Eps.27 - Mencari Tahu

53 6 0
                                    

Setelah Aya tertidur, Arland pelan-pelan meninggalkannya keluar kamar. Dia masih teramat bingung tentang alasan gadis itu menangis secara tiba-tiba. Lantas Arland menemui Kenji yang duduk di ruang tamu.

"Cahaya udah tidur?" tanya Kenji yang hanya dianggukan oleh Arland.

"Saya ingin bertanya sesuatu sama kamu." Arland duduk dekat Kenji, tetapi di sofa yang berbeda.

"Tanya soal apa?"

"Sebelumnya saya udah pernah menanyakan tentang ini. Tapi kamu tidak mau menjawabnya. Dan sekarang saya akan mengulang pertanyaan itu. Saya rasa saya sudah pantas untuk mengetahui alasan Aya mengalami depresi semenjak insiden di rumah Erik."

Kenji diam sebentar. Dari raut wajahnya, dia seperti enggan menjawab pertanyaan Arland.

"Kenapa kamu merasa sudah pantas? Apa pentingnya Cahaya untuk kamu?" tanya Kenji dengan nada sedikit sinis.

"Cahaya penting untuk saya."

"Bukan hanya kasihan?"

"Bukan. Tolong jangan berbelit-belit. Saya perlu penjelasan kamu, apa yang sudah dialami Cahaya sampai dia pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa?"

Kenji terdiam lagi. Kali ini lebih lama dari sebelumnya. Dia hanya menatap Arland dengan serius.

"Cahaya trauma."

Kening Arland berkerut. "Kenapa?"

"Mamanya bunuh diri dengan menggantung dirinya. Dan hal itu disaksikan oleh Cahaya secara langsung," ungkap Kenji yang praktis membuat Arland melebarkan matanya dengan sempurna. Dia sangat terkejut sekaligus tidak menyangka.

"Udah terjawab rasa penasaran kamu selama ini?" tanya Kenji memastikan.

Napas Arland seperti berhenti selama sedetik. Ingin menjawab Kenji saja rasanya sulit.

"Berarti ... Aya depresi bukan karena pelecehan yang dilakukan Erik. Tapi lebih tepatnya karena tali yang mengikat kedua tangannya pada saat itu?"

"Hm. Cahaya sangat trauma melihat sesuatu yang mengikat atau menggantung seperti itu," jawab Kenji menjelaskan.

"Lalu kalau soal selingkuh?" Arland mencari wajah Kenji. "Apa Aya juga punya trauma soal itu?"

Kenji mendelikan matanya terkejut. "Kenapa kamu bertanya soal itu?"

"Tadi saya sempat menceritakan tentang mama saya. Dan saat ...."

Belum sempat Arland menyelesaikan ucapannya, Kenji sudah berdiri dari sofa dan berlari ke kamar Aya. Melihat itu, Arland menjadi bingung dan bertanya-tanya.

Di kamar, Kenji duduk di pinggir ranjang sambil memandangi wajah Aya yang terlelap begitu pulas. Tangannya bergerak menggapai wajah Aya. Sisi telunjuknya mengusap lembut pipi Aya yang mulus.

"Apa ini udah saatnya? Apa kamu bisa menerima semuanya? Apa kalian sangggup untuk berpisah?" tanya Kenji dalam hati.

Lalu dia setengah berdiri untuk mengecup pipi Aya. "Selamat tidur, Cantik."

Kenji keluar dari kamar Aya. Dia kembali menghampiri Arland di ruang tamu.

"Ada apa? Apa saya salah bicara?" sergah Arland mencari tahu apa yang terjadi.

"Bukan apa-apa. Lebih baik kamu pulang atau kembali ke kampus. Sepertinya Aya juga sudah tenang dan akan tidur cukup lama. Tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi di sini."

"Iya, saya memang ingin pulang. Kalau gitu saya pamit."

"Terimakasih karena sudah mengantar Aya."

"Iya," sahut Arland. Lalu dia beranjak pergi dari apartemen Aya. Meski begitu dalam pikirannya masih menyimpan rasa penasaran tentang sikap Kenji yang aneh tadi. Arland tidak bodoh sehingga dia cukup memahami kalau ada sesuatu yang salah.

Dunia untuk Arland (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang