Hilang?

1 1 0
                                    

"Hei, ini celana Lo atau gue?"

Suasana ramai memenuhi ruang loker. Siswa siswi kelas 7B baru saja selesai melakukan jam olahraga. Bel istirahat baru saja berbunyi dua menit yang lalu. Sedang Valda bingung dengan dua celana olahraga khas sekolahnya. Ia menodongkan kedua celana berwarna hijau daun itu kepada Intan.

"Bisa bahaya kalau celana kita ketuker. Lo kan kurus kering begitu!"

Intan mendesah kesal. Ia kemudian memeriksa kedua celana yang dipegang Valda. Hal pertama yang ia buka adalah bagian saku belakang. Seingatnya ada sesuatu ynag tertinggal di sana.

Karin menenggak air minumnya sambil menyampirkan pakaian olahraganya ke pundak. Ia melangkah mendatangi kedua sahabatnya itu. "Kenapa bisa ada acara tukar-menukar baju? Lo berdua mau cari jodoh?"

"Bego! Mana ada begitu?" sahut Valda kesal.

Intan mengambil celana yang dipegang tangan kanan Valda. "Ini punya gue!" Kemudian ia mengeluarkan sebuah plastik bening yang entah bekas apa itu. "Punya gue ada ininya, nih! Waktu nyuci gue lupa buang bungkus gelang!"

"Berarti yang ini punya gue, kan?" Valda menekankan celana yang berada di tangan kirinya. Intan mengangguk yakin.

"Udah, kan? Bentar lagi ada tanya-jawab IPA. Lo berdua mau siap-siap atau ke kantin?" tanya Karin sambil mendorong kedua sahabatnya keluar ruangan.

"Kantin kayaknya rame deh. Males ngantri gue!" Valda memeluk seragam olahraganya sambil merengut.

"Tapi seenggaknya kita mampir dulu! Permen kaki gue abis, nih!"

Pletak!

"Elah, Lo gila permen kaki banget sih? Itu bukan makanan yang sopan, tau!"

Buku tangan Valda sukses mendarat di dahi Karin. Belum lagi ucapannya yang menyindir. Sedang Karin hanya meringis sambil memegangi dahinya yang merah.

"Ya udah, kalau Valda nggak mau ke kantin biarin aja! Gue mau ke kantin. Karin kalau mau ikut, ayo!"

Karin tersenyum sedangkan Valda semakin memajukan bibirnya. Intan juga menyadari hal itu. Karenanya ia menawari Valda sekira ada yang perlu ia belikan. Akhirnya, Intan dan Karin pergi ke kantin sebentar. Mereka berdua hanya beli seperlunya. Apalagi bel peringatan jam istirahat pertama hampir habis baru saja berbunyi. Keduanya langsung bergegas dan kembali ke kelas.

***

"Gilaaaa! Mati gue kalau ketemu guru yang begini!"

"Apaan sih Lo, Ud? Lo pikir cuma Lo aja apa yang nggak suka? Gue juga tau!"

"Wah, kita emang the best, Tom!"

"Ngomong apa kalian? Tes tiba-tiba tadi itu tuh berguna banget buat kita, ngerti dikit bisa?"

"Wuih, tumben Arslan pinter!" Tommy yang duduk di belakang Arslan menoyor punggungnya.

"Arslan lagi ketiban uang jajan kali!" timpal Daud.

"Mungkin cintanya abis diterima sama kakak kelas incarannya!" Mike yang duduk di depan meja guru ikut menoleh, tak lupa teman sebangkunya—Aiden.

"Ciee ...."

"Nggak gitu! Gue cuma mau ngelampiasin kekesalan aja! Saking sulitnya, tes dadakan tadi berguna banget buat meras otak Daud yang udah sekarat!"

"BWAHAHAH!"

"PINTER LO, LAN!"

Sorak-sorai usai pelajaran IPS mencairkan suasana. Tes dadakan yang sempat menciutkan nyali dan memundurkan semangat kini lenyap seketika.

Medali Loker 4 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang