Revano tengah bersantai di ruang tamu. Hari ini Ia tak ingin ke kantor, malas katanya. Padahal mah ya hanya ingin menjaga Miracle saja di rumah yang baru pulang dari rumah sakit kemarin. Baru saja akan menyeruput teh, Bodyguardnya datang dan bilang bahwa ada tamu yang ingin bertemu Miracle. Mulutnya sudah terbuka untuk menjawab namun Miracle yang turun dari atas terlebih dahulu berbicara
"Siapa yang mencari ku?" Tanyanya
"Sudah kubilang istirahat saja dikamar mu. Kenapa keluar?
"Aku ingin minum, obat tadi sangat pahit. Satu gelas air mana cukup untuk menetralkan rasa pahitnya"
"... Bisa kau beritahu aku siapa yang datang?" Lanjut Miracle, bertanya pada pria tinggi nan besar di hadapannya itu.
"Dia bilang tadi namanya Arya, Nona"
"Kak Arya? Bagaimana dia bisa tahu aku tinggal disini?" Monolognya
"Biarkan dia masuk" ucap Revano yang langsung diangguki oleh bodyguard tersebut.
Tak berselang lama, Arya datang dan Revano mengisyaratkan Arya untuk duduk.
"Kau tak mau duduk, Miracle?" Tanya Revano yang melihat Miracle hanya berdiri saja dan Miracle langsung duduk setelah mendengar ucapan Revano.
Revano menyipitkan matanya saat Arya berpindah tempat duduk ke samping Miracle.
"Kau tak Apa, Racle?"
Apa apa? Racle? Hell! Memangnya dia itu siapa berani memanggil calon istrinya dengan nama itu?
"Nggak apa-apa, Kak. Eum... Makasih ya udah nolong aku waktu itu" Miracle tersenyum kecil pada Arya. Senyuman itu dibalas dengan senyuman lebar berlesung olehnya.
Revano makin menyipitkan matanya. Yang di depannya itu sedang main sinetron apa sih kok bikin sakit mata?
"Pipi kamu masih lebam ya? Coba kulihat..."
PRANG!!!
Tangan Arya yang terulur untuk menyentuh pipi Miracle seketika turun kembali, terkejut dengan Revano yang kini tengah mengaduh terkena tumpahan teh, cangkirnya juga pecah berserakan kemana-mana.
Sontak saja Miracle mendekat pada Revano dan memegangi tangannya.
"Ya ampun Mas bentar aku bawain obat dulu"
Miracle berlari mengambil kotak obat ke dalam kamarnya kala melihat punggung tangan Revano memerah karena tersiram teh panas. Huh, Revano lega juga karena Miracle mengkhawatirkan dirinya. Bisakah Ia mengartikan bahwa Miracle juga menyukainya dengan melihat raut khawatir yang amat sangat dari wajah Miracle?
Tentu saja ya!
Sejak kapan pula Revano jadi insekyuran kan? Malah kepedean yang ada.
Saat Miracle sudah menghilang dari pandangan, Revano membuka suara.
"Kau teman Miracle?" Tanyanya pada Arya
"Iya, saya kakak tingkatnya. Senang bertemu dengan anda, Pak Vano"
"Kudengar kau sedang mengajukan sebuah proposal untuk penelitian mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Please My Husband
RomantikMiracle pikir hidupnya akan berubah setelah menikah. Ia merasa mempunyai naungan dari Ibu dan kakak kembarnya yang kejam. Ia pikir ia akan mendapatkan pelukan hangat saat dirinya terpuruk rapuh oleh kejamnya perlakuan dunia, Ia akan memiliki sebuah...