Eps. 19 - Senyum Cahaya

122 15 2
                                    

Kemarin adalah untuk pertama kalinya Arland membuka diri semenjak kepergian Naya satu tahun lalu. Arland yang menutup dirinya rapat-rapat pada dunia, sekarang sudah mulai kembali dengan perlahan. Dan hal tersebut diawali dengan membiarkan gadis lain masuk ke hidupnya.

Memang, Arland belum menganggap jika dirinya menyukai Aya. Dia sendiri tidak yakin perasaannya pada gadis itu. Suka atau hanya sekadar merasa simpatik lantaran kondisi Aya yang membuatnya terus peduli. Keinginan Arland saat ini adalah ingin menjaga gadis itu. Tidak ada hal lain.

Arland sendiri masih tidak menyangka jika dia terus datang menemui Aya. Padahal sebelumnya dia sangat tidak ingin melihat gadis itu di depannya. Benar sekali kata pepatah itu jika membenci berlebihan akan berdampak menyukai yang terlalu dalam. Klasik memang. Namun, sepenggal kalimat tersebut benar-benar sudah menjadi nyata di kehidupan Arland.

Hari ini adalah hari Sabtu, yang berarti Arland bisa beristirahat di rumah lantaran kosongnya jadwal kuliah. Biasanya seperti itu. Akan tetapi, tidak untuk kali ini. Cowok itu terlihat sudah berpakai rapi dan bersiap untuk pergi dari kamarnya. Sepertinya Arland tidak begitu antuasias. Namun, jangan salah karena sudut bibirnya sekarang tengah menyimpulkan sedikit senyum.

Ketika sudah berada di anak tangga paling bawah, Arland melihat ke arah televisi yang mana papinya juga sedang menyaksikan benda persegi panjang itu. Di sana ada sebuah acara berita yang menyampaikan jika dua pengecara andal terkena kasus penyuapan, ancaman pembunuhan, dan penculikan. Semua itu terjadi di Jepang. Membuat dua pengecara tersebut harus menjalani hukuman di negri tirai bambu itu.

Arland tercengang sampai menganga tidak percaya. Perlahan kakinya berjalan menghampiri posisi Tomi di sofa.

"Papa tidak habis pikir dengan mereka. Tidak cukupkah mereka melakukan kecurangan itu di negara sendiri. Kenapa harus sampai ke negara orang?" ujar Tomi yang belum dijawab oleh Arland.

Cowok itu masih terpaku pada televisi. Bahkan, sampai berita itu selesai dan menampilkan iklan, Arland masih membelalak ke arah yang sama.

"Land?" panggil Tomi mencoba membuyarkan lamunan putranya.

"Iya, Pi," jawab Arland masih dilanda kebingungan yang cukup hebat.

"Kamu tau kan, dua pengacara itu siapa?"

Arland mengangguk spontan.

"Ternyata secepat itu mereka mendapatkan karma. Malah kerugian yang mereka dapat ini akan semakin besar karena terjadi luar negri. Untungnya mereka bukan asli warga Jepang. Kalau iya, mereka pasti sudah digantung oleh aparat hukum di sana."

Sontak Arland menoleh cepat ke arah papinya. Ia semakin melebarkan matanya sempurna.

"Kamu mau ke mana? Hari ini enggak ada kuliah, kan?" tanya Tomi baru sadar dengan penampilan Arland yang cukup rapi.

Lantas cowok itu berdiri dan menyalimi papinya. "Arland pergi dulu, ya, Pi."

Dengan tergesa-gesa, Arland beringsut pergi dari posisinya. Baru beberapa langkah, ia kembali berhadapan dengan papinya.

"Arland pinjam mobil papi, ya."

Tomi hanya mengangguk sambil tersenyum. Tentu saja. Sebab ini pertama kalinya juga Arland mau menyetir mobil lagi setelah dukanya kehilangan Naya waktu itu.

_____

Sepanjang perjalannya di mobil, Arland terus berpikir. Sebenarnya ia cukup senang dengan apa yang terjadi dengan kedua orang tua Erik. Namun, tetap saja dia masih memiliki hati nurani yang baik sebagai manusia. Tidak sepenuhnya ia berhak berbahagia atas penderitaan orang lain.

Dunia untuk Arland (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang