1

17 2 2
                                    

2021

•••


Apa yang membedakanku dari orang lain? Kebodohan ku. Apa yang membuat guruku sendiri bertingkah muak denganku? Kebodohan ku. Semua hal buruk yang membuatku enggan berbaur dan tak bisa sama dengan yang lain adalah karena aku bodoh.

Sejujurnya aku tidak peduli apapun tentang itu sungguh. Hanya saja aku sudah bosan dan jengah mendengar orang lain mengumpatiku bodoh, hanya karena aku tak sama dengan mereka soal isi otakku.

Seandainya mereka tahu bahwa merekalah yang bodoh dan menatapku bingung. Maka aku akan tertawa saat itu juga. Karena melihat orang yang mengatai ku bodoh ternyata orang yang dibodohi.

Selain bodoh mereka bilang aku aneh.

...

"Ck sudah cukup. Apa yang kau bisa kalau begini?"

"Tidak ada gunanya aku berusaha. Sekolah di tempat yang bagus pun kau tidak akan berguna."

Remaja itu diam, mendengar wanita tua penjilat di depannya mengeluarkan gelombang bunyi yang tak sampai pada gendang telinganya. Berpura-pura, sudah menjadi kebiasaan remaja itu. Tak memperdulikan semua ocehan di kanan kirinya. Seperti tuli. Dia benar-benar tidak mendengarkan apapun kecuali teriakan yang mengatakan bahwa dia tengah bosan berada di ruangan yang sama berulang kali.

Deru nafas memburu setelah berbicara layaknya ayam bertelur. Wanita itu menatap ruangan memutar bola mata kehabisan usaha. Berbicara dengan anak bebal memang menyusahkan pikirnya.

"Sudah selesai?"

Emosi wanita 45 tahun itu perlahan naik kembali ke arah amarah. "Jika bukan karena pamanmu itu kau sudah pasti menjadi gelandangan bodoh"

Setelah berkata sedemikian tak pentingnya bagi Remaja lelaki yang masih tenang di sana, wanita itu pergi menghentakkan kaki marah dan membanting pintu.

Sedangkan remaja tadi hanya menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa. Menatap langit ruangan dan memejamkan mata menetralkan semua kalimat toksik yang belum lama didengarnya. Menghela nafas sebentar lalu ikut menyusul wanita tadi keluar.
...

"Bagaimana harimu ?" Seorang Pria 43 tahun tengah mengemudikan Mobil hitam mengkilap, menyusuri jalanan yang membelah hutan Pinus di sisi kanan kirinya.

"Menurutmu?" Sang lawan bicara menatap luar jendela enggan mengalihkan pandangan.

"Aku minta maaf tapi, ini sudah menjadi keputusan mendiang Ibu dan ayahmu. "

"Aku tahu tak perlu merasa tidak enak. Lagipula aku sudah terbiasa menjalani hidup seperti ini."

Setelah kalimat terakhir Remaja 16 tahun di sisi Kanannya. Pria itu tak menjawab lagi, membiarkan suasana hening. Memilih fokus pada kemudinya.

...

"Kalaupun proyek itu gagal. Kita sudah menyalin setiap datanya. Aku ingin kalian semua memodifikasi dan berimprovisasi dengan data yang ada. "

"Hasil dari percobaan ini akan menjadikan pemerintahan kita menjadi kuat. Kecerdasan yang tidak akan dimiliki oleh siapapun dan negara manapun."

Sosok berjanggut tebal menyeringai di depan beberapa orang berjas putih berlogo laboratorium ternama. Mereka nampak menggunakan goggle dan pakaian steril khas Ilmuan laboratorium.

"Tapi Pak menurut data yang kami terima. Hasil percobaan hanya memiliki tingkat keberhasilan 35,6%. Itu bahkan tidak sampai 40-50%. "
Dari rombongan berjas putih seorang Wanita Melangkah ke depan membawa sebuah papan dengan kertas di atasnya.  Mencoba menunjukkan sesuatu yang tertulis pada kertas itu.

"Aku tidak peduli dengan hasil lama. Yang aku butuhkan kalian bisa memperbaiki kerusakan dan kegagalan itu. Akan aku Carikan kelinci dan mencit yang kalian butuhkan. Tugas kalian hanyalah bekerja untukku dan aku akan memberi kalian uang. Bukankah itu mudah?" Santai namun mendominasi. Tak ada yang berani membantah lagi. Di balik masker bebas partikel yang dipakainya wanita yang sempat menyanggah tadi merenggut kesal. Tidak ada gunanya berbicara karena pasti dia akan kalah.

Kekesalannya disebabkan penyesalan yang didapat setelah berjuang keras menjadi salah satu Tim inti dalam Laboratorium pemerintah yang konyol ini. Ternyata semua hanyalah manipulasi. Tidak ada kebanggaan sedikitpun dalam benaknya. Siapa yang mau berbangga bahwa dirinya telah dikontrol seseorang dengan uang. Hampir sama seperti seekor kuda yang mengejar sebutir apel dari tangan manusia.

...

Di sisi lain. Mobil hitam yang dikendarai lelaki 43 tahun tadi telah memasuki sebuah pekarangan rumah mewah bergaya klasik Dominant Wood di tengah hutan. Kedua laki-laki beda usia bergantian keluar dari mobil. Yang lebih muda berjalan santai tak mempedulikan yang tua di belakang.

"Jangan lupa letakkan sepatumu dengan benar atau tidak ada Semangka malam ini mengerti?"

"Ck membosankan, dasar Daren menyebalkan."

"Hei aku hanya 2 tahun lebih muda dari ayahmu kalau kau ingat Marlin!"

Beruntung mereka tak memiliki tetangga jadi hanya terdengar kicauan burung yang menyahuti perdebatan kedua manusia beda usia itu.
...



For Tbc

CHOOSE ONE

🔚❌🔜

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang