Beberapa saat setelah hubungan di resmikan, dua gadis yang sedang di mabuk cinta terlihat berdiri di depan jendela saat ini dan menikmati hari pertama mereka sebagai sepasang kekasih. Atas permintaan Dita yang kini sudah menjadi kekasihnya, Jinny terlihat sibuk menempel di punggung Dita dengan back hug hangat yang dia berikan.
"Jinny, walau aku tau ini nyata, rasanya aku masih tidak percaya bahwa aku berpacaran dengan idolaku sendiri." Jinny mengeluarkan tawa kecilnya.
"Itulah akibat karena terlalu sering menghalu. Di saat hal itu menjadi kenyataan malah di anggap sebuah mimpi haha." Dita tertawa dengan setuju.
"Tepat sekali dan aku masih takut bahwa aku hanya bermimpi hehehe."
"Dasar kau ini. Oh ya, aku ingin meminta satu hal padamu."
"Hal apa?"
"Aku ingin kekasihku tercinta berhenti dari pekerjaannya sebagai supir Taxi."
"Aku harus berhenti bekerja? Why?"
"Aku hanya tidak tega melihat kekasihku harus bekerja sebagai supir Taxi. Kau sudah memiliki aku sekarang, jadi biarkan aku yang menjamin biaya hidupmu." Dita tersenyum lebar.
"Bukankah itu terlalu cepat? Hubungan kita baru saja di resmikan dan kau akan menanggung semua biaya hidupku?"
"Why not? Aku cukup kaya untuk membiayaimu hehehe."
"Yeah aku tau kau kaya tapi kau harus ingat, jika ingin membiayai hidupku setidaknya kita harus menikah terlebih dahulu hahaha." Jinny terdiam sesaat lalu senyuman idiot tampak menghiasi wajahnya sekarang.
"Benar juga. Lantas kau mau menikah denganku?"
"Tentu saja aku mau. Apalagi aku sudah terbiasa memanggil diriku sendiri sebagai istrimu hehehe." Jinny tampak tersipu lalu dia memberikan kecupan manis di pipi Dita dengan gemas.
"Aku harus mempersiapkan pernikahan kita dalam waktu dekat ini." Dita melebarkan matanya.
"Serius? Jangan terlalu terburu-buru, hubungan kita saja belum genap satu hari."
"Lebih cepat itu lebih baik. Aku tidak akan tahan jika berpacaran terlalu lama hehehe."
"Tidak tahan bagaimana?" Tanya Dita polos.
"Kau sudah dewasa, aku yakin kau tau maksudku." Dita pun tertawa dengan canggung.
"Sepertinya aku bisa membaca pikiranmu sekarang." Jinny terkekeh.
"Dita, hanya dengan memelukmu dan mencium aroma tubuhmu saja seolah menarik gairahku." Lanjut Jinny dengan menciumi bahu telanjang Dita. Sementara Dita yang mendadak panik sontak segera melepaskan diri dari back hug Jinny.
"What are you doing? Jangan bilang kau sedang memikirkan hal mesum?" Jinny terlihat menyeringhai.
"Of course. Jika aku memikirkan hal mesum apa kau akan marah atau langsung memutuskanku?" Goda Jinny.
"Tentu saja aku akan... Lari!" Dita langsung menggoda kekasihnya dengan melesat lari keluar dari kamar. Sementara Jinny mengeluarkan tawanya dan segera menyusul kekasihnya. Lucunya saat Jinny mengejarnya, Dita malah sengaja berbaring di atas sofa seolah dia pasrah jika Jinny melakukan sesuatu padanya.
"Where are you going huh?" Tanya Jinny dengan seringhainya.
"I'm not going anywhere. I'm just teasing you hehehe." Jinny terkekeh lalu dia duduk di atas paha Dita dan menghujani wajah Dita dengan ciuman.
"Yah stop!" Jinny menghentikan ciumannya dan mereka terlihat saling bertatapan sekarang.
"Boleh aku membawamu ke kamar lagi sekarang?" Tanya Jinny dengan tatapan menggodanya.
"No!"
"Why? Kau milikku sekarang."
"Aku memang milikmu tapi kita belum halal untuk melakukannya." Jinny terkekeh.
"Pikiran orang dewasa memang cukup menakutkan. Aku hanya ingin mengajakmu untuk menemaniku tidur." Dita terdiam sesaat.
"A-ah aku pikir kau akan melakukan hal itu hehehe."
"Pikiranmu saja yang kotor."
"Seperti itulah pikiran orang dewasa, mohon di maklumi." Jinny tertawa.
"Aigoo kau sangat menggemaskan. Dan sebelum tidur, aku akan memberimu goodnight kiss." Jinny langsung menyerang bibir Dita dengan ciuman panas dan Dita membalas ciuman kekasihnya dengan sama panasnya juga. Saking terlalu sibuk berciuman mereka sampai tidak menyadari kehadiran seseorang yang baru saja masuk ke rumah Jinny.
"What!" Teriakan seseorang akhirnya menghentikan aktifitas ciuman Dita dan Jinny.
"Eonni!" Jinny seketika menelan ludahnya karena Lèa baru saja memergokinya dalam posisi yang tidak tepat. Detik selanjutnya, Lèa tiba-tiba terjatuh dan pingsan seketika di tempat. Dengan panik Jinny dan Dita langsung berlari menghampiri Lèa.
"Eonni kau kenapa?" Jinny mencoba membangunkan managernya dengan mengguncang-guncang tubuhnya namun tidak ada respon.
"Dita, apa dia pingsan?"
"Dia memang pingsan. Bantu aku mengangkat tubuh managermu ke atas sofa." Dita dan Jinny langsung mengangkat tubuh Lèa dan membaringkannya di atas sofa.
"Hahaha dasar manager payah. Dia pingsan hanya karena melihat kita sedang berciuman." Dita terkekeh.
"Dan sepertinya aku harus menyalahkanmu atas hal ini. Tapi ngomong-ngomong, mengapa Lèa-ssi sampai jatuh pingsan hanya karena memergoki kita?"
"Lèa eonni pasti sangat terkejut dan mengira kita sedang bercinta mungkin. Di tambah dia kurang sehat akhir-akhir ini. Haruskah aku membangunkannya sekarang?"
"Caranya?" Seringhai jahat pun muncul di wajah Jinny. Dengan polosnya dia menampar pipi managernya dan berhasil membangunkan managernya.
"Yah kau jahat sekali." Dita memukul kecil bahu Jinny sementara Jinny hanya tertawa polos.
"Pipiku haduh!" Lèa meringis kesakitan dan tidak lama tatapan tajamnya mengarah kepada pelaku penamparan yang sedang tersenyum padanya.
"Kau!" Lèa langsung meraih bantal sofa lalu tiba-tiba memukuli tubuh Jinny dengan bantal tersebut.
"Dasar anak nakal."
"Yah eonni, mengapa kau memukuliku?"
"Karena kau anak nakal dan kurang ajar. Berani-beraninya kau melakukan hal yang tidak pantas terhadap Dita." Lèa terus memukul Jinny dengan bantal sementara Dita yang terlihat bingung malah diam menonton.
"Eonni memangnya aku berbuat kesalahan apa terhadap Dita?" Lèa akhirnya berhenti memukulnya.
"Kau bertanya padaku? Seharusnya aku yang bertanya padamu. Mengapa kau melakukan hal itu terhadap Dita?" Jinny pun menggaruk kepalanya dengan bingung.
"Maksudmu ciuman yang kau saksikan tadi? Astaga aku hanya mencium Dita, memangnya kenapa?"
"Hanya menciumnya? Jelas-jelas aku melihatmu hendak memperkosanya." Jinny dan Dita saling menatap setelah itu tawa kecil keluar dari mulut mereka.
"Lèa-ssi, kau pasti sudah salah paham. Kami hanya berciuman, tidak melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Dan kami melakukannya karena kami sudah berpacaran sekarang, kami berani bersumpah." Jelas Dita.
"Kau serius? Tapi mengapa si buaya ini menindih tubuhmu dan terlihat seperti sedang mencumbu?" Jitakan kecil dari Jinny pun melayang.
"You're so funny! Eonni, aku rasa pikiranmu yang terlalu kotor. Berciuman dalam posisi seperti itu bukan berarti sedang bercumbu." Lèa berpikir sejenak.
"Benar juga. Apa reaksiku terlalu berlebihan?" Jinny pun tertawa.
"Ya aku rasa begitu. Dan seperti yang di katakan Dita tadi, kami sudah resmi berpacaran eonni." Lèa mengangguk mengerti dan menatap Dita yang kini tersenyum kaku.
"Dita-ssi, maaf tadi itu aku sangat terkejut. Tapi aku harap kau bisa menjaga tubuhmu ok? Jinny cukup berbahaya makanya aku sampai mengira dia sedang berbuat macam-macam padamu." Dita terkekeh mendengarnya.
"Ya aku juga tau Jinny itu berbahaya. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diri dan menjadi pawang untuk buaya betina ini hehehe." Lèa tertawa puas sementara Jinny terlihat cemberut sekarang.
"Yah kalian berdua menyebalkan."
"Memang seperti itu faktanya. Dita penggemarmu dan sudah sewajarnya dia tau betapa berbahayanya dirimu."
"Terserah. Sekarang aku ingin bertanya, ada urusan apa lagi eonni kembali ke rumahku?"
"Oh soal itu, aku hendak membeli makan malam dan aku lupa dompetku tertinggal di sini. Dimana tadi aku menaruhnya." Lèa mencoba mencari di sekitar ruang tamu dan tidak lama dia berhasil menemukan dompetnya.
"Ini dia. Maaf sudah menganggu moment romantis kalian, aku akan pergi sekarang."
"Ah biarkan aku mengantarmu Lèa-ssi." Dita langsung menghampiri Lèa dan mengantarnya sampai depan pintu lift.
"Lèa-ssi sebelum pergi, boleh aku meminta nomor ponselmu? Ada hal yang ingin aku beritahu padamu."
"Oh tentu." Dita langsung menyerahkan ponselnya dan Lèa memberikan nomornya.
"Sudah. Memangnya kau ingin memberitahu apa?" Tanya Lèa dengan mengembalikan ponsel Dita.
"Terimakasih. Aku hanya ingin memberitahu sebuah rahasia yang belum di ketahui oleh Jinny." Kerutan muncul di kening Lèa.
"Kau menyembunyikan rahasia apa? Dan apa alasanmu untuk memberitahuku?"
"Karena kau manager Jinny dan juga aku ingin mendapatkan kepercayaan darimu. Jinny berpacaran dengan penggemarnya sendiri dan aku hanya khawatir kau mungkin tidak mempercayaiku." Lèa memeperlihatkan senyuman lebarnya.
"Jangan khawatir, aku sudah percaya padamu. Berkat kehadiranmu di sisinya, Jinny tampak bahagia sekarang dan aku berterimakasih atas hal itu."
"Syukurlah aku lega mendengarnya. Aku akan menghubungimu nanti dan memberitahu siapa diriku sebenarnya. Dan mungkin kau akan terkejut nanti hehehe." Lèa terkekeh.
"Mencurigakan sekali. Baiklah aku akan menunggu panggilanmu dan aku harap rahasiamu itu tentang hal positive hahaha."
"Tentu saja itu rahasia positive."
"Nice. Terimakasih sudah mengantarku, kau boleh kembali menemani Jinny sekarang." Dita mengangguk setuju lalu Lèa berpamitan pulang sementara Dita kembali menghampiri Jinny di dalam rumah.
"Mengapa kau lama sekali? Lèa eonni mewawancaraimu di luar?" Dita tertawa kecil.
"Aku hanya berbicara sebentar padanya dan itu bukan sesuatu yang serius." Jinny tersenyum mengerti.
"Oh ya soal pekerjaanmu, kau bersedia melakukannya untukku bukan?" Tanya Jinny.
"Maksudmu perihal aku berhenti bekerja sebagai supir? Jika memang itu yang kau inginkan aku akan patuh saja. Asalkan jangan biarkan aku menganggur terlalu lama hehehe."
"Tenang saja, lagi pula aku akan menikahimu dengan segera." Dita merasa tersipu dan melayangkan pukulan kecil di bahu Jinny.
"Berhenti membahas pernikahan, itu terlalu dini untuk di bahas saat ini. Lebih baik kita pergi tidur sekarang." Jinny terkekeh.
"Baiklah kita ke kamar sekarang." Dita mengangguk setuju lalu keduanya pergi menuju kamar dengan saling bergandengan tangan.
***
Dua minggu kemudian. Di jam yang sudah memasuki pukul tiga sore, Jinny yang baru saja selesai melakukan rekaman sebuah acara variety show terlihat keluar dari studio untuk kembali pulang. Setelah sekian lama menghilang dari layar kaca dan kehidupannya membaik setelah memiliki kekasih, Jinny akhirnya kembali ke layar kaca dan tentunya Jinny terlihat bergembira sekarang.
"Jinny, kau jadi pulang ke rumah Dita sekarang?" Tanya Lèa yang sedang bersamanya saat ini.
"Tentu."
"Baiklah, aku akan langsung pulang saja. Hati-hati saat menyetir." Jinny mengangguk mengerti lalu dia dan managernya berpamitan dan berjalan ke arah yang berbeda. Dalam perjalanan menuju parkiran mobil, Jinny tiba-tiba di kejutkan dengan kehadiran Soodam yang tidak sengaja berpapasan dengannya.
"Hi Jinny!" Sapa Soodam dengan ceria karena dia merasa sudah lama tidak melihatnya.
"Lee Soodam-ssi!"
"Sedang apa di sini?"
"Aku baru saja melakukan rekaman acara. Kau juga sedang apa di sini?"
"Aku memiliki janji pertemuan di cafe seberang sana dan kebetulan melihatmu di sini hehehe." Jinny hanya mengangguk-ngangguk lalu Soodam tampak menatapnya dengan senyuman lebarnya. Hal itu tentu membuat Jinny mulai merasa canggung.
"Mengapa kau tersenyum lebar padaku?"
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?"
"Bukan begitu, aku hanya merasa canggung karena kau orang yang pernah aku sukai." Soodam tampak terkekeh.
"Jinny, walau kau sudah mempunyai kekasih apa kita tidak bisa berhubungan dekat lagi seperti dulu? Jujur aku merindukan kebersamaan kita jadi setidaknya biarkan kita menjadi teman baik sekarang." Jinny menyipitkan matanya.
"Teman baik? Yakin? Kau tidak berniat merebut hatiku setelahnya?" Soodam tertawa.
"Tenang saja, aku masih punya harga diri. Lagi pula kau sudah berbahagia dengan orang lain dan tidak ada alasan bagiku untuk merebut kekasih orang lain." Jinny langsung menatap Soodam dengan aneh.
"Kau tidak sedang mabuk Soodam-ssi? Rasanya sangat aneh mendengarmu berbicara seperti itu." Soodam kembali tertawa.
"Tentu saja tidak. Aku berbicara seperti itu karena aku sudah mulai berubah sekarang."
"Oh nice!" Jinny akhirnya melempar senyuman dan matanya tidak sengaja melihat beberapa wartawan sedang memotret dirinya bersama Soodam.
"Ada wartawan sedang memotret kita. Kau bilang ingin berteman baik denganku bukan? Mari aku antar kau sampai cafe."
"Really?" Jinny mengangguk lalu tangannya refleks merangkul bahu Soodam dan mengantar Soodam menuju cafe yang tidak jauh dari lokasinya. Setelah mengantar Soodam, Jinny berpamitan pulang lalu berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah kekasihnya.
Di sisi lain, Dita yang sudah tidak memiliki pekerjaan terlihat duduk santai di kamarnya saat ini. Beberapa waktu yang lalu, dia sudah menerima pesan bahwa Jinny akan pulang ke rumahnya sebentar lagi. Selagi menunggu Jinny tiba di rumahnya, Dita mencoba menyibukan diri dengan ponselnya seperti melihat update news dan sebagainya. Selang beberapa saat kemudian, matanya tidak sengaja melihat foto kebersamaan Jinny bersama Soodam dari salah satu situs penggemar.
"Apa-apaan ini? Mengapa mereka terlihat sangat mesra?" Dita cukup terkejut karena di dalam foto itu Jinny tampak merangkul mesra bahu Soodam. Kecemburuan Dita juga mulai bergejolak karena terpengaruh dengan komentar dari penggemar kapal SooJin yang sangat senang melihat Jinny dan Soodam kembali terlihat bersama.
"A-apa maksudnya ini? Apa Jinny diam-diam mengkhianatiku?" Dita mulai di landa kecemasan dan pikirannya mulai kemana-mana sampai akhirnya dia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya.
"Babe, I'm home!" Jinny muncul di balik pintu dan Dita langsung menatapnya dengan marah.
"Are you okay?" Jinny tampak bingung karena Dita menatapnya dengan marah. Detik selanjutnya, Dita melompat dari tempat tidurnya lalu memukul tubuh Jinny dengan menggunakan guling.
"Kau jahat, jahat, jahat!"
"W-wait, ada apa ini?"
"I hate you!" Teriak Dita tanpa berhenti memukul Jinny. Merasa bingung dengan kemarahan kekasihnya, Jinny langsung merebut gulingnya dari tangan Dita.
"Kau ini kenapa sayang? Mengapa kau tiba-tiba marah padaku?"
"Karena kau bermain di belakangku." Jinny menatap Dita dengan bingung.
"Maksudmu apa?"
"Kau baru saja berkencan dengan Soodam bukan? Dan aku sudah melihat foto kalian berdua di situs penggemar."
"What?" Dita merebut kembali gulingnya dan memukuli Jinny lagi.
"Kau tau aku sangat mencintaimu tapi kau tega mengkhianatiku Park Jinny... Hatiku sakit, sakit, sakit!"
"Hahahaha!" Jinny malah tertawa dan membuat Dita berhenti memukulnya.
"Kau pikir itu lucu Park Jinny? Aku kecewa padamu." Kali ini Jinny berusaha menahan tawanya dan merasa gemas melihat wajah marah Dita yang tampak lucu baginya.
"Maaf, aku bisa jelaskan semuanya sayang tapi kau harus tenang, ok?"
"Aku tidak butuh penjelasan."
"Owh kau yakin?"
"Tentu karena aku sedang marah padamu." Jinny tersenyum idiot kemudian menggoda Dita dengan colekan di dagunya.
"Don’t touch me!"
"Awww... Kiyowo!" Kesal karena Jinny malah menggodanya, Dita mencoba memukulnya lagi namun sebelum itu terjadi Jinny sudah lebih dulu memeluknya.
"Jangan marah kau hanya salah paham." Dita langsung mendorong tubuh Jinny.
"Aku tidak percaya kepada buaya." Jinny mengeluarkan tawanya lalu dia menyerang Dita dengan mencium singkat bibirnya.
"Yah aku bilang jangan sentuh aku."
"I don’t care." Jinny akhirnya mendorong tubuh Dita hingga terjatuh ke atas tempat tidur. Kesempatan bagi Jinny untuk menindih tubuh Dita dan menjebaknya dengan memegangi kedua tangannya.
"J-jinny kau mau melakukan apa?"
"Menurutmu sayang?" Tatapan Jinny yang terlihat kuat membuat Dita seakan melemah. Selanjutnya Jinny kembali menyerang bibir Dita dengan ciuman lembutnya hingga membuat Dita menerimanya dengan pasrah. Lambat laun kemarahan Dita juga mulai mereda karena ciuman Jinny mengobatinya hingga Jinny menyudahi ciumannya. Dengan senyuman manisnya, Jinny menatap wajah Dita dengan penuh cinta.
"Jadi seperti itu tingkahmu saat cemburu? Benar-benar sangat lucu dan aku sangat gemas melihatnya hehehe." Dita akhirnya cemberut.
"I hate you!" Jinny terkekeh lalu mencium singkat bibir Dita.
"I love you!"
"I hate you!" Jinny kembali terkekeh lalu sebuah ciuman di kening, pipi dan bibir akhirnya di terima lagi oleh Dita.
"I love you so much Dita!"
"I hate y-" Jinny langsung membungkam mulut Dita dengan ciumannya lagi dan kali ini cukup agresif. Dita yang sudah tidak marah justru sangat menyukai ciuman saat ini dan membalas ciuman Jinny dengan tidak kalah agresifnya. Sampai keduanya terlihat terengah-engah dan memecahkan ciumannya dengan saling menatap.
"Dengarkan aku Dita sayang, kau satu-satunya orang yang ada di hatiku sekarang dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Dan aku tidak mungkin mengkhianatimu karena tubuhku dan juga hatiku ini sudah menjadi milikmu." Senyuman manis pun muncul di wajah Dita.
"Maafkan aku jika rasa cemburuku berlebihan. Aku hanya terlalu terkejut karena melihatmu merangkul Soodam dengan mesra." Jinny terkekeh.
"Aku sudah menduganya. Tapi kau tidak marah lagi sekarang?" Dita mengangguk lalu Jinny mencium keningnya.
"Maafkan aku jika membuatmu cemburu. Kami kebetulan bertemu di depan studio dan aku hanya mengantarnya ke cafe setelah melihat wartawan yang terlihat mengawasi kami. Soodam juga mengajakku berteman baik dan aku minta maaf karena merangkulnya tanpa sadar."
"Ah jadi begitu. Tidak apa-apa, aku sudah tidak marah sekarang. Hanya saja aku kesal dengan komentar-komentar dari penggemar SooJin yang sangat bahagia dengan moment kebersamaan kalian." Jinny tertawa.
"Aigoo aku jadi merasa bersalah. Jangan terlalu di pikirkan dan fokus saja dengan kehidupan real kita." Dita tersenyum mengerti.
"Of course. Bisa lepaskan aku sekarang?"
"Ah maaf." Jinny melepaskan cengkraman tangannya dan menggulingkan tubuhnya ke samping Dita.
"Kau pasti lelah. Mau aku buatkan sesuatu?" Tanya Dita.
"Tidak, aku hanya ingin memelukmu sekarang. Kemari dan berbaringlah bersamaku. Aku ingin beristirahat sejenak dan menyerap vitamin dari tubuhmu." Dita hanya tersenyum dan segera memeluk tubuh Jinny dengan erat. Setelah itu mereka hanya menikmati waktu mereka dengan mengobrol panjang.
TBC*Maafin karena masa promosi Fire Saturday aku mengenyampingkan FF 😂 Next aku usahain update cepet 👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
FanfictionThe love story di antara seorang penyanyi rap dan driver taxi.