***
Pagi tiba. Sabrina terbangun di kamar tamu. Sebelum Adam dan anak-anak bangun, ia segera beranjak ke kamar mandi. Sesaat dia melihat cermin. Semalam Margareth menyiapkan kompres kantung teh untuk meredakan bengkak di matanya akibat menangis. Dan itu cukup membantu, matanya sedikit lebih terlihat normal.
Sabrina bergegas turun, melangkah menuju dapur untuk membantu Margareth menyiapkan sarapan pagi seperti biasa.
Ini hari Minggu, tapi Sabrina selalu mewajibkan bangun pagi pada anak-anak khususnya.
Margareth tersenyum begitu melihat Sabrina muncul di dapur, matanya seolah bertanya keadaannya. Sabrina membalas senyumannya. Mengangguk meyakinkannya jika dirinya --setidaknya saat ini-- baik-baik saja.
Pukul 8 anak-anak turun dengan riang, Adam mengikuti di belakang. Mereka muncul di dapur dengan tawa riang.
Sabrina terpaku melihat Adam tertawa bersama anak-anak. Rasanya sudah lama sejak terakhir dia melihat senyum lebar di wajah suaminya itu.
Tapi senyuman itu memudar, begitu melihat Sabrina. Meski tidak terlihat jelas, tapi Adam bisa melihat jika mata istrinya sedikit bengkak.
"Aku berencana membawa anak-anak ke taman hiburan siang nanti ... " kata Adam tersenyum kaku. Matanya menghindar ketika Sabrina melihat ke arahnya. Membuat wanita itu kembali tertunduk, juga menghindari menatap suaminya itu terlalu lama.
Margareth melirik keduanya sekilas sebelum berbalik menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
Sabrina mengulas senyum tipis, "Boleh saja," ucapnya sambil terus menyibukkan tangannya menata sarapan di atas meja makan, "tapi Anita ada les ballet pagi ini." lanjutnya yang disambut lirikan kesal dari Anita.
Adam terkekeh melihat Jeremy yang menjulurkan lidah mengejek kakaknya yang hanya bisa cemberut menanggapinya dan mendelik protes pada ibunya.
"Mom ... " rajuk Anita memelas.
"Kau bisa menyusul nanti, Sayang." sela Adam sebelum Sabrina sempat membuka mulut, "Minta mamamu menghubungi Daddy jika kau sudah selesai." tambahnya mengedipkan mata pada istrinya.
Sabrina hanya menarik bibirnya sebentar. Dia baru menyadari jika interaksi mereka selama ini terasa tawar. Hanya demi menjaga perasaan anak-anak. Dia pun tersenyum, mengangguk mengiyakan. Membuat Anita terperangah senang karenanya. Dan menghambur memeluk Adam.
Jeremy tak mau ketinggalan, dia segera melompat ke punggung Adam dari atas kursi makan. Membuat Adam tergelak lalu tertawa bersama.
Sabrina sendiri tampak tak bisa menahan tawa melihat tingkah mereka. Meski rasanya ada airmata yang menggenang didalam pelupuk matanya. Sakit rasanya membayangkan jika suatu hari ini semuanya berakhir menyakitkan.
Sabrina menoleh, mendapati Margareth tengah menatapnya dengan sorot mata sendu karena menangkap sudut matanya yang berair.
"Ah, maaf. Aku ke belakang dulu." pamit Sabrina cepat menunduk, lalu bergegas melangkah meninggalkan dapur. Menahan tangis. Meninggalkan Adam dan anak-anak yang melihat heran ke arahnya.
Sabrina berlari ke kamar, masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Menyalakan keran air sederas mungkin, agar suara tangisnya teredam oleh suara air.
Oh, Ya Tuhan. Apa benar Adam tega melakukan itu padaku?
Jikapun benar, apa kesalahanku?
Dimana letak kekuranganku hingga Adam bosan padaku?Sabrina membasuh wajahnya lalu bercermin. Matanya tak bisa berbohong jika habis menangis. Anak-anak mungkin bisa ia hindari, tapi tidak dengan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant To Me ( Lanjut Di Dreame - END )
RomanceBagaimana perasaanmu ketika kau diceraikan secara sepihak oleh suamimu? Yang pergi demi mengajar karir dan jatuh ke pelukan wanita lain? Sabrina terpuruk. Tapi sebuah casting menyelamatkan hidupnya dan menjadi jalan baginya untuk mempertahankan ana...