Amarah Anju

877 63 6
                                    

Dengan sepeda motornya Anju melarikanku ke tempat sepi di tepi hutan. Motor itu baru berhenti begitu sampai di atas sebuah jembatan.

"Turun!" Perintah Anju padaku. Mau tak mau aku turun dari motor lalu berdiri di sisi jembatan.

Anju sendiri nyalakan rokok dan mulai menghisapnya.

"Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur, awas saja kalau kau tak jujur. Ku buang kau ke bawah sungai sana" Ancam Anju dengan wajah galaknya.

Aku menelan ludahku, aura setan si Anju mulai keluar, sama seperti ketika masih SMA dulu. Aku melirik sungai di bawah jembatan yang banyak bebatuannya.

"Apa maksudmu pamer kemesraan dengan Elwin di depanku? Mau buat aku marah? Mau buat aku cemburu?" Tanya Anju dengan mata tajam menatap mataku.

Aku terdiam, Anju benar-benar marah sekarang.

"Di pemandian itu kau biarkan dia merabai tubuhmu, dan tadi kau biarkan dia nyaris mencium bibirmu. Asal kau tau, sebandit-banditnya aku, aku tak pernah berbuat seperti itu. Di mana rasa malumu hah?" Tanya Anju dengan kasar. Di buangnya rokok yang baru terhisap sedikit dan langsung menginjaknya.

"Nju aku" Ucapanku terpotong ketika Anju menyelanya.

"Aku apa? Seandainyapun kau pacaran dengan Elwin aku tak apa, tapi sebaiknya kau jaga perasaanku ini San, jangan pernah pamerkan kemeseraanmu itu di depanku! Terserah kalau dibelakangku kau mau buat apa sama Elwin, cipokan sampai bibirmu jontor bahkan ngentot sekalipun aku gak peduli, asal aku tak melihatnya dengan kedua mataku ini!" Anju mengacak rambutnya menahan emosi dan kecewanya, sedangkan aku hanya bisa pasrah tanpa suara.

Anju copot kaos di tubuhnya, melemparkan pakaian itu ke atas motor.
"Kau lihat semua tato ini! Asal kau tau  nama orang  yang kujadikan tato ini adalah namamu. Ikhsan Anugrah. Aku suka padamu San, aku suka samamu sejak hari pertama SMA dulu"

Pengakuan Anju barusan sukses membuat getaran dahsyat melanda hatiku. Jantungku bergemuruh hebat.

"Tapi apalah dayaku, wajahku jelek, tabiatku buruk. Tak heran ketika SMA dulu aku menyimpan rasa ini, apalagi setelah aku sadar bahwa kau suka sama Aksa, cowok terganteng di sekolah. Aku sadar diri, karena itu ku turunkan rasaku padamu hanya sebatas sebagai teman" Anju mulai sesenggukan, bahkan bisa kulihat air mata mulai menggumpal siap jatuh. Anju menyapu air mata itu dengan tangannya.

"Sejak SMA aku mencoba bersikap baik dan manis padamu, bahkan di hari terakhir kau di sekolah, saat kau memaki, memgusir dan menyalahkanku. Aku masih memperhatikanmu dari jauh meskipun aku sakit hati. Melihatmu pingsan di tengah guyuran hujan, aku rela membawamu pulang. Tapi kau tetap tak peka juga kalau aku punya rasa padamu" Ucap Anju lagi.

"Lalu mengapa kau menghilang setelah itu?" Cecarku pula.

"Bukankah itu maumu? Bukankah kau yang meminta agar aku menjauh darimu?" Sentak Anju.

Mendengar itu hatiku mendadak menciut pilu. Tesss.. Air mataku pun menetes karena terbayang semua kenanganku bersama Anju ketika masih SMA dulu.

"Sekarang kau sudah punya Elwin yang ganteng. Biarkan si buruk ini mengucapkan selamat padamu. Aku ikhlas, cuma aku mohon jangan tunjukkan kemesraanmu dengan Elwin di depanku lagi. Sungguh itu sangat menyakitiku. Lebih baik kau membunuhku dari pada membuatku cemburu seperti tadi" Ucap Anju lagi.

"Nju sebenarnya.." Aku berusaha untuk menenangkan dan menjelaskan  apa yang sebenarnya. Namun Anju masih belum mau memberi kesempatan padaku untuk bicara.

"Sebagai salam perpisahan dariku, ku mohon padamu, izinkanlah aku melakukan satu hal  yang dari dulu begitu kuimpikan" Selesai berucap, tiba-tiba Anju memeluk erat tubuhku lalu cup, cepat sekali dia telah mencium bibirku dengan penuh perasaan.

Lima detik, delapan detik, ah aku tak sempat lagi menghitung berapa lama bibirnya menempel di bibirku. Yang jelas aku merasa dunia mendadak berhenti.

"Aku cinta padamu San" Bisik Anju begitu selesai menciumku.

Aku terdiam karena teeharu, gak nyangka Anju, si sangar ini bisa se romantis ini.

"Ayo aku antar kau pulang menemui pacarmu" Anju cepat menghampiri motornya dan siap menungganginya, namun secepat kilat aku memeluk tubuhnya dari belakang. Tangan kiriku tepat berada di atas detak jantungnya yang bergemuruh kencang.

"Aku juga cinta kau Nju, aku mohon jangan pergi lagi. Maaf jika selama ini aku tak peka terhadap rasamu" Aku menjatuhkan kepalaku diatas pundaknya sambil terus memeluknya dari belakang.

"Terlambat San, kau sudah punya pacar sekarang"

"Elwin bukan pacarku. Kami cuma bohongan, habisnya kau pamer-pamer kemesraan dengan Erlita, cewekmu itu. Kan aku cemburu. Jadi aku balas juga dengan hal yang sama. Semua ini ide gila dafi Elwin" Jelasku sambil tak melepas pelukan.

"Apa? Jadi kalian cuma bohongan?" Anju kaget sekali, cepat dia memutar tubuhnya hingga kami kembali berhadapan.

Aku mengangguk sambil tertunduk malu.

Lalu meledaklah tawa Anju.
"Kok bisa sama ya? Aku dan Erlita juga cuma bohongan. Dia itu cewek fujo. Dia langsung setuju buat pura-pura jadi pacarku untuk melihat apakah kau juga punya perasaan untukku" Penjelasan Anju barusan membuat aku melongo juga. Ya Tuhan ternyata kami sama-sama bersandiwara cuma buat saling cemburu-cemburuan. Sial.

"Hmmm jadi itu artinya kau maukan jadi pacarku?" Tembak Anju sambil menggenggam tanganku.

Wajahku memerah malu, aku tertunduk sekejap, namun cepat sekali aku mencium bibir Anju.

"Sekarang kau sudah taukan apa jawabanku atas cintamu?" Ucaoku sambil tersenyum.

Ku lihat wajah Anju yang garang itu tersenyum lebar, pancaran kebahagaiaan yang luar biasa terbias sempurna di wajahnya. Sunpah, aku belum pernah melihat Anju sebahagia sekarang. Bahkan Anju langsung menggendongku dan membawa ku berputar-putar di atas jembatan itu.

"Udah sore San, kita pulang yuk!" Ajak Anju sambil menurunkanku dari gendongannya.

"Gak mau! Aku mau lebih lama lagi di sisimu"

"Serius? Emang kamu gak takut bibirmu copot kalau aku cipok terus" Goda Anju.

Satu cubitan ku hadiahkan ke perutnya.
"Dasar, dari dulu otak mesummu gak hilang-hilang"

"Hahahaha, tapi justru itukan yang bikin kamu jatuh cinta. Aku senang kau mencintaiku setelah mengenal semua keburukanku" Ucap Anju.

"Baik atau buruk tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya" Jawabku, Anju kembali meremas tanganku.

"Sedikit lagi matahari tenggelam. Ayo kita pulang" Ajak Anju.

Kali ini aku tak menolak. Aku duduk di belakang Anju yang sedang menyetir motor. Aku memeluk erat pinggangnya. Pinggang terkokoh dan terindah yang pernah aku sentuh.
Ah Anju, tak kusangka dulu aku benci dan takut padamu, tapi sekarang aku justru tergila-gila dan cinta mati padamu.
***

BENCI TAPI CINTA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang