5 -

22 3 0
                                    

Tiap harinya kini bagi Yura adalah sebuah teka-teki. Apalagi yang akan Yoongi tunjukkan padanya. Apalagi yang akan Yoongi bawa lagi saat menjemputnya pulang bekerja.

Yura tidak berharap pada kendaraan mewah atau semacamnya. Yura hanya suka dan ketagihan menebak, sekiranya Yoongi si beku itu akan melakukan hal apa.

Beberapa hari lalu saat makan malam bersama, Yura di buat terkejut dengan penampilan Yoongi saat bermain piano.

Lelaki itu nampak kasar, nampak seperti pekerja keras lapangan. Namun siapa yang sangka, jika saat bertemu dengan tuts piano aura yang di tampilkan Yoongi mendadak melembut. Yoongi bukan seperti Yoongi pertama kali yang Yura jumpai.

Dingin dan luka.

Dua kata itu yang selalu ada di dalam kepala Yura, mendadak meluruh saat Yoongi memainkan piano.

Yoongi bukan tipe pria yang banyak menghujaninya dengan gombalan, bukan juga yang menyerbunya dengan perhatian. Justru Yoongi berbeda. Sangat berbeda.

Dan Yura---- belum bisa menemukan seperti apa ia harus mendeskripsikan betapa berbedanya Min Yoongi.

Sebuah pesan di ponsel Yura mendadak muncul di layar. Tertera nama Yoongi disana.

"Tolong obati luka ku."

Membaca pesannya, Yura melebarkan mata, menegakkan sekujur tubuhnya yang semula ia biarkan bermalas-malasan di kursi meja perawat sembari membayangi sosok yang mengiriminya pesan.

Ia sedang bertugas malam.

Lalu dengan cepat ia mengetikkan balasan pesan.

"Kau dimana? Aku sedang bertugas malam. Kau boleh datang kesini jika bisa. Aku akan mengobatimu."

Sekitar satu menit menunggu, Yura belum kembali mendapat balasan pesan. Justru panggilan masuk menjumpainya.

"Kau di rumah sakit?" Suara berat Yoongi menelisik telinga Yura melalui ponsel.

"Iya. Maafkan aku."

"Aku akan kesana."

"Kemarilah! Aku akan mengobatimu."

"Tunggu sepuluh menit."

Lalu Yoongi lebih dulu memutuskan sambungan.

Kini, mendengar suara Yoongi juga merupakan olahraga jantung sendiri untuk Yura.

Tepat 10 menit, Yoongi kembali mengirimi Yura pesan. Mengabari jika dirinya sudah tiba di depan rumah sakit.

Dengan wajah lebam dan beberapa goresan luka di tulang jemarinya. Seperti habis memukul sesuatu. Iya, lawannya. Lawan dari anggota geng mafia lainnya.

"Kau bisa ke lantai 9 di tangga darurat? Aku menunggumu disana. Maaf, aku tidak bisa turun."

Itu pesan dari Yura yang langsung membuat Yoongi membenarkan letak posisi topi hitam yang ia gunakan saat masuk ke dalam rumah sakit dan menuju tangga darurat untuk mengampiri Yura.

"Yoongi-ssi, kau baik-baik saja?" Melihat Yoongi yang di penuhi lebam, Yura langsung memeriksa wajah Yoongi.

"Ah-- Ini sedikit sakit." Ringis Yoongi.

"Sedikit? Hampir seluruh wajahmu lebam, kau bilang masih sedikit?"

Yoongi menelisik bagaimana ekspresi wajah Yura, melihatnya begitu panik walau tak bisa barang sedikit saja menaikkan nada suara. Padahal Yoongi tahu, bahwa Yura khawatir dan kesal padanya karena selalu terluka.

Tapi Yoongi masih heran, mengapa wanita itu masih tidak juga bertanya apa pekerjaannya atau apa yang menyebabkan Yoongi selalu terluka.

Lantas keduanya duduk di anak tangga, sembari Yura yang mengobati luka Yoongi dengan wajah cantik dan seriusnya.

Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang