We become parents

306 40 20
                                    

Jinny's apart.

Di jam yang sudah memasuki tengah hari, sosok Lèa dan Dita terlihat sedang bersama di kediaman Jinny saat ini, sementara Jinny sendiri sedang menghadiri urusan pekerjaannya tanpa di temani oleh Lèa. Selagi Jinny pergi, Dita memanfaatkan waktunya dengan baking bersama Lèa. Dita sengaja membuatkan brownie untuk Lèa dan sekarang keduanya sedang menunggu brownie itu matang dengan duduk di ruang makan.

"Dita-ssi, apa kau tidak berniat memberitahu Jinny secepatnya?" Lèa bertanya dengan penasaran karena dia sudah mengetahui rahasia Dita yang tidak di ketahui Jinny.

"Memberitahu apa?"

"Siapa dirimu sebenarnya." Dita terkekeh.

"Aku pasti akan memberitahu dia namun aku akan melakukannya di waktu yang tepat. Dia sudah pasti akan marah dan aku harus bersiap akan hal itu."

"Mungkin? Tapi aku rasa Jinny tidak akan marah."

"Mengapa eonni bisa seyakin itu? Bisa saja dia mengamuk dan menganggap aku berpura-pura menjadi gadis yang tidak punya apa-apa." Lèa mengeluarkan tawa kecilnya.

"Karena aku sangat tau sifat Jinny. Seandainya kau orang yang tidak punya dan berpura-pura menjadi orang kaya, akan sangat wajar jika Jinny marah. Tapi keadaanmu sebaliknya bukan? Aku yakin dia tidak akan marah dan terkejut saja dengan latar belakanganmu." Dita terdiam sejenak dan merasa setuju dengan apa yang di katakan Lèa.

"Eonni ada benarnya juga. Dan aku terpaksa menutupinya dari Jinny karena eonni sendiri sudah mendengar alasanku. Aku tidak mau menjadi korban percintaan yang kesekian kalinya lagi hanya karena mereka tau siapa ayahku." Lèa tersenyum mengerti.

"Menjadi anak dari orang penting itu memang melelahkan. Tapi pada akhirnya kau bertemu dengan Jinny dan dia mencintaimu tanpa memandang status sosial dan materi." Senyuman idiot pun mulai menghiasi wajah Dita.

"Yeah apalagi status kami sebagai idola dan penggemar. Itu sebuah takdir yang tidak terduga bahwa kami bisa menjalin hubungan asmara."

"Dan aku sangat cemburu sekarang." Dita tertawa.

"Cemburu kenapa?"

"Karena aku tidak pernah berpacaran dan sekarang Jinny sudah mendahuluiku." Dita kembali tertawa dan menepuk-nepuk punggung Lèa.

"Mohon bersabar, jodohmu pasti akan datang dengan sendirinya."

"Ya tapi anehnya aku masih betah sendiri." Kali ini Dita berusaha menahan tawanya.

"Yaaa... Jika eonni masih betah sendiri apa boleh buat. Oh ya, sebenarnya seminggu terakhir ini Jinny selalu membahas pernikahan." Lèa seketika terbatuk.

"P-pernikahan? Kalian mau menikah?" Dita menggaruk kepalanya.

"Bagaimana aku harus menjelaskannya. Intinya Jinny ingin menikahiku dengan segera namun aku belum siap karena hubungan kami masih baru. Untuk alasan lainnya eonni pasti tau sendiri." Gelengan kepala pun di perlihatkan Lèa.

"Sudah aku duga dia tidak akan tahan hahaha! Selama Jinny masih terikat kontrak dengan agensinya, lalu kau belum melunasi hutangmu kepada ayahmu dan belum berterus kepada Jinny mengenai latar belakangmu yaaa... Pasti akan sulit jika di laksanakan dalam waktu dekat."

"Itu dia masalahnya, aku hanya memberi alasan dengan status hubungan kami yang masih baru. Belum lagi masalah dengan ayahku dan sekarang aku malah menganggur karena Jinny melarangku bekerja. Bagaimana aku bisa membayar hutang kepada ayahku?" Lèa terkekeh.

"Ada-ada saja kalian ini. Kita lanjutkan obrolan penting ini nanti, brownie yang kau buat sudah memanggil untuk di keluarkan dari oven." Perhatian Dita akhirnya tertuju kepada oven dan bergegas memeriksanya.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang