Chapter 3

12.8K 687 6
                                    

   Melanie sesekali menatap jam yang telah menunjukkan jika sekarang telah pukul 11:45, ia menggosokkan kedua tangannya dan menaruhnya lagi diperapian, merasakan kehangatan walau masih kedinginan. Ia menggigit bibirnya pelan. Maaf nyonya, tetapi tuan Christian pergi tak lama setelah nyonya pergi dan belum pulang sampai sekarang. Perkataan salah satu perkerja Christian masih terdengar, apakah ia membuntutiku? Melanie menarik ujung bibirnya tersenyum kecil. Itu tak akan terjadi bukan? bahkan jika dirinya pergi bisa dipastikan jika itu akan membuat Christian bahagia, wanita itu mengelus sayang perutnya yang masih datar. Apakah Christian akan membenci anak yang ia kandung? Atau ia akan mengusir mereka berdua?

  Melanie tersentak kaget saat mendengar suara ketukan pintu yang begitu keras, ia berlari kecil kearah pintu megah rumah Christian dan membukanya. "Harmony" ucap lelaki dihadapan Melanie yang membuat jantung wanita itu berhenti berdetak dengan hitungan beberapa detik,  ia tak akan pernah menyebutkan namaku dengan nada suara seperti itu.

  Melanie tak menjawab panggilan lelaki itu, ia hanya menaruh tangan kekar suami-nya itu disekitar necknya dan mencoba untuk membantuh lelaki itu untuk kekamarnya yang terletak diatas. Tak terasa air mata Melanie terjatuh, apakah ia mabuk karena mengingat Harmony?

***

    Melanie memeras kain putih yang tadi ia gunakan untuk membersihkan tubuh Christian, ia mengigit bibirnya. Jika saja ia tak menikahi Christian seperti yang dimaui oleh kedua orang tuanya, ia tak akan berbohong banyak dengan lelaki itu. Ia mencium pipi Christian dan mengucapkan kata selamat malam.

  "Harmony jangan tinggalkan aku" Melanie tersenyum kaku, ia mengelus kepala Christian dan mencoba melepaskan jemari Christian yang begitu kuat mencerkam dirinya. Seketika itu terlepas, mata Christian bertemu dengan mata abu-abu milik wanita itu. "Kenapa kau disini?" Suara lelaki itu begitu parau, Melanie menunduk ketakutan. Christian mencoba duduk dan meminum segelas air putih yang selalu ada dimeja kecilnya,

  "Tatap aku, Stone" Melanie menatap mata Christian, "kau sudah begitu lancang jadi kau harus diberi pelajaran" tambah Christian dengan senyumannya yang begitu menakutkan, lelaki turun dari tempat tidurnya dan mendekati Melanie yang mematung karena tak ingin mengambil resiko yang lebih besar.

  Christian mengelus pipi Melanie dengan lambat,merasakan kelembutan pipi wanita itu membuat wanita itu menutup matanya. "Making love with me?" Pertanyaan itu sukses membuat Melanie membuka matanya dan mundur, merasa tertantang, lelaki itu berjalan mendekati Melanie lagi. "Kenapa tidak mau? Jangan sok suci, aku tahu kau itu bukan wanita baik-baik seperti Harmony"

  Christian mengunci jarak antara mereka berdua, Melanie terdiam karena perkataan Christian yang begitu menusuk. Walau sudah terbiasa. Jangan sok suci, aku tahu kau itu bukan wanita baik-baik seperti Harmony. Hanya Harmony yang baik.

  "Mau tak mau, kau harus memuaskanku. Sampai aku kelelahan." Ucapan Christian membuat Melanie meringis, bagaimana jika lelaki itu bermain begitu kasar dan membuat janin didalamnya kesakitan? Ia mendesah pasrah saat tubuhnya telah berada ditempat tidur Christian.

***

     Christian POV

  Aku mengacak-acak rambutku, semalam adalah ketiga kalinya aku dengan Melanie melakukan hal itu. Tetapi tak seperti yang pertama ataupun kedua, ia kali ini terdiam mematuhi setiap yang aku mau. Apa yang terjadi kepadanya? Aku menggertakkan gigiku kesal karena bayangan wajahnya sekarang memenuhi fikiranku.

   Aku turun kebawah yang telah tercium aroma masakan yang begitu enak, aku langsung menuju keruang makan. Aku duduk disalah satu kursi meja makan dan menanti masakan wanita berkuncir satu dan memakai baju kotak-kotak panjang itu, memperhatikan bagaimana ia menaruh telur bermata sapi diatas kedua piring nasi gorengnya walau terlihat jika satunya itu berporsi banyak.

   Ia membalikkan tubuhnya dan menatapku terkejut, ia tak tersenyum. Hanya menundudukkan kepalanya menatap kebawah dan berajalan kearahku, memberiku hasil makanan buatannya didepanku dan menaruh miliknya ketempat semula. Ia berlari kecil mengambil gelas dan menuangkan air putih hingga hampir penuh dan memberikannya kepadaku sembari membawa piringnya yang begitu penuh.

   "Kau banyak makan rupanya" ucapku tanpa berfikir panjang, kaparat. Aku bisa melihat berhenti makan, aku menatap dirinya.

    "Hanya kali ini, aku berjanji"ucapnya kecil, ini bukan Melanie yang kukenal disekolah dulu,karena dulunya ia begitu pemberani.

    Aku menggelengkan kepalaku dan menatapnya "makan apapun yang kau mau, aku tak ingin disebut penyiksa istri atau membunuh istri dengan cara berlahan-lahan" ucapku sarkastik, ia meneguk air liurnya dan mengangguk tanda mengerti.

  "Bagaimana jika aku hamil?"pertanyaannya sukses membuatku terdiam, bagaimana jika Melanie hamil? Aku meminum setengah air putihku dan menatapnys yang berada jauh dari dekatku.

   "Gugurkan, lagi pula Aku yakin itu bukan anakku" dan kali ini aku bersumpah jika aku melihat matanya berkaca-kaca, tidak Christian jangan jatuh karena melihatnya menangis. Ia tersenyum terpaksa dan mengangguk pelan, setelah itu ruang makan kembali sunyi. Ia memakan makanannya dengan wajah datar.

Melanie Pov

    "Bagaimana jika aku hamil?" Ia terdiam, entah apa yang difikirannya saat itu.

    "Gugurkan, lagi pula aku yakin itu bukan anakku" aku hampir saja menangis saat ia mengatakan perkataan keji itu, tetapi aku hanya mengangguk dan tersenyum. Menerima semua caciannya.

    Aku membuka mataku, menutup mataku saja seperti cari mati. Bagaimana tidak? Perkataan dan wajah Christian tadi begitu terekam begitu baik diingatanku, dia begitu menbenciku dan semua kebenciannya membuatku tersiksa. Aku mencintai Christian, dengan sepenuh hatiku. Aku menangis, sialan. Aku menutup mataku dan menghapus air mataku dengan kasar.

   Gugurkan lagi Pula aku yakin itu bukan anakku.

   Sebegitu tak percayakah ia denganku?

I'm Not HER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang