A confession of love

282 38 12
                                    

Pukul delapan malam tepatnya di kediaman Jinny. Saat ini Jinny terlihat sibuk mondar mandir dengan perasaan yang berdebar tidak karuan. Usai meminta Dita untuk datang ke rumahnya malam ini, Jinny tidak bisa tenang karena terus memikirkan rencananya untuk menyatakan cintanya terhadap Dita. Bahkan demi kelancaran rencananya, Jinny sudah menyiapkan satu ruangan khusus beserta makan malam yang sudah tersedia di sana.

"Dia belum tiba tapi aku sudah merasa segugup ini piuh... Pokoknya aku harus mengatakannya malam ini." Jinny mencoba mengatur napasnya sampai akhirnya dia mendengar bel berbunyi.

"Oh my God, she's coming!" Dengan hati yang semakin berdebar-debar dan tersenyum lebar, Jinny langsung berlari ke arah pintu dan membukakan pintunya. Begitu pintu di buka, senyuman Jinny seketika luntur karena yang datang rupanya Lèa.

"Mau apa lagi datang kemari?"

"Kau bilang akan mengundang gadis itu ke rumahmu jadi aku sengaja kemari untuk mengganggumu hahaha." Dengan polosnya Lèa menerobos masuk dan duduk di kursi tamu. Jinny yang merasa kesal segera menyusulnya ke ruang tamu.

"Eonni, lebih baik kau pulang saja. Kau bisa merusak rencanaku." Lèa tersenyum nakal.

"Apa yang kau rencanakan? Kau mau menciumnya?" Jinny seketika terbatuk karena mencium Dita adalah satu dari rencananya.

"Kau mau tau saja. Pulanglah, aku tidak mau kau merusak momen kami." Lèa malah tertawa dan di saat bersamaan, bel kembali berbunyi.

"Ah mengapa dia harus datang di saat kau masih di sini. Aku permisi sebentar eonni." Jinny bergegas berlari dan memeriksa monitor untuk memastikan bahwa itu Dita.

"Ah that's her." Jinny langsung membuka pintunya dan menyambut Dita dengan senyuman kegembiraannya.

"Welcome back to my house hehehe."

"Thank you. Maaf apa kau menunggu lama?"

"Tidak juga. Mari masuk, ada seseorang yang ingin berkenalan denganmu." Dita mengangguk setuju lalu Jinny membawanya ke hadapan Lèa.

"Eonni, aku membawanya ke hadapanmu."

"Annyeong haseyo, Dita imnida." Sapa Dita dengan membungkukan tubuhnya.

"Annyeong haseyo, Lèa imnida."

"Dia managerku." Lanjut Jinny dan Dita langsung tersenyum manis ke arah Lèa. Melihat betapa manisnya senyuman Dita membuat Lèa terlihat tidak berkedip sama sekali.

"Aku mengerti mengapa Jinny sangat menyukainya. Dia jauh lebih manis dan cantik dari dugaanku."

Ekspresi wajah Lèa pun mendadak berubah menjadi ekspresi wajah yang terlihat sedang jatuh cinta. Melihat bagaimana reaksi Lèa membuat Jinny juga tersadar dan memberinya deheman keras.

"Eonni, jangan coba-coba memikirkan hal itu."

"H-huh? Memikirkan apa?"

"Aku bisa melihatnya dari raut wajahmu, aku tidak perlu menjelaskannya." Lèa pun terkekeh lalu Jinny meminta Dita untuk duduk bersamanya.

"Jadi kau gadis yang membahagiakan Jinny akhir-akhir ini?" Dita langsung melirik Jinny dengan bingung.

"Yah eonni, jangan langsung menodongnya dengan pertanyaan seperti itu."

"Kenapa? Bukankah itu yang kau katakan padaku." Jinny menepuk keningnya.

"Ikut aku sebentar eonni." Jinny langsung menarik tangan Lèa dan membawanya ke balkon apart.

"Eonni, kau menyebalkan." Lèa terkekeh.

"Memangnya apa yang telah aku perbuat?"

"Kau menggangguku. Dengarkan baik-baik eonni, aku sudah menyusun rencana dan berniat menyatakan cinta kepada Dita sekarang. Tolong pulang saja dan jangan kacaukan rencanaku." Kini Lèa terlihat terkejut.

"Serius? Kau pasti sudah gila. Secepat itu kau yakin akan hatimu?"

"Aku serius eonni please, aku tidak mau memendam perasaanku lagi. Aku sangat menyukai Dita dan aku ingin segera memilikinya sebagai kekasihku." Melihat keseriusan di wajah Jinny membuat Lèa tersenyum mengerti.

"Baiklah, aku tidak akan merusak rencanamu. Tapi aku ingin jujur dengan satu hal padamu."

"Apa itu?"

"Aku rasa aku menyukai Dita. Aku cukup terkejut ternyata dia jauh lebih manis dan cantik dari yang aku lihat di foto." Mendengar apa yang di sampaikan managernya membuat mata Jinny seketika melotot.

"What you say? Do you wanna die?" Melihat Jinny yang tampak marah membuat Lèa langsung melangkah mundur.

"Tunggu, tunggu jangan salah paham. Aku menyukai dia karena aku setuju kau bersamanya." Jinny mengerutkan keningnya.

"Kau serius?"

"Tentu saja aku serius, kalian terlihat sangat serasi aku mengakui itu." Kini Jinny terlihat tenang dan tersenyum kembali.

"Gomawo eonni hehehe." Lèa menggelengkan kepalanya.

"Kau cukup menakutkan saat marah. Dan sepertinya aku harus segera pergi sebelum kau benar-benar membunuhku." Jinny tertawa dan mereka akhirnya kembali menghampiri Dita.

"Emh Dita-ssi, aku sangat ingin mengobrol denganmu tapi sayang aku harus pergi sekarang."

"Eh, waeyo?"

"Aku memiliki urusan dan tentunya aku tidak mau mengganggu kalian." Kedipan mata di berikan Lèa dan Dita yang melihat hal itu hanya membalasnya dengan senyuman.

"Selamat bersenang-senang, aku pamit sekarang." Lèa akhirnya pergi meninggalkan kediaman Jinny.

"Jinny, apa managermu tidak marah soal kedekatan kita?"

"Marah untuk apa. Dia tidak keberatan sama sekali."

"Sungguh? Aku hanya sedikit khawatir hehehe."

"Don't worry, Lèa eonni ada di pihak kita. Dia akan menjaga identitasmu dan menjaga hubungan kita berdua." Dita pun tersenyum lega dan merasa senang mendengarnya. Selanjutnya Dita menyerahkan bingkisan yang dia bawa untuk Jinny.

"Apa ini?"

"Brownies. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku akan membuatkan untukmu." Jinny terlihat senang dan menerimanya.

"Awww... Terimakasih, kau manis sekali. Tapi kapan kau membuatnya? Bukankah kau sedang bekerja tadi?"

"Aku pulang lebih awal dan langsung membuatnya begitu tiba di rumah."

"Astaga, kau pasti tidak beristirahat."

"Jangan pikirkan hal itu, aku akan melakukan apa pun untukmu hehehe."

"Kau ini bisa saja. Mari ikut denganku, aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita." Dita mengangguk setuju lalu Jinny membawanya ke ruangan yang sudah dia siapkan. Begitu masuk ke ruangan itu, Dita cukup terkejut karena ruangan itu tampak seperti di dalam cafe.

"Daebak! Aku baru tau kau memiliki ruangan seperti ini."

"Aku sengaja menata ruangan ini jauh-jauh hari sebagai tempat kita untuk berduaan." Dita mendadak tersipu.

"Aku rasa aku bisa membaca rencana licikmu hahaha." Jinny terkekeh.

"Hahaha aku memang licik. Kau tau akan posisiku, jadi dari pada berkencan di luar, ada baiknya berkencan di dalam rumah saja karena jauh lebih aman."

"That’s right." Jinny tersenyum lalu meminta Dita untuk duduk di meja yang sudah di siapkan dengan duduk saling berhadapan.

"Woaw bahkan pemandangan di sini jauh lebih indah dari pada di restoran yang kita kunjungi saat itu." Dita tampak takjub karena dari balik dinding kaca dia bisa melihat pemandangan yang cukup luas.

"Sepertinya aku tidak salah memilih rumah ini hehehe." Keduanya saling tersenyum lalu Dita mulai melirik steak sapi yang ada di hadapannya.

"Haruskah kita makan sekarang?" Tanya Dita.

"A-ah sure. Kau pasti sudah lapar." Keduanya terlihat antusias dan mulai memotong daging steaknya.

"Pertama-tama, biarkan aku menyuapi sang tuan rumah." Dita mencoba menyuapi Jinny lalu Jinny dengan senang hati menerimanya.

"Gomawo." Dita membalas dengan senyuman lalu dia memakan potongan berikutnya. Selagi menyantap makan malam, Jinny tiba-tiba teringat dengan nenek yang bertemu dengannya tadi siang. Pesan yang di katakan nenek itu bahkan terus berputar-putar di kepala Jinny.

"Apa yang di katakan nenek itu terus menghantui pikirkanku. Haruskah aku bertanya kepada Dita sekarang?"

Jinny langsung melirik Dita dan mencoba mengatur napasnya sejenak.

"Dita, boleh aku mengetahui sesuatu?"

"Tentu, apa yang ingin kau ketahui?"

"Namamu." Kerutan muncul di kening Dita.

"Namaku? Ada apa dengan namaku?" Jinny terlihat menggaruk lehernya.

"Maksudku, arti dari namamu. Kau sudah tau namaku berarti matahari dan aku hanya penasaran bahwa mungkin namamu memiliki arti yang unik juga." Dita terlihat tersenyum menatap Jinny dan tatapan Dita tentunya membuat Jinny mulai gugup.

"Boleh aku mengatakan hal ini padamu?" Tanya Dita masih dengan tatapan menggodanya.

"Hal apa?"

"Kita adalah dua matahari." Jinny terdiam sesaat.

"Kau bilang apa?"

"Dua matahari. Aku juga memiliki arti matahari di dalam namaku." Tubuh Jinny seketika bergetar dan jantungnya mulai berdebar dengan kencang.

"K-kau serius?"

"Tentu saja aku serius." Jinny langsung menutup mulutnya dengan tidak percaya bahwa pesan dari nenek itu rupanya bukan sekedar omongan biasa.

"Daebak! Jadi matahari itu benar-benar Dita, oh my God!"

Jinny merasa ingin berteriak dan mulai di landa kepanikan. Saking mulai terlihat panik, dia langsung meminta ijin kepada Dita untuk pergi ke kamarnya sebentar.

"Mengapa sikap Jinny terlihat aneh sekali akhir-akhir ini? Aku jadi berpikiran macam-macam sekarang." Dita yang merasa bingung setidaknya mulai curiga. Sementara Jinny yang berada di dalam kamarnya terlihat mondar mandir dan sibuk mengipas-ngipas pipinya yang terasa panas.

"Sungguh aku benar-benar tidak menyangka dengan semua ini. Nenek itu pasti seorang cenayang dan aku sangat berterimakasih karena akhirnya aku tau bahwa Dita adalah... Jodohku kyaaaaa!" Jinny berteriak dengan gembira dan dia mulai merasa tidak sabar untuk segera mengakui perasaannya terhadap Dita.

"Sudah saatnya melaju ke tahap utama. Tapi aku harus tenang kali ini dan semoga Dita tidak menolak cintaku." Jinny mencoba mengatur napasnya dan mengontrol dirinya sejenak. Setelah merasa lebih tenang, dia akhirnya kembali menghampiri Dita yang sudah bersantai karena telah menghabiskan makan malamnya.

"Kau sudah selesai?" Tanya Jinny.

"Yeah I'm done." Jinny membulatkan bibirnya lalu dia kembali duduk di hadapan Dita yang asik melihat pemandangan di luar.

"Ok Jinny, sudah waktunya untuk memberitahu dia. Kau pasti bisa piuh!"

Jinny mencoba mengatur napasnya kembali dan mulai serius menatap Dita yang kini melihat ke arahnya.

"Kau tidak menghabiskan makananmu?"

"Aku sudah kenyang." Dita hanya membalas dengan senyuman dan lagi-lagi Dita merasa aneh karena Jinny terus menatapnya dengan tatapan yang terlihat dalam.

"Jinny, kau ini kenapa? Sikapmu aneh sekali akhir-akhir ini hehehe." Dita mencoba mencairkan ketegangannya.

"Kau merasakannya?"

"Tentu saja aku merasakannya, kau bahkan membuatku gugup karena menatapku dengan tatapan sedalam itu." Jinny tidak kuasa menahan senyuman lebarnya dan kali ini dia terlihat serius.

"Dita, aku bersikap aneh karena aku menyukaimu." Dita seakan membeku setelah mendengar pengakuan dari Jinny.

"T-tunggu, apa maksudnya? Kemana arahnya pembicaraan ini?" Dita yang terlihat bingung dan tidak percaya mulai di landa kepanikan.

"Aku jatuh cinta padamu Dita. Idolamu yang bernama Park Jinny ini sedang menyatakan cinta padamu." Seakan seperti sedang bermimpi, Dita langsung menampar pipinya sendiri dan mulai tidak bisa mengontrol dirinya karena saking terkejutnya. Melihat bagaimana terkejutnya reaksi Dita membuat Jinny langsung menenangkan Dita dengan menggenggam salah satu tangannya.

"Dita, pengakuanku pasti sangat mengejutkanmu namun aku harap kau bisa tenang."

"B-bagaimana aku bisa tenang? Idolaku menyatakan cinta kepada penggemarnya sendiri dan aku harus bagaimana menjawabnya? Aku terlalu terkejut sampai aku tidak bisa berpikir dengan tenang piuh!" Jinny tidak kuasa menahan tawanya.

"Tenangkanlah dirimu, kau tidak perlu menjawab dengan terburu-buru karena aku sudah menduga reaksimu akan seperti ini."

"Yeah tunggu sebentar aja, aku butuh bernapas sekarang." Jinny tersenyum mengerti dan membiarkan Dita menenangkan dirinya. Setelah merasa cukup tenang, Dita langsung menatap Jinny dengan serius.

"Ok aku sudah siap untuk berbicara sekarang. Bagaimana kau bisa tertarik padaku?"

"Entah bagaimana cara menjelaskannya. Pertama kali bertemu denganmu aku merasa nyaman. Dari kenyamanan timbul rasa suka. Dan dari rasa suka, perasaan yang luar biasa tiba-tiba muncul dan aku tau itu adalah cinta."

"Ah begitu. Tapi kau sungguh yakin akan perasaanmu padaku? Masalahnya, kita belum lama saling mengenal."

"Aku sangat yakin, maka dari itu aku sampai berani mengatakannya sekarang. Perasaanku padamu tidak main-main Dita, jadi tidak ada alasan bagiku untuk memendamnya terlalu lama." Dita kembali terlihat bingung.

"Jinny, aku benar-benar bingung sekarang." Jinny tersenyum mengerti.

"Apa kau bingung karena hanya menganggap aku sebagai idolamu, tidak lebih dari itu?"

"B-bukan begitu, aku... Aku hanya bingung karena aku masih merasa ini seperti mimpi. Lalu aku bingung karena status kita sebagai idola dan penggemar." Jinny terkekeh.

"Ini bukan mimpi sayang. Seorang penyanyi seperti Ariana Grande saja bisa menjalin cinta dengan penggemarnya sampai dia menikahi penggemarnya itu. Sama halnya dengan kita sekarang, apa kita tidak bisa menjalin ikatan cinta seperti mereka?"

"Tentu saja bisa, apalagi jika ini sudah kehendak dari Tuhan. Aku tidak mungkin bisa menghindarinya." Jinny pun tersenyum puas.

"Itu berarti kau mau menerima cintaku?" Tanya Jinny dengan raut wajah yang sangat berharap.

"Sejujurnya aku masih bingung hehehe." Jinny terlihat cemberut.

"Dita, asal kau tau saja. Di dalam kehidupanku saat ini mungkin aku sudah memiliki segalanya. Tapi kau tau apa yang kurang dan selalu aku inginkan?" Dita terlihat memikirkan jawabannya.

"C-cinta?"

"Benar sekali. Walau aku memiliki segalanya, aku merasa tidak bahagia karena apa? Karena aku membutuhkan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang aku inginkan. Pada intinya
memiliki sosok kekasih adalah impianku. Sekarang aku sudah menemukan gadis yang tepat untukku dan keputusan tinggal bergantung padamu." Mendengar apa yang di sampaikan Jinny membuat Dita kini merasa tidak ragu akan keseriusan Jinny padanya.

"Sebelumnya aku ingin bertanya sekali lagi. Kau sungguh serius padaku?"

"Aku bersumpah aku serius padamu. Bahkan jika harus berhenti dari pekerjaanku sebagai penyanyi, aku akan melakukannya demi hidup bersamamu. Kau mau menerima cintaku kan?" Dita pun tersenyum lebar.

"Aku akan segera menjawabnya asalkan kau melakukan satu hal terlebih dahulu." Dita menatap Jinny dengan manja seolah memberi kode bahwa dia menginginkan sebuah ciuman.

"Ah benar juga. Dita pasti menginginkan ciuman, sama seperti yang sedang aku pikirkan."

Mengerti dengan apa yang di inginkan Dita membuat Jinny memperlihatkan senyuman nakalnya.

"Baiklah, aku akan memberikan sesuatu untukmu." Dengan jantung yang mulai berdebar kencang, Jinny bangkit dari kursinya dan berdiri di hadapan Dita.

"Kau siap?" Tanya Jinny untuk memastikan.

"Aku selalu siap hehehe." Jinny tersenyum lebar lalu dia merangkul bahu Dita dan mulai membungkukan tubuhnya untuk memberikan ciuman. Namun di saat bibir mereka hampir saja bersentuhan, sebuah panggilan masuk yang berasal dari ponsel Jinny malah merusak momen mereka dan akhirnya tidak jadi berciuman.

"Maaf, tunggu sebentar." Jinny langsung memeriksa ponselnya dan ternyata itu panggilan masuk dari Soodam.

"Panggilan masuk dari siapa?"

"Lee Soodam." Raut wajah Dita seketika berubah menjadi tidak senang.

"Apa kau akan mengangkat panggilannya?" Jinny menganggukan kepala dan raut wajah Dita semakin terlihat tidak senang. Menyadari hal itu, Jinny tersenyum nakal dan langsung menyerang Dita dengan ciuman di bibir. Sontak Dita di buat terkejut bukan main hingga Jinny menyudahi ciumannya dan menatap mata Dita dengan penuh cinta.

"Jangan cemburu karena aku hanya akan memberitahu dia bahwa aku sudah mempunyai kekasih. Sekarang pergilah ke kamarku dan tunggu aku di sana. Aku perlu bicara dengan Soodam sebentar."

"A-ah ok." Dengan pipi yang merona merah, Dita langsung berlari menuju kamar Jinny. Sementara Jinny kembali memeriksa ponselnya dan mendapat panggilan kedua dari Soodam.

"Halo Lee Soodam-ssi!"

"Akhirnya kau mengangkat panggilanku. Bisa bertemu sekarang? Aku ingin berbicara hal penting denganmu."

"Maaf aku tidak punya waktu. Kita langsung bicara saja melalui telephone."

"O-oh baiklah jika kau tidak bisa."

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Soodam terdengar mengatur napasnya.

"Jinny, aku tau ini sudah terlambat tapi aku mohon padamu. Tolong beri aku kesempatan untuk menebus segalanya. Aku mencintaimu dan aku benar-benar tidak mau kehilanganmu." Jinny tersenyum tipis.

"Apa hal yang aku katakan saat itu tidak cukup untukmu? Aku bilang hatiku bukan untukmu lagi."

"A-aku tau tapi aku tidak rela jika harus melepasmu untuk orang lain. Please Jinny, berikan kesempatan kedua untukku. Aku berjanji akan berubah dan menjadi gadis yang baik untukmu." Kini Jinny terlihat lelah mendengarnya.

"Soodam-ssi dengarkan aku baik-baik. Semuanya sudah terlambat dan sudah berakhir sekarang karena apa? Karena aku baru saja meresmikan hubunganku dengan orang yang aku cintai. Aku sudah mempunyai kekasih sekarang jadi aku mohon jangan pernah ganggu aku lagi. Selamat malam." Jinny langsung memutus panggilannya dan mematikan ponselnya agar Soodam tidak mengganggunya lagi. Sementara di dalam kamar, Dita terlihat tidak melepas ekspresi idiotnya karena terus mengingat ciuman yang di berikan Jinny padanya.

"Lima tahun sudah berlalu dan aku selalu membayangkan momen ini dalam halusinasiku. Dan hari ini aku tidak pernah berpikir sedikit pun bahwa hal ini benar-benar menjadi kenyataan. Aku di cintai oleh idolaku sendiri dan kami baru saja berciuman kyaaaaa!" Dita tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dan mulai tidak sabar menunggu kedatangan Jinny ke kamar. Tidak butuh waktu lama, Dita langsung berlari menghampiri Jinny yang baru saja masuk ke kamar.

"Masalahmu dengan Soodam sudah selesai?"

"Sudah dan bagaimana dengan jawabanmu? Aku sudah terlajur berbohong kepada Soodam karena kau belum menerima cintaku hehehe." Dita terlihat tersenyum nakal dan menjawab pertanyaan Jinny dengan mencium singkat bibir Jinny. Setelah memberikan ciuman singkat, Dita tersenyum polos dan membuat wajah Jinny tampak memerah sekarang.

"Apa yang baru saja kau lakukan?"

"Memberikan jawaban." Senyuman idiot langsung menghiasi wajah Jinny.

"Itu artinya kau menerima cintaku?"

"Ya aku menerima cintamu karena aku mencintaimu Park Jinny. Mulai hari ini kau adalah kekasihku." Jinny tidak kuasa menahan perasaan harunya dan langsung memeluk tubuh Dita dengan erat.

"Terimakasih sudah menerima cintaku. Sekarang aku benar-benar tau seperti apa rasanya bahagia."

"Sama-sama sayang, kau mempunyai aku sekarang jadi aku akan berusaha untuk selalu membahagiakanmu."

"Aku tidak akan pernah meragukanmu." Keduanya kemudian saling melepas pelukan untuk menatap satu sama lain.

"Rasanya seperti bermimpi bahwa aku sudah memiliki kekasih sekarang. Dan kekasihku adalah penggemarku sendiri hehehe." Dita merasa tersipu.

"Aku juga." Jinny tersenyum lalu dia meraih kedua tangan Dita dan mencium punggung tangannya.

"Aku mencintaimu Dita. Malam ini aku tidak akan mengijinkanmu pulang." Dita tertawa kecil.

"Aku memang berniat untuk tidak pulang, apalagi setelah kita resmi berpacaran hehehe." Jinny tersenyum gembira.

"Gomawo. Boleh aku meminta sesuatu?"

"Tentu, katakan saja."

"Aku ingin mencium bibirmu lagi." Dita terkekeh.

"Aku kekasihmu sekarang jadi kau tidak perlu meminta ijin. Aku juga sangat menginginkannya sekarang hehehe." Jinny tersenyum puas mendengarnya. Dita kemudian melilitkan kedua tangannya di leher Jinny tidak lama keduanya mulai berciuman dengan mesra.

TBC

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang