kembali

730 103 28
                                    

"Hari ini sepertinya aku akan pulang malam. Kau tidak masalah kalau makan malam sendiri kan?" Mark meletakkan segelas susu coklat hangat di dekat piring milik Perth.

Dia lalu berbalik untuk mencuci piring sisa sarapan paginya.

"Aku sudah biasa makan sendiri." Ucap Perth tanpa ekspresi. Anak itu lebih memilih kembali diam dan mengunyah roti selai kacangnya.

"Baiklah. Maaf ya aku pergi dulu." Perth tidak menanggapi.

Suara pintu dibuka lalu ditutup kembali menjadi tanda bahwa Mark telah benar - benar pergi bekerja. Sejak malam itu, keduanya terlihat sedikit berbeda. Mark masih berusaha terlihat biasa saja tapi Perth tahu kalau lelaki manis itu berusaha menghindarinya. Mereka tidak pernah lagi berbicara dengan mata yang saling tatap, Mark akan sengaja sarapan lebih dulu lalu akan pergi meninggalkan Perth sendirian dengan beribu alasan. Dan dia akan pulang malam berusaha menghindari bertemunya mereka di rumah.

Perth tahu semua ini adalah ulahnya. Jika saja dia tidak terburu - buru, jika saja dia tidak gegabah. Tapi mau apa dikata. Perth hanya bisa diam menahan segalanya.

Perth meraih ponsel miliknya yang dia simpan didalam saku celana seragam. Mencari kontak Nanon yang kemudian meletakkan ponsel itu ke telinga sebelah kiri.

"Halo tampan~" Perth mendengus geli.

"Ayo bolos kuliah. Ajak yang lain." Tanpa menunggu jawaban Nanon, sambungan telepon itu sudah diputus sepihak olehnya.

Dia butuh hiburan.

.
.
.

Berpasang mata melihat kearah lelaki yang kini sedang berdiri di balkon kamar Nanon membelakangi mereka semua dengan sebatang rokok di selipan jarinya. Dari sana mereka dapat melihat kepulan asap yang di hembuskan teman mereka itu. Ingin bertanya namun rasanya belum waktu yang tepat.

"Hey Perth! Jadi kau mengajak kami semua untuk bolos dan kami hanya duduk disini melihatmu menghisap berbatang batang rokok disana?" Ucap Nice cukup keras dan berhasil membuat Perth berbalik dengan tatapan yang susah diartikan.

"Jika tidak suka kau bisa keluar." Ucapanya kelewat dingin.

Semuanya menghela napas kasar. Mereka tidak tahu apa yang membuat Perth menjadi seperti sekarang. Tadi pagi anak itu sudah ada di apartment Nanon saat yang lainnya baru datang. Dia juga tidak mengatakan apapun dan sekarang dia sudah menghabiskan entah berapa batang rokok di balkon sana.

"Ada apa denganmu?" Tanya Best berusaha memancing agar Perth membagi ceritanya pada mereka.

Tapi tidak ada jawaban, yang mereka lihat hanyalah kepulan asap yang dihembuskan Perth dati celah bibirnya.

"Perth. Ingin main futsal?" Ajak nanon selanjutnya.

Dilain tempat Mark saat ini sedang duduk berhadapan dengan layar komputer. Pandangannya lurus menatap layar namun pikirannya terbang entah kemana. Ohm yang melihat rekan kerjanya seperti itu lantas menepuk pelan bahu Mark.

Mark menoleh dengan sedikit berjengit kaget. Matanya menatap Ohm seolah bertanya 'ada apa?'.

"Terjadi sesuatu?" Tanya Ohm seraya memutar kursi kerjanya menghadap pada Mark.

"Oh? Tidak kok. Aku hanya sedikit berpikir." Senyum itu terlihat palsu.

"Bertengkar dengan Blue?" Matanya memicing curiga.

"Tidak. Jangan khawatir. Sungguh aku tidak apa - apa Ohm." Setelah memberikan sedikit senyuman, Mark kembali fokus pada layar persegi di hadapannya.

"Kita ini teman, jadi jika kau punya sesuatu untuk di ceritakan maka aku tidak keberatan mendengar." Mark melirik sebentar lalu mengangguk.

Mark menghembuskan napas pelan mencoba menghapus ingatan tentang malam itu dari kepalanya. Tentang kenapa dia tidak menolak saat Perth menciumnya malam itu. Tentang perasaan meletup yang sebenernya dia rasakan saat bibir mereka bertemu. Mark ingin menghapus semua.

Apartment 05ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang