PART 1

2.6K 319 23
                                    



"Iiibuuuuuu ...."

Tidak bisa dipungkiri, panggilan manis itu keluar dari mulut bayi tuanya yang sekarang sudah berusia lewat kepala dua. Dari dulu hingga sekarang kalau sudah memanggil dengan lantunan bernada panjang begitu, pasti ada maunya.

Tera yang sedang menonton televisi dengan si bungsu dipangkuan, melirik.

Helra yang biasanya cuma koloran dengan atasan kaos pendek, kini tampil lebih gaya dengan jeans hitam panjang dipadu jaket bomber hitam yang melapisi kaos putihnya, kakinya pun berbalut sepatu. Anak itu berdiri dengan senyum lebar.

"Mau kemana?" tanya Tera, penuh selidik.

"Nongkrong bentar, tapi kan bentar juga butuh jajan. Hehe ...."nSenyum Helra semakin melebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Tera menghela napas panjang. Sudah dia duga, benar, kan? Kalo Helra sudah memanggilnya pakai nada panjang berarti ada maunya.

"Ambilin dompet ibu di kamar."
Bagaimanapun juga Tera tak pernah bisa membiarkan begitu saja permintaan bayi tuanya.

Helra melangkah dengan semangat.
Lalu kembali dengan dompet panjang berwarna hitam.

"Dua ratus ribu, cukup?" tanya Tera.
Menyodorkan dua lembar uang kertas berwarna merah.

Helra mengambil dengan cengiran lebar, mengangguk.

"Cukup kok Bu, makasih," katanya dengan senyum lebar yang terus terpatri.

"Aku berangkat dulu."
Helra mengulurkan tangan untuk salim,

"Jangan kesorean pulangnya, apalagi malem," pesan Tera.

"Iya. Dadah Mawmaw, Mas Yaya pegi nongkrong dulu."

"Mmmm ... Gamauuuu ...." Mauren yang lagi ngantuk memberengut karena Helra menarik pipi tembemnya.

"Mas Yaya ah jangan diganggu," tegur Tera.

Helra mengekeh. "Yaya berangkat, dah ibu," pamitnya lagi kemudian berlalu dengan setengah berlari riang.

--

"Udahlah Bu, Mas Yaya bentar lagi pulang tadi bilang masih dijalankan, jangan ditelponin terus lagi nyetir juga."

Tera mendecak. Melepaskan handphone dari telinga, mematikan panggilan yang terabaikan. Ini sudah pukul 18.30.
Helra belum pulang juga, padahal janjinya tidak pulang sore, dan ini sudah malam malah sangat malam menurut jam Tera.

"Ayah gak tahu aja, dia itu sering bohong, bilangnya dijalan tahunya masih nongkrong. Bales chat doang, tapi angkat telepon nggak, yakin ibu tuh, itu anak masih ketawa-ketawa sama temennya."

Misuh-misuh Tera berhenti saat suara deru mesin mobil terdengar.

"Mas Yaya pulang," mulut kecil Mauren berkata dengan nada datar sembari mengemut dot susu, gadis kecil itu sedang berada dipangkuan sang ayah.

Tera langsung bergegas menuju pintu depan. Berkacak pinggang setelah membukakan pintu berwarna coklat mengkilat itu.

"Macet sumpah."

Helra mengacungkan dua jari begitu pintu terbuka, dan memperlihatkan sang ibu yang berkacak pinggang dengan wajah siap menerkam.

"Beneran Bu. Mas Yaya udah pulang dari jam 4," katanya lanjut membela diri.

Tera memandang kesal. "Mana ada pulang jam 4, sampenya jam segini.
Semacet-macetnya jakarta gak gitu juga."

Ya iya. Helra kemudian nyengir, menggaruk tengkuk.

HeYya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang