PART 8

1.3K 244 21
                                    

Suara-suara tak asing mulai terdengar saat kaki Helra melangkah melewati beberapa anak tangga. Dan benar saja, memang tak asing. Ada Mugi di sana, sedang bermain dengan adiknya.

"Eh, ini yang sakit. Mau jenguk nih gue. Udah sembuh?"

Helra melirik meja, ada dua buah parsel berisi buah-buahan segar di atas sana. Helra duduk di samping Mugi lalu mengambil alih Mauren dari pangkuan sepupunya itu. Mauren memegang marshmellow panjang dan sebuah boneka micky mouse; salah satu kartun kesukaannya. Pasti keduanya pemberian dari Mugi.

Mugi membiarkan Mauren berpindah duduk ke masnya. Anak kecil itu juga tidak protes, malah tertawa nyaring karena geli saat Helra memeluk dari belakang tubuhnya dengan gemas.

"Ayok, Gi, makan. Ngerepotin banget deh pake bawa parsel buah segala. Mana selalu beliin Mawmaw makanan sama mainan lagi. Lain kali gak usah deh, Gi. Kalo gajian mending uangnya ditabung aja."

Tera meletakkan dua piring menu tambahan yang baru selesai dimasak, lalu mengambil parsel buah yang keponakannya bawa, untuk Helra yang sedang sakit katanya.

"Gak pa-pa, Tante. Icip-icip dikit," sahut Mugi.

"Makasih ya, Gi... eh, ada Mas Yaya juga ternyata." Tera baru menyadari keberadaan putranya. Dia tidak melihat ke arah Mugi saat bicara, jadi Helra pun tidak terlihat.

"Rambutnya basah. Mandi, ya?"

"Mandi lah, Bu, lengket badan."

Suara Helra masih terdengar serak parah. Mugi sampai menengok.

"Suara lo ilang?"

Dia mempertanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.

"Iya, Gi, sampai habis gitu suaranya. Gara-gara minum es sama makan micin tuh kemaren," ucap Tera dengan nada mengadu dan masih terdengar kesal karena kenakalan Helra, yang umumnya itu bukan termasuk sebuah kenakalan.

"Yaaa... yaa, jangan nakal makanya," kata Mugi.

Dari cara Mugi melantunkan nada panggilannya, itu terdengar seperti ledekan di telinga Helra.

Helra tidak menggubris. Mengusak Mauren lebih menarik daripada menanggapi dua orang dewasa di dekatnya itu.

Tera menghela napas panjang. Sudah dia bilang Helra jangan mandi dulu. Demamnya baru turun. Mana pernah anak itu nurut. Malah dikeramas juga dia.

"Yuk, pada makan. Mawmaw sayang, yuk, makan. Bang Ugi makan, Mas Yaya juga. Sini, Mawmaw, sama Ibu."

Mauren turun dari pangkuan masnya, menghampiri sang ibu.

"Aku makannya nanti deh, Bu, belum laper."

"Mas Yaya." Tera sedikit melebarkan mata. "Sakit lagi gak Ibu kasih uang jajan!" gertaknya.

Helra menghela napas. Lalu mengambil piring dengan setengah hati.

Mugi menertawakan, menyebalkan sekali.

Pada piringnya yang terisi sedikit nasi, Helra menambahkan sepotong ayam goreng dan bakwan jagung.

Tera yang duduk di sebrangnya, berdiri, mengambil kembali ayam goreng dan bakwan itu menggunakan sendok, lalu menumpahkan sup ayam dengan banyak macam sayuran di dalamnya ke atas nasi Helra; sebagai pengganti ayam goreng dan bakwan jagungnya.

Helra melongok, memandang kelakuan ibunya itu.

"Buu... "

"Suara lagi abis juga, jangan makan yang digoreng, udah sayur aja," ucap Tera yang kini sudah kembali duduk dengan anggunnya.

HeYya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang