja pojok sambil menikmati embun yang menutup kaca transparan sampai buram. Tempat ini sudah menjadi favouritenya semenjak ibunya sudah tiada.

Dulu Hekala hanya remaja rapuh yang benar-benar iri dengan sekitarnya. Sampai pada suatu malam mengakibatkan dirinya bertengkar hebat dengan sang ayah. Hekala memilih pergi tanpa tahu tujuannya harus ke mana.

Sampai Cafe ini menjadi tempat berteduhnya dikala hujan lebat. Hekala merasa nayaman di sini, walaupun tetap dingin. Namun, Hekala bisa merasakan kehangatan di sini.

"Kala!"

Hekala tersenyum kecil melihat perempuan berkucir kuda dengan senyum lebar sambil membawa nampan kosong itu melambaikan tangannya dengan senang.

Racala Embun perempuan itu ingin sekali memeluk Hekala namun urung karena berada di dalam cafe. Akan menjadi tidak sopan sebagai pegawai.

Lucu sekali, kekeh Hekala ketika melihat Raca tersenyum kecut.

"Kenapa belom pulang, ini udah malem banget Ca?"

Raca menggeleng sambil tersenyum, "Kenapa Kala ke sini malem banget? Gue masih belum beres, papa gue nanti marah tau kalo pulang ga bawa duit."

Hekala memilih mengangguk dan sedikit melamun. Mengabaikan Raca yang sudah kembali membawakan susu hangat padanya.

"Lagi ada masalah ya?"

Lamunan Hekala buyar, "Banyak Ca."

Raca tersenyum menanggapi. Dia juga tidak tahu harus memberikan solusi apa sedangkan dirinya juga dalam masalah pelik. Namun melihat Hekala yang menghela napas lelah dengan tatapan kosong pada segelas susu panas. Membuatnya ikutan sedih.

"Kala, besok free enggak?" Tanya Raca mencoba mengalihkan suasana hati Hekala.

"Besok?" Hekala nampak berpikir.

hope and less ; haechan ✓Where stories live. Discover now