Hang Out

821 95 23
                                    

Perth menghela napas bosan, ini sudah entah yang keberapa kali dia melakukannya. Melirik ke samping di jok penumpang ada Mark yang sejak tadi tidak bisa diam. Miring ke kiri, lalu ke kanan, mengganti ganti lagu di radio, dan melakukan hal hal tidak jelas lainnya. Kini tangan lelaki manis itu terulur meraih botol mineral yang isinya sudah habis setengah.

"Lagi?" Perth bertanya tidak percaya pasalnya Mark baru saja minum beberapa menit yang lalu dan ini adalah botol kedua.

"Kau tidak perlu segugup ini. Kau hanya akan bertemu Namtan bukan raja Thailand." Perth tidak habis pikir dengan Mark yang terlihat begitu gugup sejak pagi tadi.

Namtan menghubunginya kembali dan untuk pertama kalinya Mark mengangkat panggilan telepon itu. Jawaban seriang mungkin dia berikan kepada sahabat cantiknya yang merengek untuk bertemu pada hari minggu ini. Dan sekarang mereka dalam perjalanan bertemu dengan Namtan dan Blue di Siam Paragon.

"Justru itu aku sangat gugup." Air di dalam botol sudah tandas.

"Ck. Jika kau segugup ini, Namtan pasti akan bingung dan banyak bertanya. Jadi kau lebih memilih dia penasaran begitu?" Perkataan Perth ada benarnya juga tapi Mark terlalu malu untuk mengakuinya. Maka dia hanya menghela napas lalu mulai melihat keluar jendela berusaha menghindari tatapan Perth yang menuntut jawaban. Hamparan gedung gedung perkantoran lebih menarik daripada menjawab pertanyaan Perth.

Sejujurnya dia masih belum siap jika harus bertemu Blue. Melupakan tidak semudah itu kan? Dia hanya takut jika perasaan sesaknya akan membuat Namtan curiga. Tapi terus mengabaikan wanita cantik itu juga dia tidak tega. Helaan napas cukup kuat Mark lepaskan menarik perhatian Perth yang sekarang tengah menghentikan mobil karena lampu merah.

"Apa yang kau pikirkan? Blue?" Mark diam, tidak memberikan jawaban apapun tapi dia yakin Perth mengerti.

Keduanya sama sama diam. Mark masih berkutat dengan pikirannya. Bagaimana jika nanti dia tak sengaja memanggil Blue dengan panggilan sayang seperti biasa atau bagaimana jika Namtan curiga. Mark mengerti, berkhianat adalah kesalahan yang membuatnya tidak tenang sekarang.

"Semua sudah selesai. Kau hanya perlu terbiasa dengan semua ini. Blue juga sudah mengatakan kalau dia tidak akan mengatakan apapun pada Namtan. Jadi cukup ikuti dan lakukan hal seperti biasa dengannya." Perth mulai mengoceh lagi dan dibalas dengan decakan kesal oleh Mark.

"Harusnya aku tak mengizinkanmu ikut. Kau terlalu cerewet." Bibir Mark mencebik sebal.

"Oh haruskah aku berikan kaca padamu? Biasanya siapa yang lebih banyak mengoceh?" Mark tidak menyahut dia kembali membuang pandangan ke arah manapun selain wajah Perth.

Mobil berbelok menuju parkiran Siam Paragon kemudian berhenti di salah satu spot parkir. Keduanya membuka sabuk pengaman. Mark membenarkan tampilannya dengan berkaca pada layar ponsel.

"Jika nanti Namtan bertanya siapa aku, katakan aku adalah kekasihmu dan-"

"Apa apaan kau ini." Mark protes saat mendengar saran dari Perth yang menurutnya tidak penting.

"Loh kenapa? Memangnya kau tidak mau?" Dia memasang wajah seolah olah terkejut dengan jawaban Mark membuat lelaki manis kesayangannya ini kesal dan pergi keluar dari mobil lebih dulu tanpa menunggunya.

"Begini nih yang membuatku susah lepas." Ucap Perth pada dirinya sendiri.

Langkah Mark cukup cepat di depan sana, disaat Perth menyusul dia sudah melihat tubuh kurus Mark yang dipeluk erat oleh Namtan. Gadis cantik itu juga berbicara dengan nada suara melengking karena terlalu senang. Tidak jauh dari mereka ada Blue berdiri sambil ikut tersenyum.

"Apa mereka selalu seperti itu?" Perth mengerutkan dahinya bingung saat tubuh Blue tersentak sesaat setelah mendengar suaranya.

"Kau ikut juga?" Anggukan kepala dari Perth menjawab pertanyaannya.

Apartment 05ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang