Yang Terbaik

237 33 9
                                    

Lama ya gak berjumpa. Vanilla bawa lanjutan cerita ini. Untuk yang udah lupa sama cerita sebelumnya bisa dibaca part sebelum ini yaaa🙏

.
.
.
.
.

Cantik

Itu yang pertama terlintas di kepala Mark saat melihat beberapa gaun pengantin. Tangannya mengikuti jalur batu manik pada lingkar leher gaun. Senyum di wajahnya tidak mau lepas. Warna putih mendominasi sehingga terlihat semakin indah dan terasa sakral bagi Mark.

Suara tirai di geser mencuri perhatiannya. Kepalanya dengan segera menoleh, tidak sabar melihat sosok wanita cantik yang sejak beberapa menit lalu memasuki ruang ganti. Tidak mampu berkata kata, matanya tidak mau lepas melihat sosok cantik itu di balut gaun pengantin putih dengan senyum merekah. Mark ingin menangis. matanya sudah berkaca kaca siap untuk menumpahkan isinya.

"Mark, bagaimana? Jangan menangis hei." Suara tawanya membuat Mark ikut tertawa kecil.

"Namtan, kau sangat cantik. Aku serius." Mark bersungguh - sungguh.

Dibawanya langkah kaki mendekati Namtan yang semakin mengembangkan senyumnya. Lalu tangannya melingkari tubuh wanita cantik yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya.

"Menikah denganku saja yuk." Tawa Namtan kembali muncul. Tangannya memukul pelan kepala Mark yang ikut tersenyum di balik tubuhnya.

Kini Mark menatap sekali lagi sahabatnya. Tidak henti henti memujinya cantik.

Tangannya menyelipkan helai anak rambut Namtan kebelakang telinga, "selamat ya, sebentar lagi."

"Aku gugup. Tinggal menghitung hari Mark." Raut wajahnya benar - benar menggambarkan apa yang baru saja dia katakan.

Tentu siapa yang tidak akan gugup menyambut hari sakral tersebut.

Pernikahan

Berjanji sehidup semati, saling menyayangi, saling melindungi, dihadapan sang pencipta. Hari bersejarah yang semoga saja hanya terjadi sekali seumur hidup.

"Semua akan berjalan lancar." Mark kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana kain yang dia kenakan. Berjalan mundur sambil mengarahkan lensa kamera kearah Namtan.

"Blue harus melihatnya."

Di depan sana, Namtan kembali tersenyum. Ingin memberikan pose terbaik untuk calon suami.

.
.
.

"Jadi apa yang harus kita berikan pada mereka?" Perth bertanya sambil memakan buah apel yang baru saja dia ambil dari dalam kulkas. Makanan penutup katanya.

Di sampingnya, Mark sedang duduk bersandar pada lengan sofa, kakinya dia luruskan sampai berada diatas paha Perth.

"Ada beberapa yang sudah aku pikirkan. Kalau kau? Ada ide?" Mark bertanya tanpa melepaskan pandangan pada ponsel.

Dia sedang asik mencari beberapa barang yang cocok untuk di berikan kepada dua sahabatnya yang sebentar lagi akan menikah.

"Ada sih."

Matanya melirik sekilas pada Perth yang masih mengunyah apel.

"Apa?"

"Tapi tidak mungkin."

Dahi Mark berkerut tak mengerti. Dia fokuskan pandangan pada Perth yang terlihat menerawang kedepan.

"Maksudnya bagaimana?"

Apartment 05ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang