"Key"panggil sebuah suara. Gadis itu menoleh,mendapati seorang laki-laki yang berseragam sama seperti dirinya tengah memandang lapangan basket dengan tatapan kosong. Tidak ada sorot mata teduh yang biasa menghangatkan hati gadis itu. Tidak ada pelukan yang membuat gadis itu merasa nyaman. Saat ini semuanya berbeda. Berbeda."Kamu kenapa sih,Yo? Ada masalah apa?"tanya gadis itu. Tangannya hendak mengelus wajah laki-laki yang duduk di sampingnya,tapi ia malu. Ia lebih memilih memainkan rambutnya sendiri untuk menenangkan perasaanya saat ini.
Tidak biasanya seorang Artyo Galunggawiryo mengajaknya ngobrol secara intens seperti ini. Ditambah lagi tidak ada kontak fisik dan kehangatan yang biasa hadir diantara mereka. Kini mereka berdua duduk di bangku yang sama dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Tapi hati mereka terasa jauh. Seolah-olah sebuah benteng telah berdiri dengan kokohnya di antara mereka.
Ini tidak biasa. Dan Keysha Priscilia,merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
"Apa selama ini kamu nggak jenuh?"tanya Artyo beberapa saat setelah keheningan menyelimuti mereka. Keysha membuang muka. Jenuh. Seolah-olah ada hubungan yang begitu spesial di antara mereka berdua.
Nyatanya tidak.
Dan ini semacam friendzone ala anak-anak jaman sekarang.
"Don't act like we're right,Key"
Bukannya selama ini mereka baik-baik saja? Bukannya hubungan mereka damai-damai saja? Apa yang salah dengan ini? Keysha,tidak mengerti.
"Kita sedang tidak baik-baik saja,Key.."tutur Artyo. Keysha masih diam. Berusaha mencerna kata-kata seorang Artyo yang entah kenapa menjadi sulit dimengerti.
"Apanya yang tidak baik-baik saja,Yo? Apa yang salah?"tanya Keysha. Lebih ke dirinya sendiri. Dan Artyo mendengarnya.
"Apa kamu nggak merasa jenuh?"tanya Artyo,mengulangi pertanyaan yang sama.
"Kamu merasa jenuh?" Keysha balik bertanya. Ia memandang Artyo intens. Laki-laki ini,salah satu dalam jajaran The Most Wanted Guy di sekolah mereka. Dan seorang Keysha yang invisble,merasa beruntung bisa sedekat ini dengannya. Pergi bersama,mendengarkan keluh kesah seorang Artyo,menemani Artyo dalam duka-nya dan kenapa sekarang Artyo bisa merasa jenuh?
Artyo masih diam,Keysha masih menikmati pemandangan indah di sampingnya.
Artyo dengan rahangnya yang menonjol-tipe yang mudah marah dan juga ekspresif-,bulu mata yang lentik,alisnya yang tebal,rambut hitam kelam yang mencuat kemana-mana dan juga kulit kecoklatan hasil berjemur di lapangan basket setiap hari. Artyo juga bukan tipe yang misterius. Pendiam dan misterius. Artyo adalah orang yang hangat,meskipun beberapa orang mengatakan bahwa Artyo cuek. Ah,itu tidak benar,batik Keysha.
"Aku jenuh,Key. Aku capek dengan hubungan kita yang kayak gini" Hening. Artyo dengan pikirannya dan Keysha dengan perasaannya.
"Jangan bicara seolah kita ini punya hubungan spesial,Yo" Ada sesak yang terasa saat Keysha mengucapkan kalimat itu. Lagipula,mau seperti apa lagi? Toh dia dan Artyo memang tidak memiliki hubungan istimewa yang lebih dari sebuah ikatan pertemanan.
Artyo menghembuskan nafasnya keras-keras. Sepertinya memang harus seperti ini akhirnya. Akhir sebuah kisah friendzone antara Artyo Galunggawiryo dengan Keysha Priscilia.
"We're over" ucap Artyo dengan nada final. Ia beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Keysha dan segala kenangan mereka.
"Memang seharusnya seorang Prince Charming pergi meninggalkan si Invisible. Mereka tidak akan bersatu. Mana ada kisah yang memberi akhir seperti itu? Karna pada kenyataannya seorang Prince Charming akan bahagia dengan seorang Queen-bee"Keysha tertawa getir dalam isakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost is never enough
Ficção AdolescenteTentang cinta yang tidak semudah itu dibayangkan. Tentang Artyo,Keysha dan Ayana. Tentang mereka yang terjebak dalam kekonyolan dan merelakan cinta pergi.