03. Dua Majikan Mesum

13.3K 158 6
                                    

Cerita ini sudah di ebookkan.

Dapatkan link ebook di profilku.  Harga sangat terjangkau

Buat kalian yang tak sabar mengikuti di Wattpad, bisa membeli versi e-booknya.

HEPI reading.

❤️❤️❤️

.
.
Apa dia gila?

Mata Jum menggelepar panik, tapi juga penasaran.  Sialan, mengapa dia justru membayangkan tuan muda majikannya mengentot dirinya?  Jantungnya berdebar kencang merasakan kejantanan Juno menggesek kewanitaannya.

“Sudah basah,” gumam Juno.  Dia menjilat tangannya yang tadi dipakai untuk mengacak-acak vagina Jum.  “Bitch!”

Kepala Jum terjuntai lesu, dia sungguh malu mendengar makian yang ditujukan padanya.   Anehnya, kewanitaannya justru semakin basah den berkedut.  Ingin sekali dimasuki. 

“Aaah ....”  Jum melenguh dengan mata terpejam saat benda kenyal, lembap dan hangat memasuki miliknya.

Tunggu, tak mungkin tuan mudanya melakukan itu padanya!  Mata Jum terbuka dan menoleh ke selangkangannya.  Bola matanya membulat seketika.

“Den, kotor ... jangan,” cicit Jum risih.  Dia ingin menghentikannya, tapi mengapa Jum sangat menikmati ketika lidah tuan mudanya yang hangat menjilati lubang kewanitaannya, mengobel disana hingga terasa lembap, lanjut mengguncangkan itilnya sehingga Jum menggelinjang geli.

“Den ... Den .....”

Jum hanya mampu menyebut nama lelaki yang telah membangkitkan gairahnya.  Juno tersenyum sinis dengan pandangan sangat mencemooh tertuju pada perempuan yang tengah di tindihnya.   

“Katakan lo ingin gue masuki, Jum,” bisik Juno parau.

“Den ... mau ngentoti Jum toh?” tanya Jum dengan mata mengerjab bingung.
Tatapannya begitu polos, namun ucapan yang keluar dari mulutnya sangat vulgar.  Jum tak sadar telah menciptakan ambigu yang membuat Juno penasaran padanya.  Padahal Jum memang tak paham jika kata-katanya tak senonoh.  Dia terbiasa berkata-kata seperti itu berkat ajaran mantan suaminya tanpa tahu bahwa kata-katanya sangat tak pantas diucapkan.

“Shit!’  Juno benar-benar kehilangan akal sehat.  Dia memposisikan kejantanannya di depan bibir kewanitaan Jum, memukulnya dengan keras beberapa kali sebelum menggeseknya kuat.

Tok.  Tok.  Tok.

Ketukan di pintu kamar Juno menghentikan aksi Juno untuk menyetubuhi pembantu barunya yang bahenol.  Dia mengumpat kesal.

“Dasar penganggu!”

“Bang, buka pintunya!  Buat apa lo mengunci Mbak Jum di dalam?” teriak Rama dari luar kamar.

“Bukan urusan lo!”

‘Urusan gue, Bang.  Mbak Jum milik Rama.  Terserah lo mau apa sama perempuan lain, asal jangan sama Mbak Jum.  Gue tak akan tutup mulut sama Bokap kalau itu menyangkut Mbak Jum!”

Ancaman Rama menyurutkan nyali Juno.  Selama ini di mata orang lain, Juno adalah cowok dingin yang brilian, siapa yang mengira aslinya dia pemuda mesum?  Rama kerap menyaksikan di rumah mereka yang sering kosong karena kedua orangtua mereka sama-sama sibuk, kakak tirinya membawa perempuan dan bercinta dengan hebohnya di kamar.  Bahkan terkadang Rama mengintipnya, itu yang membuat cowok itu dewasa sebelum waktunya.  Otak pornonya berkembang dengan pesat. 

“Dasar pengadu!” sembur Juno gusar. 

Dia mahasiswa teladan kebanggaan kampusnya, sikapnya pada gadis-gadis yang mengejarnya sangat dingin dan sopan.  Mereka pasti syok kalau tahu aslinya Juno adalah penganut free seks dan suka melecehkan perempuan yang dianggapnya murahan.  Dulu Juno tak seperti ini, sampai kekecewaannya yang sangat mendalam pada sang ayah membuatnya berubah, lima tahun lalu.  Dia kehilangan keperjakaannya pada usia 14 tahun, lima tahun lalu.

Juno mendorong Jum sehingga perempuan itu tersungkur di atas kasur.  Dengan tergesa-gesa Juno mengenakan celananya.  Jum sempat melirik benda yang membuatnya merinding dangdut tadi sebelum dimasukan ke dalam sempak cowok mesum itu.  Dia ternganga seketika.

Besar, berurat dan tampak kokoh.  Pantas tadi dia merasa ngilu-ngilu nikmat.  Untung tak jadi masuk, Jum was-was ... tak yakin kontol tuan mudanya bisa muat di memek tembamnya.

Jum masih terbengong-bengong ketika Juno membuka pintu kamarnya dengan kasar.  Cowok itu menuding adik tirinya.

“Lo!”  Jari tengahnya teracung di depan wajah Rama.  Kemudian Juno menyambar kunci mobilnya dan bergegas pergi.  Jum yang baru sadar dari keterpanaannya buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut saat Rama menerobos masuk ke dalam kamar.

“Mbak tak apa?” tanya Rama khawatir.

Niat baiknya yang mengkhawatirkan mantan pengasuhnya jadi tak murni lagi ketika tatapannya jatuh pada sepasang payudara montok yang bergelayut manja di dada Jum.  Amboi, sangat menggiurkan.  Ingin sekali Rama meremas melon kembar itu dan mengenyotnya dengan rakus.  Rama sontak meneguk ludahnya kelu.

“Aduh, Ram.  Untung kamu berhasil menyelamatkan Mbak.  Hih, Mbak ngeri.  Mengapa toh kakakmu seperti itu?  Dia nyaris mengentot Mbak tadi!” lapor Jum dengan lugunya.

Ngentot?  Lagi-lagi Rama menelan ludahnya, terbayang olehnya adegan bersenggama yang sering dilakukan Juno dengan jalang-jalangnya.  Hanya kali ini pemerannya adalah dia dan Mbak Jum-nya yang seksi.  Mendadak dedek-nya jadi tegang, wajah Rama terasa panas.

“Ram, Ram ... leh, malah ngelamun toh.”  Jum melambaikan tangannya di depan wajah Rama yang agak memerah.

“Tak apa, Mbak.  Tak usah takut.  Abang sebenarnya baik kok, cuma memang rada mesum.  Mbak Jum sebaiknya menghindar saja darinya.  Dan Mbak boleh mengandalkan Rama,” cetus Rama.

Jum memandang Rama dengan tatapan sendu.  Dia bangga, seakan dia ibu yang berhasil mendewasakan anaknya dengan baik.

“Ternyata momongan Mbak sudah besar,” ucapnya sembari memeluk kepala Rama dan menempatkan di dadanya yang hanya dilapisi selimut tipis.

Nyuuut.

Kemaluan Rama sontak menegang, bangun tanpa malu.  Dan parahnya tangan Jum tak sadar menyentuh miliknya.  Rama tersentak dan menatap kaku pada pembantunya.

“Apa toh ini?”  Jum melirik heran ke bawah, begitu tahu benda apa yang tak sengaja disentuhnya ... dengan ekspresi biasa saja dia berkomentar, “kontolmu, Ram?  Wah sudah besar yo.  Dulu waktu terakhir Mbak lihat cuma sebesar ini.”  Jum menunjukkan jari kelingkingnya.

Rama tak tahu, apa dia harus malu atau tersinggung.  Masa iya dulu burungnya sekecil itu?  Haish, lagipula mengapa Mbak Jum membicarakan burungnya dengan santah begitu?  Rama jadi sewot sendiri.

“Ram, ndak usah malu.  Mbak Jum janda, jadi wes ndak kaget melihat kontol laki-laki.  Wajar toh kontolmu membesar gini, kamu sudah remaja Ram.”

Rama memutar bola matanya malas. 

“Apa Mbak Jum tak tergugah hasratnya setelah menyentuh burung Rama?” tanya Rama penasaran.

“Ndak toh.  Jujur, kalau punya lelaki lain bisa tergugah,” sahut Jum jujur.  Mendadak terbayang olehnya burung besar yang tadi hampir memasuki miliknya.  Dia lekas menggeleng keras, mengusir bayangan jorok itu dari kepalanya.  “Tapi kalau punya kamu endak, Ram.  Mbak wes biasa melihatnya,” gelak Jum.

Bibir Rama manyun mendengarnya. 
“Mbak Jum sering melihatnya itu sepuluh tahun lalu.  Sekarang beda, Mbak!  Mau melihatnya?” tantang Rama.  Dia berlagak hendak membuka resleting celana jeansnya, tapi keburu kepalanya ditoyor Jum.

“Dasar bocah nakal!  Terusno wae kamu menggoda Mbak Jum.”

Rama tersenyum masam ketika Jum meninggalkannya setelah mengacak rambutnya gemas. 

Inilah derita cowok yang naksir mbak pengasuhnya sendiri.  Dia tak akan pernah dipandang sebagai lelaki oleh perempuan yang telah menghiasi mimpi basahnya.

==== >(*~*)< ====

Bersambung

43. JUM (21+) / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang