Miracle : Gadis Ini Lagi?

44 5 0
                                    

Miracle pulang larut malam. Ia takut masih akan menjadi 'samsak' bagi kedua orang yang disayanginya itu. Ia lebih memilih bengong di perpustakaan kampus berjam-jam lamanya daripada harus pulang ke rumah.
Dan sekarang, gara-gara pulang terlalu malam, Ia harus berjalan kaki karena tak mendapati satu angkutan umum pun yang lewat. mau pesan ojek online, Ia lupa membawa ponselnya. Ah kenapa sih dia selalu ceroboh seperti ini?

Miracle menghela nafas panjang dan sedikit mengernyit saat matanya mendapati cahaya dari lampu sorot. Tunggu! Apakah itu angkutan umum? Ia mengangkat kepalanya dan seketika jantungnya berdegup kencang karena di depannya sebuah mobil merah melaju ke arahnya. Itu mobilnya. Mobil Miranda

Mobilnya berhenti dan Miranda menurunkan kaca mobil nya.
Terlihat di sebelahnya ada seorang wanita, mungkin teman satu profesinya dan di belakang juga duduk 1 wanita dengan pandangan fokus pada iPhone nya.

"Adikku sayang, kok pulangnya malam banget? Abis darimana?" Tanya Miranda dengan lembut, tapi tidak dengan tatapannya. Sehingga akan membuat orang disekitarnya berpikir kalau Miranda adalah sosok kakak yang lemah lembut.

"Aku... Itu... Kelas tambahan kak"

"Kamu kok gak pake mobil? Miranda bilang kamu di kasih mobil sama Ibu kamu tapi gak pernah di pake ya kan?" Tanya Tiara, sahabat Miranda.

Miracle tidak mau terkena masalah lagi. Jadi Ia harus berbohong

"Lebih nyaman jalan kaki saja" katanya

"Yaudah, Ra. Lo pindah gih kebelakang! Biar adik gue yang duduk disana"

Dan begitulah akhirnya untuk pertama kali Miranda memperbolehkan kembarannya itu menaiki mobil kesayangannya. Sangat enggan sebetulnya. Haruskah Ia mengganti jok mobil yang diduduki Miracle? Ah, sebaiknya Ia ganti saja sekalian dengan mobilnya.

Setelah memastikan bahwa Miracle sudah duduk dengan benar, Ia melajukan mobilnya guna mengantarkan teman se- permodelan nya itu.

Dalam hati Miracle berkata bahwa ini bukanlah hal yang baik. Entah kenapa Ia merasa bahwa akan ada hal buruk terjadi padanya. Saking tenggelam dengan monolognya, Ia bahkan tak menjawab saat Viona, teman Miranda mengajaknya mampir dulu ke mansion super mewahnya. Tiara sudah lebih dulu turun daritadi namun Miracle terlalu sibuk dengan pikirannya.

"Racle!" Miranda memperingatkan dengan gigi yang dikatupkan. Dan jangan lupakan juga, buku-buku jarinya sampai memutih karena menekan setir terlalu kuat. Teguran Miranda sudah tentu membuat Miracle terkejut dan gelagapan.

"Iya?"

"Mau mampir dulu?" Tanya Viona pada Miracle.

"Tidak, terima kasih" Jawab Miracle sekenanya.

"Oh yaudah, kalian hati-hati di jalan ya, bye" Viona melambaikan tangannya lalu masuk ke mansion nya.

Setelah memastikan Viona benar-benar masuk ke dalam tempat tinggalnya itu, Miranda langsung tancap gas sehingga membuat punggung Miracle tersentak ke belakang. Miranda tak mengatakan apapun, bahkan raut wajahnya nampak tenang. Tapi wajah lelahnya juga tak dapat di sembunyikan. Miracle yang melihat itu akhirnya punya keberanian untuk bertanya.

"Kak?" Ucapnya dengan takut-takut namun hanya dibalas oleh lirikan mata oleh Miranda.

"Kak Mira habis pemotretan dimana?"

Miranda memutar matanya, Ia malas untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya tak berguna itu. Melihat tak ada jawaban dari sang kakak, Miracle menarik kembali punggungnya untuk bersandar pada jok. Ia menunduk dan memilin jarinya.

Entah berapa menit lamanya namun Miracle tersadar bahwa jalan yang dilalui bukanlah jalan pulang. mau dibawa kemana Ia?

"Kak Mira ini bukan jalan pulang" ucapnya

Hug Me, Please My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang