3 -

20 2 0
                                    

Sesuai dengan ucapannya, Yoongi membuktikannya dengan membawa sebuah kendaraan ke depan rumah sakit besar KMC, menunggu sosok wanita perawat bersanggul dengan poni tipis menyelesaikan pekerjaannya.

Yoongi sebetulnya tidak tahu kapan tepatnya Yura akan pulang, tapi entah mengapa ia selalu mendapati kebetulan-kebetulan. Seperti sekarang, lagi---- mendadak Yura selesai dengan cepat tanpa lembur.

"Yoongi-ssi?"

Yoongi menoleh. Canggung. Agaknya sedikit ragu dengan kendaraan yang ia bawa saat itu.

Menyerngitkan kening, namun tersenyum keheranan. "Apa ini?"

"Sepeda."

Yura menggeleng dengan senyuman yang bertambah lebar. "Aku tahu. Maksudku, mengapa kau membawa sepeda? Dan mengapa ada dua kayuh?"

"Aku bilang kan, akan membawa kendaraan. Bukankah ini kendaraan juga?"

Lucu. Yoongi saat lucu dan polos kini di mata Yura.

Padahal sebenarnya sama sekali tidak.

"Iyah. Sepeda memang kendaraan juga. Jadi maksudmu, kita akan pulang dengan ini?"

"Iya. Kenapa? Kau tidak menyukainya?"

"Bukan begitu.. Aku sangat suka bersepeda."

Tanpa menjawab lagi, Yoongi lebih dulu menaiki sepeda di bagian depan.  Dan Yura memposisikan diri dengan tas nya di bagian kayuh belakang. Menyeiramakan kayuhan mereka agar berjalan dengan nyaman.

Yura tak habis pikir dengan jalan pikiran pria misterius yang belakangan hadir di tengah kehidupannya. Pria yang hadir dengan luka, dan terluka. Bahkan Yura sebenarnya sudah memerhatikan lebam di bibir Yoongi sejak tadi. Ada sepenggal pertanyaan, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Yoongi terus terluka?

"Kau terluka lagi?"

"Tidak."

"Aku melihat lebam di ujung bibirmu."

Sontak tangan Yoongi langsung terlepas dari pegangan sepeda dan memeriksa bibirnya.

"Setelah tiba, akan aku obati."

"Kau--- Kau tidak keberatan dengan sepeda?"

"Tidak. Aku mengayuhnya dengan santai."

"Bukan. Maksudku--- Kau baik-baik saja kita pulang dengan sepeda?"

"Tentu. Sebelum naik bus, aku mengendarai sepeda untuk bekerja. Tapi sekarang sepedaku sudah rusak."

Ada jeda sejenak, sebelum akhirnya Yoongi kembali menjawab. "Mau aku betulkan?"

"Hm?"

"Aku bisa membetulkan sepedamu."

"Tidak. Tidak perlu. Rusaknya cukup parah, jadi--- aku sudah membuangnya." Yura menggaruk tengkuknya.

"Jika kau lelah, biar aku sendiri yang mengayuh."

"Aku baik-baik saja, Yoongi-ssi."

Ada sedikit penyesalan saat Yoongi membawa sepeda dengan dua kayuh seperti itu. Bukan karena lelah, melainkan karena tidak dapat memandangi wajah Yura. Tidak dapat melihat senyum Yura selama di perjalanan. Padahal, Yoongi kecanduan. Kecanduan dengan manisnya senyum Yura yang menghangatkan.

Lebih cepat sampai, lebih baik.

"Ini bukan jalan yang kemarin?" Yoongi agak sedikit heran karena Yura mengarahkan jalan yang berbeda dari yang kemarin.

"Ah--- itu. Ini jalan yang bisa di lalui dengan kendaraan. Kemarin, hanya lebih dekat saja jika kita berjalan kaki."

Yoongi mengangguk percaya tanpa ada keraguan.

Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang