Bahkan dunia bisa gelap saat malam tiba

15 1 0
                                    

Awalnya aku tak menyuruhmu untuk ikut dan melihat dunia ku yang sangat menakutkan. Tapi hari itu, aku tak bisa menolak karena kau terus memaksaku. Dan pada akhirnya aku menulis surat terakhir ini, yang mungkin saja akan ibuku berikan besok saat aku sudah menghilang untuk selama lamanya.

Mahendra Westerling, Lelaki berkebangsaan Indonesia China, lelaki dengan tangan besar dan kaki panjangnya . Mengapa kau sangat bodoh Mahend! Aku sangat membencimu, aku tak ingin kamu menangis terlalu lama karena diriku, Jadi Tuan Mahendra, Anda dilarang menangis saat aku sudah memadamkan duniaku yang menyeramkan. Selamat tinggal Tuan angkuh, aku harap kamu tak pernah berhenti menyinari duniamu yang indah itu.

****

Hai namaku Lily Trimaningsih, gadis keturunan Jawa kental. Tapi karena Ayahku sudah ditugaskan kurang lebih 10 tahun dari semenjak aku SD di Jakarta, jadi aku tak sepenuhnya melakukan seluruh adat Jawa kental, jadi yang melakukan hanya keluarga yang ada di Jawa. Ya sudahlah, itu tidak terlalu penting, karena intinya aku hanya akan menceritakan tentang dirinya saja.

Aku gadis yang tak tahu menahu banyak soal trend, bahkan disekolah SMA kelas 2 sekarang aku masih belum punya teman yang sangat dekat, kalau disebut lebih tepatnya sahabat. Mungkin saja itu karena perbedaan ku, apakah salah kalau aku berbeda? Aku juga tak ingin lahir seperti ini, tapi Tuhan telah menunjukku untuk semua ini. Sedari kecil aku menderita kanker darah. Mungkin saja teman temanku takut kepadaku karena itu? Ditambah aku selalu menampakkan wajah pucat, memakai baju berlapis lapis yang tebal. Bahkan setiap jam, aku harus mengeluarkan banyak obat untuk menjaga nafasku tetap berjalan.

Yah! Aku hanyalah seorang gadis penyakitan yang kesepian di dunianya yang menakutkan. Sampai aku bertemu dengannya, Mahendra! Sebenarnya Mahendra seharusnya sudah kelas 3 pada waktu itu, namun lelaki dengan sikap arogannya tersebut tak bisa dinaikkan ke kelas 3 karena nilainya yang sangat buruk. Namun dengan begitu, teman sekelas ku malah senang akan hal tersebut, walau entah apa yang sedang di rasakan Mahend tapi teman sekelasku senang karena Mahend adalah pria yang cukup di kenalin di sekolah.

Itu hari pertama kami masuk kelas 2. Aku sama sekali tak bisa duduk di belakang, mataku selalu terasa perih jadi aku memutuskan untuk duduk di bangku paling depan.

Seluruh siswa di kelasku sudah datang, namun ada satu yang belum, terlihat dari bangkunya yang masih kosong melompong di bagian paling belakang dekat jendela. Iya, itu seperti nya kursi Mahendra.

Beberapa menit kemudian, lelaki itu sudah mulai terlihat. Lelaki dengan kaki panjang dan tangannya yang membiarkan tasnya menggelantung saja di salah satu bagian bahunya. Lelaki itu sama sekali tak berekspresi, hanya berjalan lurus dan memandang kedepan, tapi aku rasa ada hal yang membuat hatinya merasa letih, apa dia kesal karena tak naik kelas? Karena dari sorot matanya aku menemukan suasana hampa, kosong dan sangat menyedihkan.

Beberapa menit kemudian akhirnya guru datang, dia adalah Pak Rudi. Guru sejarah ku pas kelas 1, Oh sepertinya dia bakal jadi wali kelas untuk kami setahun ini.

"Halo kamu tahu siapa saya?" Tanya Pak Rudi

Sontak kelas terdengar ramai menjawab kata "Iya"

"Baiklah kalo sudah tahu. Saya akan jadi wali kelas kalian setahun ini ya. Kalian jangan memaksakan diri untuk nilai bagus, lakukan semampu kalian dengan sekuat tenaga" Jelas Pak Rudi.

Kelas itu dipenuhi kebahagiaan setelah mendengar nya.

Sesaat setelah Pak Rudi menghentikan perkataan nya, Pak Rudi memandang Mahend, agak heran,

"Eh... Bukannya kamu anak kelas 3?

Mahend hanya terdiam, sampai salah satu siswa menjawab pertanyaan Pak Rudi

Lily dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang